"Ikut Aku sekarang!" perintah kak Lucky.
Aku menurutinya dan berjalan di belakangnya. Dia berjalan menuju lapangan voli yang di sebelahnya ada sebuah pohon besar.
Pohon besar itu memiliki daun yang bergerombol, batangnya kokoh dan tegak. Membuat di bawahnya terasa sangat sejuk dan rindang. Bersama dengan angin sore yang menghembus sepoi-sepoi. Hingga berhasil menyibak jilbab segi empatku sedikit.
Kak Lucky berdiri tepat di bawah pohon besar itu. Dengan tubuhnya yang tinggi dan proposional. Dengan suara yang tegas dia melontarkan suaranya padaku.
"Sekarang, cari bendera itu lagi. Aku memberi kesempatan padamu. Dalam 20 menit, temukan benderanya" kata kak Lucky.
Aku langsung berlari dan mencari kesana sini. Sedangkan kak Lucky terlihat menungguku di bawah pohon yang besar itu.
Dengan sebuah ponsel, kak Lucky mengaktifkan timer waktunya.
Lagi-lagi Aku berlari kesana kemari. Mencari kesana kesini.
"Hoz, hoz, hoz"
Nafasku hingga terengah-engah. Mencari barang yang tak kunjung ketemu membuatku lelah dan sedikit frustasi.
Lagi-lagi waktuku habis dan Aku tidak bisa menemukannya.
Aku kembali di tempat dimana kak Lucky berdiri. Dengan wajahku yang takut, Aku mengakui jika tak dapat menemukan benderanya.
"Maaf kak, Aku belum bisa menemukannya" kataku dengan tertunduk.
"Apa kamu tidak bosan dengan kata maaf?" tanyanya.
"Junior yang payah" katanya lagi.
"Sekarang lihatlah keatasmu!" kata kak Lucky.
Aku melihat ke atas kak Lucky.
"Bukan atasku tapi atasmu bodoh" kata kak Lucky.
Kemudian Aku lihat kearah atasku. Tak kuduga, tepat di atasku ada bendera yang tergantung di ranting pohon. Ini berjarak 2 meter dari tinggi badanku.
"Kamu menemukannya?" tanya kak Lucky.
"Iya kak" jawabku.
"Kamu boleh mengambilnya setelah mengangkat 1 kakimu dengan tangan bersilang memegang telingamu. Selama 30 menit" kata kak Lucky.
"Apa?" tanyaku.
"Telingamu tuli ya?" tanya kak Lucky.
"Nggak kak" jawabku.
"Lakukan dan itu dimulai dari sekarang" kata kak Lucky.
"Aku akan mengawasimu dari sana!" kata kak Lucky dengan menunjuk ke arah ruangan C.
Aku melakukan sesuai perintahnya. Mengangkat 1 kakiku dan menyilangkan tanganku memegang kedua telinga. Yah,,, inilah hukumanku karena tak dapat menemukan benderanya. Kemudian kak Lucky kembali ke ruangan C lagi.
"Astaga kejam sekali dia" gumamku.
Saat kak Lucky kembali ke ruangan. Di sana sudah tak ada Kiki. Menandakan Kiki telah berhasil merakit tandunya.
Di kejauhan kak Micky melihatku. Sudah lama sekali Aku berdiri dengan posisi ini. Membuat kak Micky melontarkan pertanyaan kepada kak Lucky.
"Hukuman apa yang kamu berikan padanya?" tanya kak Micky.
"Kamu bisa melihatnya" jawab kak Lucky.
"Berapa lama?" tanya kak Micky.
"30 menit" jawab kak Lucky.
"Astaga, kamu mau membuat anak orang pingsan?" tanya kak Micky.
"Micky, jangan mencampurkan rasa pribadimu dengan situasi ini. Dia memang harus dihukum" kata kak Lucky.
"Iya tapi 30 menit itu terlalu lama dengan posisi seperti itu" kata kak Micky.
Kak Micky langsung beranjak pergi ke arahku. Dan memerintahkan Aku untuk berhenti.
"Cukup Mil, kamu sudah bisa kembali ke ruangan" kata kak Micky.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu" kata ku.
Kemudian Aku melihat ke atasku dan mencari kayu di sekitarku untuk bisa meraihnya.
"Menunggu apa? Ayo kembali" kata kak Micky.
"Aku harus mengambil benderanya kak" kata ku.
Kak Micky melihat ke arah dimana Aku melihat benderanya. Akhirnya Dia membantuku untuk mengambilnya.
Di kejauhan, kak Lucky melihat apa yang kami lakukan.
Akhirnya Aku mendapatkan benderanya.
"Yeee,,, akhirnya Aku dapat. Makasi ya kak sudah membantu" kata ku dengan wajah yang sumringah.
Akhirnya Aku masuk ke ruangan C.
Di sana ada wawancara lagi.
"Kamu sudah mendapatkannya?" tanya kak Lucky.
"Iya kak" jawabku.
"Hah,,,, Mencari bendera satu saja susahnya minta ampun. Bagaimana jika ada korban yang kehilangan barangnya? Pasti Dia tak bisa membantunya" kata kak Riris.
