Aku berlatih dengan kak Lucky di aula seperti yang telah diputuskan.
Aku sangat nyaman bercakap dengan kak Lucky. Sehingga banyak hal pribadiku yang Aku ceritakan kepadanya. Tanpa batas apapun.
Kami saling bercanda, tertawa dan saling menatap.
Wajah merah terlukis pada kedua pipi kak Lucky bagaikan buah jambu. Sedangkan Aku menunduk bagaikan putri malu.
Kami sadar saat itu, bahwa Kami saling menyukai.
Ditengah kedekatanku dengan kak Lucky. Ternyata ada sebuah cctv yang sedang mengawasi Kami dari jauh. Dia adalah kak Micky.
Seketika tanganya mengepal. Dia hantamkan ke tembok yang sedang berdiri kokoh di samping.
Tanpa memperdulikan rasa sakit yang ditimbulkan akibat hantaman itu. Kak Micky sedang melampiaskan emosinya.
"Sial, kenapa Luck? Kenapa harus kamu? Aku membencimu" gumam kak Micky.
"Benci" gumam kak Micky.
Saat kak Micky menghantam tembok. Dari kejauhan kak Riris melihatnya.
Saat itu kak Riris sedang selesai keluar dari ruangannya.
Lalu kak Riris menghampiri dan khawatir dengan sikap kak Micky yang temperamen dan tak seperti biasanya itu.
"Kak Mick, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya kak Riris.
Melihat kakak senior PMRnya itu emosional. Membuat kak Riris meraih tangannya dan memberanikan diri untuk menghentikannya.
"Cukup, apa yang sedang kakak lakukan?" tanya kak Riris.
Dilihatnya tangan itu telah memar dengan warna keunguan.
Kak Micky berhenti dengan nafas yang tak terkontrol dan bengis.
"Ayo Aku kompres dulu tanganmu Kak" kata kak Riris.
"Tak perlu" jawabnya ketus.
Lalu kak Micky berjalan ke depan Aula. Lalu memandang sinis ke arah kak Lucky.
Kak Lucky dan Aku melihatnya. Di ikuti dengan kak Riris di belakangnya.
"Apakah perempuan itu alasannya?" batin kak Riris.
Kak Lucky segera menyusul sahabatnya itu.
"Mick" panggil kak Lucky.
Kak Micky terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan itu.
"Aku pulang dulu ya Mil" kata kak Lucky.
"Iya kak" jawabku.
Seketika kak Lucky berlari dan menyusul kak Micky.
Sedangkan Kak Riris tertinggal. Dan dia menghampiriku.
Tanpa suara, dia menyenggol lenganku dengan keras. Aku merasa inilah gambaran kecemburuannya. Hatiku bergemuruh, dan hanya terdiam.
"Seharusnya Kamu cukup memilih satu. Jangan semuanya kamu ambil. Kamu suka sekali membuat Mereka bertengkar?" kata kasar itu langsung terlontar dari mulut ketua extrakulikulerku.
Betapa gemetarnya Aku mendengarnya. Tak bisa Aku bantah. Aku tak cukup berani menjawabnya.
Semenjak kejadian itu, Aku tak pernah bertemu dengan kedua sahabatku lagi.
...****************...
Hari kelulusan.
Hari ini adalah hari dimana Aku menjadi host acara bersama kak Lucky.
Rasa gugup, takut, deg-degan, semua tercampur aduk dalam jiwaku. Ditambah lagi Aku takut dengan para senior yang membenciku. Membuat nyaliku tersudut seperti di pojok sebuah ruangan.
Seperti biasanya, kak Lucky selalu menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Beberapa kali perkataanku tersandung, Namun kak Lucky selalu menutupinya dengan keramahan.
"Wahh,,,, kak Lucky tampan sekali" teriak semua penonton tertuju kepada host yang tampan.
Rasanya Aku seperti tak ada di sana.
"Baguslah, setidaknya membuatku tak merasa gugup berlebihan" batinku.
"Haaahhhhh" nafas lega.
Akhirnya acara selesai. Semua kegundahan dan kegelisahanku mendadak hilang seketika.
Lagi-lagi Aku memulai hari-hariku seperti awal.
Dari kejauhan, kak Lucky memandangku dengan tatapan yang sayu.
Seperti tidak rela harus berpisah denganku.
Dia melambai-lambaikan tangan.
Tentu karena perkatan ulat itu Aku tak mau menghampirinya terlebih dahulu.
Jadi Aku membalas melambaikan tanganku.
Akhirnya kak Lucky yang mengalah dan menghampiriku.
"Ada apa?" tanyaku.
