Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri

Musim telah berganti menjadi musim kemarau. Pada musim kemarau ini terlihat pemandangan serba hijau. Pohon-pohon tampak segar dengan gerombolan daunnya. Begitu juga rumput-rumput terlihat sangat subur merata ke seluruh taman sekolah dengan warna hijaunya. Bagaikan lapangan sepak bola yang luas.

Pada musim kemarau ini. Tak ada lagi jalanan yang tergenang seperti danau. Semua kering. Saat pagi udara sejuk. Namun saat siang terik matahari terasa seperti menusuk kulit. Dilengkapi dengan asap dari kendaraan umum dari jalanan. Yang membuat polusi udara ini semakin panas.

Seminggu telah berlalu sejak saat dimana Aku bertemu kak Lucky terakhir.

Hari ini adalah waktu dimana Aku harus pergi bertemu kak Lucky untuk mengambil naskah tata acaranya.

Dengan ponselku, Aku membuka whats up ku dan mengirim pesan kepada kak Lucky.

"Kak Luck, ada dimana?" pesanku.

"Di ruangan PMR" jawabnya.

Segera Aku pergi ke sana. Saat Aku hendak masuk, lagi-lagi pemandangan 3 minggu yang lalu Aku melihatnya lagi.

Kak Riris sedang berbincang dengan kak Lucky. Tentu dengan wajah sumringah.

Langkahku terhenti, Aku tak ingin menggangu waktu mereka berdua.

Namun anehnya. Mendadak hatiku merasa sedikit sesak melihat pemandangan ini.

"Jangan menyukainya Mil, Jika kamu tidak ingin sakit" pikirku.

Sebenarnya kak Lucky melihatku. Namun karena pertengkarannya dengan kak Micky 1 minggu yang lalu, membuat kak Lucky mulai berjaga jarak denganku.

Tanpa melakukan apapun kak Lucky hanya memperhatikanku dari jauh.

"Mil, sebenarnya Kamu itu apa?" pikirnya.

Ditengah perbincangan dengan kak Riris kak Lucky sempat melamun selama 30 detik.

Akhirnya Aku memutuskan untuk tanya ke kak Micky.

"Kak Mick, kak Lucky tidak menitipkan sesuatu padamu?" tanyaku lewat pesan whats up.

"Tidak. Memang menitipkan apa?" tanya kak Micky.

"Minggu kemarin kak Lucky bicara padaku akan memberiku naskah host. Saya kira dia menitipkannya pada kak Micky" jawab pesanku.

"Jadi ini yang Mereka katakan waktu itu? Benar, Lucky selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Sepertinya Aku yang selama ini salah faham padanya" batin kak Micky.

Kak Micky mulai mengetik di layar ponselnya kembali.

"Nanti akan Aku tanyakan padanya" jawab pesan itu.

"Makasih banyak ya kak" jawab pesanku.

Lewat kak Micky ini Aku sudah tak perlu bertemu dengan kak Lucky.

"Mulai sekarang, lebih baik Aku menjaga jarak dengannya" gumamku.

...****************...

Di ruangan kelas yang terlihat para murid sibuk membaca buku pelajaran. Mereka bersih keras untuk belajar mapel ujian hari ini.

Karena semalam kak Lucky sudah belajar. Jadi, saat ini di jam istirahat dia tidak terlalu memaksakan diri untuk belajar dengan keras.

Setelah urusannya dengan kak Riris selesai di ruangan PMR.

Dengan memasukkan tangan kirinya ke satu sisi sakunya. Kak Lucky berjalan menuju pintu masuk kelas. Dia menuju tempat duduknya. Tempat duduk yang 2 minggu ini berjarak dekat dengan kak Micky namun rasanya hubungan Mereka sangat jauh. Membuat murid 1 kelasnya curiga jika Mereka sedang bertengkar. Karena tak biasanya Mereka melakukan hal secara individual.

Kak Lucky duduk lalu mengecek ponselnya. Setelah percakapan tadi pagi. Tak ada balasan pesan kembali dariku. Akhirnya kak Lucky meletakkan kembali ponselnya.

Tiba-tiba ada suara yang berasal dari samping kanannya. Tepatnya dari bangku kak Micky.

Sedikit ragu-ragu dan pelan suara itu muncul.