Aku hanya terdiam dengan segala komentar mereka.
"Kamu bisa keluar sekarang" perintah kak Lucky.
...****************...
Tepat jam 15.00 WIB diklat sudah selesai.
"Belikan konsumsi roti dan minuman kepada mereka Ris" perintah kak Lucky.
"Pakai kas PMR" kata tambahan kak Lucky.
"Baik kak" jawab kak Riris.
Kak Riris segera menyiapkan roti dan minuman gelas Aqua. Kemudian membagikan kepada seluruh anggota PMR.
"Makanlah konsumsinya" kata kak Riris.
"Bersama roti dan air ini, saya akan mengumumkan bahwa mulai hari ini kalian semua telah resmi menjadi anggota PMR" kata Kak Riris.
Seketika kami semua langsung bertepuk tangan secara serentak.
"Prok, prok, prok"
"Oleh karena itu, kami selaku senior yang tadi menjadi sedikit menyebalkan pada kalian. Mengucapkan minta maaf pada kalian semua ya?" kata kak Riris.
"Dimaafkan tidak?" tanya kak Riris.
Salah satu Junior bersuara.
"Bukan sedikit menyebalkan kak, tapi memang menyebalkan banget kakaknya tadi" kata salah satu junior.
"Ha, ha, ha, semua adalah drama semata"
"Kami senior di sini melakukan diklat ini bertujuan untuk melatih mental kalian agar lebih kuat, tanggap dan cekatan dengan situasi. Serta bisa focus dengan hal yang kita cari" kata Kak Riris.
"Jadi, kalian boleh pulang sekarang dan silahkan beristirahat" kata kak Riris.
"Iya kak terimakasih" kata ucapan junior.
Seketika semua anggota Junior bubar. Dan mereka pulang.
Kecuali Aku dan Kiki. Kami masih di masjid sekolah untuk melakukan sholat ashar.
Di masjid, terlihat para senior juga sedang melakukan sholat.
Setelah sholat ashar, Aku duduk di teras masjid dengan memakai sepatuku. Bersama dengan Kiki.
"Hei, kenapa kamu merakit tandu saat di ruangan C tadi?" tanyaku.
"Aku gagal menyelesaikannya secara tepat waktu selama 3X, itu membuatku frustasi dan sedikit ditekan saat di ruangan C" jawabnya.
"Seharusnya ditali saja sesuai lubang" kataku.
"Iya tapi Aku bingung banget"
"Eh, sumpah kak Riris menakutkan sekali tadi. Buat Aku hampir menangis tau nggak" kata Kiki.
"Ha, ha, ha, sabar" kataku.
Mataku melirik ke arah rombongan senior yang telah selesai sholat.
Saat kami berbincang di teras, para senior keluar dari masjid dan segera bersiap-siap pulang.
"Heh, syuuuut mereka mendekat" bisikku pada Kiki. Memperingatinya agar tak berkata sembarangan.
Kemudian Kami berjalan bersama keluar dari gerbang masjid. Kiki selalu naik sepeda saat pergi ke sekolah. Sedangkan Aku adalah pejalan kaki. Jadi Kami harus berpisah di sepertiga jalan sekolah. Kiki menuju parkiran, sedangkan Aku langsung berjalan menuju gerbang keluar.
"Mick, lihat!" kak Lucky memajukan wajahnya ke arahku berjalan.
"Apa?" tanya kak Micky dengan menolehkan wajahnya ke arah mata kak Lucky melihat.
"Kamu tak mengantarnya?" tanya kak Lucky.
Dengan segera kak Micky mengambil motornya dan menyusul langkah jalan kakiku.
"Mil, ayo Aku antar. Naiklah!" kata kak Micky.
Diperbincangan Kami, terlihat kak Lucky lewat dengan motornya. Dengan sombongnya dia mengegas stirnya.
"Aku duluan Mick!" katanya.
"Iya" jawab kak Micky.
"Beda banget sama Kak Micky, Kak Lucky nggak ada pedulinya sama orang" batinku.
"Ayo cepat naik, keburu sore" kata kak Micky.
Seketika perintah kak Micky membubarkan pikiranku yang jelek.
Karena ada sebuah penawaran. Jadi tak apalah Aku menerimanya. Aku naik di boncengan dengan jarak 50 cm dari tempat duduk kak Micky.
"Makasi kak telah mengantarku!" kataku.
"Iya, Aku pulang dulu" kata kak Micky.
Kak Micky langsung pergi menuju pulang ke rumah.
Setelah dari diklat, Aku langsung mandi. Dan merebahkan badanku ke ranjang.
"Hah,,, akhirnya punggungku bisa diluruskan" gumamku.
"Capek sekali rasanya. Tapi seru sekali" gumamku.
"Akhirnya Aku resmi jadi anggota PMR"
"Horeee"
Teriakanku karena senang.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
hore... 👏👏👏
2023-03-07
1
auliasiamatir
semangat yah mil
2023-02-08
1
Mei Shin Manalu
Aku mampir lagi Kak... Semangat 💪🏻
2023-01-30
1