"Nanti malam ikut denganku" kata kak Lucky.
Tepat setelah ba'dha maghrib. Aku membolos ngaji dan menerima ajakan kak Lucky.
...****************...
Langit yang hitam itu dihiasi dengan bintang yang tampak bertaburan.
Di dalam kegelapan malam, terlihat lampu-lampu itu menyala tak kalah indahnya dengan bintang.
Dedaunan yang terlihat hijau nan redup kehitaman, sedang menari-nari dan melambai-lambai ke kanan dan ke kiri.
Semua panorama itu, diikuti dengan angin yang menusuk kulit dan mampu menghempaskan jilbabku. Menyapaku dengan syahdunya. Membuatku terlena dengan keindahan yang mereka kini suguhkan.
Malam ini aku memakai baju kaos yang dilapisi jaket warna biru. Jaket itu berukuran lebih besar dari badanku. Badanku yang mungil itu tertutup oleh jaket dan membuat tanganku tenggelam olehnya.
Saat ini, Aku berdiri bersama seseorang yang sangat aku cintai.
Dia orang yang paling mengerti tentangku. Tanpa aku meminta, dia selalu melakukan sesuatu yang membuatku senang.
Kami juga memiliki hoby yang hampir sama. Banyak kesamaan diantara kami. Mungkin salah satu alasannya karena kami sama-sama anak terakhir di sebuah keluarga. Hingga mendapatkan kecocokan yang selaras.
Dan Dia adalah sahabatku sejak selama 1 tahun.
Di dekat jembatan atas. Dia berusaha menyiapkan dirinya agar tidak gugup. Terlihat dia mengumpulkan segala keberaniannya saat itu.
"Maukah kamu menjadi pacarku?" ungkap Dia.
Diaaaaaarrrrr,,,,,,
Hatiku benar-benar terasa mau pecah mendengar pengakuannya. Terlihat sekali bahwa dia berusaha untuk memberanikan diri untuk melontarkan kata yang sedikit itu.
Aku yang merupakan anak yang tak terlalu peduli dengan penampilan. Tak menyangka jika ada yang menyatakan perasaanya padaku. Yaitu sahabatku sendiri.
Jujur, disisi lain perasaanku senang. Karena aku juga menyukainya. Tapi, aku juga tidak menyukai hal ini. Karena tak sedikit ada sebuah persahabatan yang hancur karena sebuah perasaan.
Aku terdiam sejenak. Dan memikirkannya. Bagiku sahabat lebih penting dari pacar. Sahabat tak ada kata pisah. Tapi pacar masih ada kata putus. Dan karena dia orang yang special bagiku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak ingin pacaran. Dan tidak ingin ada kata putus darinya.
"Kita adalah sahabat" jawabku.
Dia langsung menundukkan wajahnya. Menggambarkan betapa kecewanya dia dengan jawabanku.
Aku yang masih berumur 16 tahun. Tentu aku masih belum mahir untuk menjelaskan situasiku saat itu. Membuat semua salah paham ini terjadi.
Setelah itu kami pulang. Dia memboncengku dengan memutar gas sepedanya yang paling kencang.
Terlihat Dia sedang melampiaskan emosinya saat itu pada sepeda hitamnya. Kecewa dengan jawabanku.
Banyak sekali yang aku pertimbangkan tentang hal ini. Disisi lain, Aku teringat dengan kak Riris yang menyukainya. Dia terlihat iri padaku. Karena selama ini hanya aku yang bisa dekat dengannya. Karena Dia sangat cuek dengan gadis lainnya.
Karena Aku adalah orang yang memiliki hati lembut. Aku merasa tak tega, jadi Aku memutuskan untuk mengalah tentang percintaan ini. Dan lebih focus untuk meraih cita-citaku.
Karena kejadian ini, aku kehilangan sahabat yang sangat aku cintai selama-lamanya.
Cintaku telah ku matikan dalam-dalam.
Semenjak hari kelulusan, tak ada lagi orang yang sangat peduli padaku lagi.
Aku telah kehilangan 2 orang yang sangat berati dalam hidupku.
Membuat Aku merasa sepi. Hari-hari sekolahku menjadi tak berwarna seperti dulu lagi.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
mom mimu
mampir nyicil kak...
lanjut lagi, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-22
1
mom mimu
keputusan kamu udah bener ko Mil, jatuh cinta itu bisa kapan aja, yg harus kamu kejar emang cita2 dulu sekarang, karena kesempatan untuk mendapatkannya gak akan datang kapan pun semau kamu...
Semangat terus Kak 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-22
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Iya nih wkwkwk
2022-12-10
1