Satu bulan kemudian,
Wajah berseri serta senyum manis yang mengembang dari bibir berwarna merah muda seorang gadis berjilbab hitam, membuat beberapa orang yang ada di sekitar menatap ke arahnya. Ya, gadis itu tak lain adalah Fina. Dia bahagia karena tadi malam Benny memberinya gaji pertama setelah satu bulan menjadi pengasuh Elza.
Pagi ini Fina meminta izin kepada Benny pergi ke bank untuk membuka rekening baru dan mentransfer uang untuk Badiah. Pada akhirnya, setelah melewati hari-hari yang menguras kesabaran, Fina menerima gaji pertamanya. Tentu dia sangat bahagia karena bisa membantu Badiah.
"Bu, Fina sudah mengirim uang ke rekening ibu," ucap Fina setelah panggilan terhubung dengan Badiah, "Ibu tidak perlu ke bank untuk membayar angsuran. Nanti akan otomatis dipotong dari rekening Ibu," jelas Fina.
"Terima kasih, Nak. Kamu kapan pulang?" Sepertinya Badiah rindu dengan putri sulungnya.
"Maaf, Bu, Fina belum bisa pulang. Oh ya, kalau ibu mau sambang ke pondok minta di antar Zuzun ataupun Mbak Ila saja ya, jangan naik motor sendiri loh, Bu," ucap Fina setelah teringat jika sebentar lagi adalah waktu sambang ke pondok.
"Iya, Nak. Ibu tutup dulu telfonnya, ada orang beli tempe ini," pamit Badiah sebelum menutup sambungan telfonnya bersama Fina.
Gadis berhijab itu menyimpan ponselnya ke dalam tas setelah selesai menelfon ibunya. Dia melangkahkan kakinya menjauh dari teras bank dan menuju tempat parkir. Setelah berada di bank selama hampir dua jam lamanya, Fina pun pulang dengan mengendarai motor matic yang dipinjam dari Benny.
"Aku harus cepat nih. Pak Ben pasti sebentar lagi akan berangkat kerja," gumam Fina setelah melaju di jalanan kota. Jarak menuju perumahan tempat tinggal Benny tak seberapa jauh, cukup lima belas menit saja jika tidak macet.
Kepadatan jalanan kota telah dilalui oleh Fina, kini dia telah sampai di halaman rumah Benny. Motor pun telah masuk ke dalam garasi seperti sebelumnya. Kedatangan Fina disambut oleh Elza dengan gembira. Sepertinya bocah kecil itu sudah menunggu Fina kembali dari bank.
"Kenapa aku ditinggal?" Elza langsung bertanya setelah Berhadapan dengan Fina.
"Anak-anak kan gak boleh masuk ke dalam bank," ucap Fina dengan diiringi senyum yang manis, "ayo kita masuk," ajak Fina sambil meraih tangan Elza untuk digenggam. Mereka berdua berjalan memasuki rumah tersebut.
"Kalau Mbak Fina pergi sendili telus ada orang jahat bagaimana? Kalau gak pelgi sama aku siapa yang menolong Mbak Fina?" cecar Elza seraya menengadahkan kepalanya. Mereka telah sampai di ruang keluarga dan duduk berdampingan di sana.
"Mbak Fina kan bisa bela diri." Ada rasa hangat yang merasuk ke dalam hati gadis cantik itu setelah mendapat perhatian kecil dari Elza.
Hubungan keduanya cukup dekat selama satu bulan ini. Elza mulai bisa dikendalikan Fina meskipun tingkahnya masih tetap aktif seperti dulu. Bocah kecil itu masih kecanduan gadget seperti sebelumnya. Namun, Fina berhasil mengganti tontonan Elza dengan animasi berbau islami. Pasalnya, bocah kecil itu tidak tahu sama sekali tentang huruf hijaiyah atau hal-hal dasar agama yang perlu diajarkan pada anak-anak usia dini. Tentu hal ini membuat Fina merasa miris. Dia prihatin dengan kondisi yang dialami oleh Elza. Menurut cerita yang disampaikan Dewi, memang para pengasuh sebelumnya hanya menjaga Elza saat bermain ponsel. Mereka tidak berani mengajarkan apapun kepada bocah kecil itu karena takut dipukul. Jangankan berani merebut ponselnya, berada di dekatnya saja mereka sudah ketakutan. Tak hanya memukul, Elza dulu pun sering menggigit para pengasuhnya jika permintaannya tidak dipenuhi ataupun kesenangannya diganggu.
