Musim telah berganti menjadi musim kemarau. Pada musim kemarau ini terlihat pemandangan serba hijau. Pohon-pohon tampak segar dengan gerombolan daunnya. Begitu juga rumput-rumput terlihat sangat subur merata ke seluruh taman sekolah dengan warna hijaunya. Bagaikan lapangan sepak bola yang luas.
Pada musim kemarau ini. Tak ada lagi jalanan yang tergenang seperti danau. Semua kering. Saat pagi udara sejuk. Namun saat siang terik matahari terasa seperti menusuk kulit. Dilengkapi dengan asap dari kendaraan umum dari jalanan. Yang membuat polusi udara ini semakin panas.
Seminggu telah berlalu sejak saat dimana Aku bertemu kak Lucky terakhir.
Hari ini adalah waktu dimana Aku harus pergi bertemu kak Lucky untuk mengambil naskah tata acaranya.
Dengan ponselku, Aku membuka whats up ku dan mengirim pesan kepada kak Lucky.
"Kak Luck, ada dimana?" pesanku.
"Di ruangan PMR" jawabnya.
Segera Aku pergi ke sana. Saat Aku hendak masuk, lagi-lagi pemandangan 3 minggu yang lalu Aku melihatnya lagi.
Kak Riris sedang berbincang dengan kak Lucky. Tentu dengan wajah sumringah.
Langkahku terhenti, Aku tak ingin menggangu waktu mereka berdua.
Namun anehnya. Mendadak hatiku merasa sedikit sesak melihat pemandangan ini.
"Jangan menyukainya Mil, Jika kamu tidak ingin sakit" pikirku.
Sebenarnya kak Lucky melihatku. Namun karena pertengkarannya dengan kak Micky 1 minggu yang lalu, membuat kak Lucky mulai berjaga jarak denganku.
Tanpa melakukan apapun kak Lucky hanya memperhatikanku dari jauh.
"Mil, sebenarnya Kamu itu apa?" pikirnya.
Ditengah perbincangan dengan kak Riris kak Lucky sempat melamun selama 30 detik.
Akhirnya Aku memutuskan untuk tanya ke kak Micky.
"Kak Mick, kak Lucky tidak menitipkan sesuatu padamu?" tanyaku lewat pesan whats up.
"Tidak. Memang menitipkan apa?" tanya kak Micky.
"Minggu kemarin kak Lucky bicara padaku akan memberiku naskah host. Saya kira dia menitipkannya pada kak Micky" jawab pesanku.
"Jadi ini yang Mereka katakan waktu itu? Benar, Lucky selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Sepertinya Aku yang selama ini salah faham padanya" batin kak Micky.
Kak Micky mulai mengetik di layar ponselnya kembali.
"Nanti akan Aku tanyakan padanya" jawab pesan itu.
"Makasih banyak ya kak" jawab pesanku.
Lewat kak Micky ini Aku sudah tak perlu bertemu dengan kak Lucky.
"Mulai sekarang, lebih baik Aku menjaga jarak dengannya" gumamku.
...****************...
Di ruangan kelas yang terlihat para murid sibuk membaca buku pelajaran. Mereka bersih keras untuk belajar mapel ujian hari ini.
Karena semalam kak Lucky sudah belajar. Jadi, saat ini di jam istirahat dia tidak terlalu memaksakan diri untuk belajar dengan keras.
Setelah urusannya dengan kak Riris selesai di ruangan PMR.
Dengan memasukkan tangan kirinya ke satu sisi sakunya. Kak Lucky berjalan menuju pintu masuk kelas. Dia menuju tempat duduknya. Tempat duduk yang 2 minggu ini berjarak dekat dengan kak Micky namun rasanya hubungan Mereka sangat jauh. Membuat murid 1 kelasnya curiga jika Mereka sedang bertengkar. Karena tak biasanya Mereka melakukan hal secara individual.
Kak Lucky duduk lalu mengecek ponselnya. Setelah percakapan tadi pagi. Tak ada balasan pesan kembali dariku. Akhirnya kak Lucky meletakkan kembali ponselnya.
Tiba-tiba ada suara yang berasal dari samping kanannya. Tepatnya dari bangku kak Micky.
Sedikit ragu-ragu dan pelan suara itu muncul.
"Luck, tadi Milanie bertanya padaku tentang naskah host. Kamu membuatkannya naskah?" Kata kak Micky.
Dengan sedikit terkejut kak Lucky berusaha untuk seperti biasanya. Sepertinya perang dingin antara Mereka mulai mencair sekarang.
