"Ya Allah, ini anak apa gak capek ya main game dari pagi sampai malam begini." Fani bergumam dalam hati ketika menemani Elza di kamarnya.
Dua handphone sengaja disediakan untuk Elza sehari-harinya. Bocah berusia tiga tahun itu menghabiskan waktunya di kamar dengan bermain game action, terkadang menonton video di entup tentang bela diri ataupun animasi yang berhubungan dengan action. Setelah bosan bermain ponsel, Elza pun bermain di ruang keluarga yang ada di lantai dua. Banyak mainan yang sudah disediakan untuk Elza di sana. Namun, bocah kecil itu hanya suka memporak-porandakan beberapa box berisi mainan tersebut. Tentu untuk urusan Elza, Fina lah yang bertugas membereskan semua mainan itu.
"Sepertinya anak ini mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Dia sengaja memukul dan mengacaukan segalanya demi mendapat perhatian. Malang sekali." Fina hanya bisa membatin apa yang dia amati selama seharian ini.
Fina prihatin setelah tahu jika Elza tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Tadi pagi Fina sempat berbicara dengan pengasuh lama Elza. Dia belajar beberapa hal tentang merawat dan bersikap bagaimana di hadapan bocah aktif itu. Fina pun mencatat beberapa jadwal dan apa saja yang disukai oleh Elza. Agaknya setelah ini, gadis berhijab itu harus mengisi amunisi sabar untuk menghadapi kenakalan Elza.
"El, sekarang kan sudah malam, bobok dulu yuk! Besok kita bermain lagi, oke?" Fina mengusap kepala Elza beberapa kali, "bagaimana kalau besok kita bermain bersama? Kita bermain kejar-kejaran?" Fina berusaha membujuk Elza agar segera tidur karena saat ini sudah jam sembilan malam.
"No!" tolak Elza dengan tegas sambil menggeleng pelan.
"Kalau 'gelut' mau?" Fina berusaha mengalihkan perhatian Elza dengan mengajak berantem.
"Sekarang saja!" tantang Elza sambil meletakkan ponsel yang ada di tangannya setelah mendengar ajakan Fina. Dia segera berdiri dan memposisikan diri seperti seorang yang akan bertarung.
"Eh tunggu dulu dong! Mbak Fina kan belum siap, masa udah diserang duluan," ucap Fina saat menangkis tangan Elza, "sekarang Elza duduk sini dulu, Mbak Fina punya jurus baru untuk Elza, mau gak?" Fina menepuk pahanya sambil menatap Elza.
Tanpa diduga Elza pun menurut dengan perintah Fina. Ini adalah hal langka yang terjadi pada bocah tersebut. Bahkan, Benny sendiri tidak bisa mengendalikan putranya, "julus apa yang balu?" tanya Elza sambil menengadahkan kepalanya.
"Jurusnya bisa dipelajari kalau kita sudah bobok, Sayang. Jadi sekarang Elza bobok dulu dan besok kita belajar jurus baru, oke? Mau kan?" Fina menatap Elza dengan penuh kasih.
"Janji?" Elza menatap Fina sambil mengarahkan jari kelingkingnya ke wajah Fina.
"Janji." Fina pun menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking mungil milik Elza, "ini susu untuk Elza dan sekarang Elza bobok di sana," ucap Fina sambil menyerahkan botol susu kepada Elza. Lantas, dia mengangkat tubuh Elza hingga berhasil direbahkan di atas tempat tidur.
Fina tak henti membelai rambut Elza sampai bocah tersebut tertidur pulas. Cara ini pun diajarkan oleh pengasuh lama tadi pagi. Setelah memastikan bocah kecil itu terlelap, Fina beranjak dari tempatnya saat ini. Elza sudah terbiasa tidur sendiri di kamar ini tanpa ditemani oleh siapapun. Fina pun segera keluar dari kamar tersebut dan tak lupa menutup pintunya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa mengganggu tidur nyenyak bocah kecil itu.
"Astaghfirullah haladzim!" Fin terkesiap setelah membalikkan badan dan bertemu dengan seorang pria yang memiliki tubuh tinggi serta memiliki kulit berwarna kuning langsat.
"Apakah kamu pengasuh baru putraku?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah Benny.
"Iya, Pak." Fina mengangguk pelan.
"Aku ingin bicara denganmu," ucap Benny sebelum membalikkan badan dan melangkahkan kakinya menuju tangga. Duda satu anak itu menapaki satu persatu anak tangga hingga sampai di lantai dasar. Dia berjalan menuju ruang keluarga.
"Silahkan duduk," ucap Benny sambil menunjuk sofa tunggal yang tak jauh darinya.