Semenjak Fina hadir menjadi pengasuh di rumah tersebut, Ani jarang sekali datang ke sana karena tidak ada laporan dari Benny tentang masalah yang dihadapi pengasuh cucunya. Justru Fina lah yang mengajak Elza pergi ke rumah wanita paruh baya itu meski hanya sebentar saja. Semua dilakukan hanya untuk mengajarkan bagaimana seharusnya Elza bersosial dengan keluarga. Ani sendiri merasa lega karena Elza mendapat pengasuh yang tepat. Wanita paruh baya itu pun akhirnya bisa fokus merawat suaminya yang sedang sakit.
"Elza sudah minum susu?" tanya Fina sambil menatap mata Elza.
"Udah. Papa yang buat susunya. Gak enak," ucap Elza sambil menggeleng pelan.
Fina tersenyum tipis mendengar pengakuan dari Elza. Dia senang saja karena semakin ke sini bocah kecil itu mengalami beberapa perubahan dalam berkomunikasi. Dia lebih ekspresif dan tentunya mulai bisa berbicara dengan struktur kata yang benar. Tidak seperti dulu yang hanya berbicara satu sampai dua kata saja. Beberapa waktu yang lalu Ani sempat mengajak cucunya itu ke dokter anak dan tumbuh kembang untuk periksa tentang kondisi yang dialami Elza. Dokter hanya memberi saran agar Elza lebih sering diajak berkomunikasi saja daripada harus dibiarkan sendiri dengan ponsel. Tidak ada kondisi kelainan yang membutuhkan pengobatan secara berkala. Hanya terapi dari orang-orang sekitar saja untuk membentuk karakter Elzayin.
"Besok Elza masuk sekolah, ketemu sama bu Guru dan teman-teman. Elza pasti bakal suka," ucap Fina tanpa melepaskan tatapan matanya dari mata Elza. Ini adalah cara yang diajarkan oleh terapis tumbuh kembang anak agar Elza bisa fokus saat diajak berbicara.
"Kalau sekolah bisa gelut?" tanyanya
"Tidak boleh. Kalau gelut sama Mbak Fina aja. Kalau sama temen nanti dimarahin sama bu guru." Fina berusaha memberi pengertian kepada bocah berusia tiga tahun itu.
Sudah beberapa kali Fina mencoba untuk mengajarkan hal-hal dasar dalam bela diri kepada bocah kecil itu. Tentu Fina memiliki tujuan mengapa Elza harus diberikan pelajaran dasar ini. Gadis berjilbab itu tahu potensi yang dimiliki Elza dalam kesenian ini. Nanti akan ada saatnya dia memberitahu Benny tentang kemampuan yang ada dalam diri Elza yang belum digali.
"Besok kalau sekolah diantar siapa?" tanya Elza lagi.
"Mbak Fina dong. Besok kita naik motor. Elza naik depan seperti kalau ke rumahnya Uti, mau kan?" ucap Fina sambil tersenyum manis.
"Mau! Aku mau!" Elza berteriak kegirangan setelah tahu akan diajak naik motor oleh Fina.
Hidup kecukupan dengan fasilitas lengkap di rumah terkadang tidak menjadi jaminan pertumbuhan karakter anak-anak tumbuh dengan baik. Peran orang tua sangatlah besar. Selain dari gizi dan keinginannya terpenuhi, cinta, kasih sayang dan perhatian sangat dibutuhkan.
"Elza tunggu di sini sebentar ya, Mbak Fina mau ke kamar ganti baju dan menyimpan tas ini. Elza gak boleh kemana-mana, oke?" pamit Fina sebelum beranjak dari tempatnya.
Fina buru-buru pergi ke kamarnya untuk ganti baju dan menyimpan tasnya. Dia tidak boleh terlalu lama meninggalkan Elza sendiri karena takut bocah kecil itu melakukan sesuatu hal yang bisa membahayakan diri. Benar saja, baru saja Fina selesai memakai jilbabnya, suara barang jatuh dan tangisan Elza terdengar di sana.
"Ya ampun, apalagi yang terjadi." Fina bergumam sambil merapikan jilbabnya dan setelah itu, dia segera keluar dari kamar.
...🌹To Be Continue 🌹...
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Firman Firman
😱pa tu yg jatuh
2024-07-04
2
Yani
Apa tu
2023-10-18
2
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-09-06
1