"Iya, Kamu mau memberikan padanya?" tanya kak Lucky.
"Boleh" jawab kak Micky.
Seketika tangan kak Lucky meraih tas yang berada di depannya tepat di atas meja kursi individual itu.
Dia mengambil 2 lembar kertas yang telah di staples pada sudut atas kirinya. Lalu memberikannya kepada kak Micky.
"Berikan padanya dan ajarilah Dia. Sepertinya dia sangat gugup dan takut" kata kak Lucky.
Sebersit ada perasaan tak rela akan mengucapkan kata itu kepada orang lain. Di hati yang paling dalam sebenarnya dia ingin mengajarinya secara langsung.
Tapi kembali lagi, teman tak akan memakan teman. Biarlah rasa suka kak Micky tumbuh subur kepada Milanie. Kak Lucky tak mau berada di tengah-tengah Mereka. Dan memilih untuk mundur sebelum rasa itu mengakar dalam jiwanya.
"Tenang, dengan senang hati Aku akan mengajarinya" kata kak Micky dengan wajah yang sumringah.
...****************...
Setelah ujian hari ini selesai, kak Micky segera berjalan menuju ruangan timur. Yaitu ruanganku. Bersama 2 lembar kertas yang sekarang digulung dalam genggaman tangannya.
Tepat di depan pintu, salah satu teman kelasku memanggilku.
"Mil, ada yang mencarimu di depan kelas" kata salah satu teman kelasku.
"Pasti kak Lucky" batinku.
Saat Aku keluar, ternyata yang mencariku adalah kak Micky. Seketika harapanku pupus melihat seseorang yang datang. Tak sesuai dugaan. Tapi lagi-lagi hatiku menangkis perasaan yang tak seharusnya tumbuh di hatiku.
Dengan lapang dada, Aku menyambut kedatangan kak Micky saat itu. Membuat kak Micky merasa senang melihat sambutanku dengan senyum sumringah.
Dengan menyodorkan kertas gulungan yang digenggamnya saat ini.
"Mil, untukmu" kata kak Micky.
"Apa ini kak?" tanyaku.
"Yang Kamu tanyakan tadi lewat pesan" kata kak Micky.
"Oh, terimakasih kak. Lalu kak Lucky dimana?" tanyaku.
"Dia tidak ikut. Dia menyuruhku untuk mengajarimu tentang ini" kata kak Micky.
"Kenapa tidak langsung kak Lucky?"
"Padahal seminggu kemarin, jelas-jelas dia sangat bersemangat untuk mendukungku. Hingga membuatku menerima peran ini" batinku.
"Lagi-lagi sikapnya tidak dapat ditebak" batinku.
"Baiklah kak, mohon bimbingannya. Kita mulai dari mana untuk berlatih?" tanyaku.
"Sekarang baca dulu itu. Agar kamu mendapatkan gambaran. Lalu kita mulai latihan nanti di aula setelah pulang sekolah" kata kak Micky.
"Baiklah. Makasi banyak ya kak" kataku.
Saat Aku hendak masuk, langkahku terhenti karena panggilan dari kak Micky.
"Mil?" panggil kak Micky.
Aku menolah kepadanya.
"Iya?" kataku.
"Ayo Aku traktir ke kantin" kata kak Micky.
"Tidak usah repot-repot kak. Milanie sudah kenyang" jawabku.
"Kalau sudah kenyang berarti lain kali saja" kata kak Micky.
"Baiklah" jawabku.
"Aku kembali. Sampai nanti" kata kak Micky.
"Iya kak, terimakasih" kataku.
Aku mencoba membaca naskah yang telah dibuat itu.
Naskah itu berisi sangat singkat, padat dan jelas. Membuat ku mudah untuk memahaminya.
"Kak Lucky memang terbaik" gumamku.
"Akan sangat cocok jika dia menjadi guru nanti?" gumamku dengan tersenyum tipis.
"*Tapi kenapa jadi kak Micky yang melatihku? Jelas-jelas semangatnya bagaikan kobaran api minggu lalu. Apakah dia hanya bisa menyuruh orang lain?" batinku.
"Tadinya sudah kuputuskan akan berjaga jarak dengannya. Tapi kenapa Aku terus bertanya tentang keberadaannya. Bukankah ini adalah lelucon yang gaib? Atau bodoh? Pikiran dan hatiku tak dapat sejalan. Merepotkan sekali" batinku*.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
lineg boboo
aku datang lagi thor
2023-03-18
1
mom mimu
mampir nyicil lagi kak, semangat terus 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-21
2
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Iya bisa jadi hehe
2022-12-10
1