Ini adalah pertemuan pertama di antara Benny dan Fina, karena selama seharian ini Benny sibuk di industri pembuatan sepatu dan sandal miliknya. Tadi sore Benny sempat berbicara dengan Ani ketika wanita paruh baya itu datang ke industri miliknya.
"Kamu bisa memanggilku Benny." Ayah dari Elzayin itu akhirnya membuka pembicaraan dengan mengenalkan diri kepada Fina.
"Baik, Pak." Fina mengangguk pelan setelah menatap Benny sekilas.
"Aku akan menjelaskan perihal gaji kamu selama menjadi pengasuh Elza. Gaji pokok yang kamu terima sebesar tiga juta lima ratus setiap bulannya. Kamu wajib tinggal di sini dan mendapatkan makan dari sini. Jika berada di luar untuk menemani Elza, kamu akan mendapatkan uang jajan tambahan. Sampai di sini kamu sudah paham?" tanya Benny setelah menjelaskan tentang gaji untuk Fina, "dengan gaji yang berbeda daripada pengasuh di tempat lain, tentu ada konsekuensi yang harus kamu terima. Kamu pasti sudah tahu bukan bagaimana sikap putraku selama seharian ini? Aku harap kamu betah tinggal di sini dan satu lagi, nanti kamu harus menandatangani kontrak kerja ini," ucap Benny tanpa mengalihkan pandangannya dari Fina.
"Maaf Pak, kalau boleh tahu kontrak bagaimana ya? Saya kurang paham untuk masalah kontrak ini," tanya Fina setelah mendengar penjelasan Benny.
"Ya, aku akan membuat surat perjanjian denganmu, jika masa kerja ini minimal satu tahun lamanya. Jadi, kamu tidak bisa mengundurkan diri sebelum masa kontrak habis. Jika kamu masih ingin bekerja menjadi pengasuh Elza setelah habis masa kontrak, kamu bisa memperpanjangnya," jelas Benny tanpa mengalihkan pandangan dari wajah kalem Fina.
"Tapi saya boleh libur untuk pulang kan Pak selama dalam masa kontrak itu?" tanya Fina lagi.
"Boleh, asal tidak terlalu lama dan tidak boleh mendadak, karena saya harus mencari pengasuh sementara jika kamu pulang," jawab Benny tanpa berpikir panjang.
Duda tampan itu bukan tanpa sebab melakukan hal ini. Dia lelah karena harus bergonta-ganti pengasuh untuk Elza. Tentu dalam hal ini Benny pun ikut menyesuaikan diri dengan orang baru karena mereka tinggal di rumah ini meski kamar mereka ada di belakang. Lagi pula dia sendiri ingin menata hidup setelah ini. Kekasihnya yang bekerja sebagai seorang SPG kosmetik pun ingin segera dilamar. Jika masalah Elza sudah terkendali, maka Benny akan mengenalkan kekasihnya kepada putranya itu.
"Oh ya, bulan depan Elza sudah mulai masuk sekolah pos-PAUD. Kamu harus menemaninya selama masa pendidikan itu. Untuk urusan ini kamu bisa bertanya dengan ibuku," ucap Benny setelah teringat jika ibunya sudah mendaftarkan Elza sekolah.
"Baik, Pak. Saya mengerti." Fina menganggukkan kepalanya.
"Silahkan beristirahat." Benny memberikan kode agar Fina pergi ke kamarnya.
Gadis berhijab itu akhirnya meninggalkan Benny di ruang keluarga. Malam ini dia harus istirahat lebih cepat karena tubuhnya terasa lelah dan tak karuan. Fina segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah masuk ke dalam kamar yang tak seberapa luas itu. Namun, baru saja kelopak matanya tertutup dia teringat satu hal yang sejak tadi bersarang dalam pikirannya.
"Sebaiknya aku membuka internet dulu untuk mencari artikel bagaimana cara menghadapi anak semacam Elza," gumamnya sambil meraih ponsel yang ada di atas meja, "aku tuh heran kok bisa anak itu jarang bicara dan lebih suka ke hal-hal kekerasan," gerutu Fina sambil mencari artikel seputar parenting.
...🌹To Be Continue 🌹...
...Nih, aku kasih visualnya si duren ye😁Kalau gak cocok silahkan memilih visual sendiri😎...
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
🗿
Ini anak kurang kasih sayang dan perhatian dari keluarganya.
2024-10-04
1
Hilmiya Kasinji
si Benni katanya cinta banget sama istrinya , tapi sudah punya kekasih ya 🤭
2024-09-28
1
Fera Nono
sepertinya Fina BS mengendalikan Elza..walau dgn susah payah
2024-09-05
1