"Luck, tadi Milanie bertanya padaku tentang naskah host. Kamu membuatkannya naskah?" Kata kak Micky.

Dengan sedikit terkejut kak Lucky berusaha untuk seperti biasanya. Sepertinya perang dingin antara Mereka mulai mencair sekarang.

"Iya, Kamu mau memberikan padanya?" tanya kak Lucky.

"Boleh" jawab kak Micky.

Seketika tangan kak Lucky meraih tas yang berada di depannya tepat di atas meja kursi individual itu.

Dia mengambil 2 lembar kertas yang telah di staples pada sudut atas kirinya. Lalu memberikannya kepada kak Micky.

"Berikan padanya dan ajarilah Dia. Sepertinya dia sangat gugup dan takut" kata kak Lucky.

Sebersit ada perasaan tak rela akan mengucapkan kata itu kepada orang lain. Di hati yang paling dalam sebenarnya dia ingin mengajarinya secara langsung.

Tapi kembali lagi, teman tak akan memakan teman. Biarlah rasa suka kak Micky tumbuh subur kepada Milanie. Kak Lucky tak mau berada di tengah-tengah Mereka. Dan memilih untuk mundur sebelum rasa itu mengakar dalam jiwanya.

"Tenang, dengan senang hati Aku akan mengajarinya" kata kak Micky dengan wajah yang sumringah.

...****************...

Setelah ujian hari ini selesai, kak Micky segera berjalan menuju ruangan timur. Yaitu ruanganku. Bersama 2 lembar kertas yang sekarang digulung dalam genggaman tangannya.

Tepat di depan pintu, salah satu teman kelasku memanggilku.

"Mil, ada yang mencarimu di depan kelas" kata salah satu teman kelasku.

"Pasti kak Lucky" batinku.

Saat Aku keluar, ternyata yang mencariku adalah kak Micky. Seketika harapanku pupus melihat seseorang yang datang. Tak sesuai dugaan. Tapi lagi-lagi hatiku menangkis perasaan yang tak seharusnya tumbuh di hatiku.

Dengan lapang dada, Aku menyambut kedatangan kak Micky saat itu. Membuat kak Micky merasa senang melihat sambutanku dengan senyum sumringah.

Dengan menyodorkan kertas gulungan yang digenggamnya saat ini.

"Mil, untukmu" kata kak Micky.

"Apa ini kak?" tanyaku.

"Yang Kamu tanyakan tadi lewat pesan" kata kak Micky.

"Oh, terimakasih kak. Lalu kak Lucky dimana?" tanyaku.

"Dia tidak ikut. Dia menyuruhku untuk mengajarimu tentang ini" kata kak Micky.

"Kenapa tidak langsung kak Lucky?"

"Padahal seminggu kemarin, jelas-jelas dia sangat bersemangat untuk mendukungku. Hingga membuatku menerima peran ini" batinku.

"Lagi-lagi sikapnya tidak dapat ditebak" batinku.

"Baiklah kak, mohon bimbingannya. Kita mulai dari mana untuk berlatih?" tanyaku.

"Sekarang baca dulu itu. Agar kamu mendapatkan gambaran. Lalu kita mulai latihan nanti di aula setelah pulang sekolah" kata kak Micky.

"Baiklah. Makasi banyak ya kak" kataku.

Saat Aku hendak masuk, langkahku terhenti karena panggilan dari kak Micky.

"Mil?" panggil kak Micky.

Aku menolah kepadanya.

"Iya?" kataku.

"Ayo Aku traktir ke kantin" kata kak Micky.

"Tidak usah repot-repot kak. Milanie sudah kenyang" jawabku.

"Kalau sudah kenyang berarti lain kali saja" kata kak Micky.

"Baiklah" jawabku.

"Aku kembali. Sampai nanti" kata kak Micky.

"Iya kak, terimakasih" kataku.

Aku mencoba membaca naskah yang telah dibuat itu.

Naskah itu berisi sangat singkat, padat dan jelas. Membuat ku mudah untuk memahaminya.

"Kak Lucky memang terbaik" gumamku.

"Akan sangat cocok jika dia menjadi guru nanti?" gumamku dengan tersenyum tipis.

"*Tapi kenapa jadi kak Micky yang melatihku? Jelas-jelas semangatnya bagaikan kobaran api minggu lalu. Apakah dia hanya bisa menyuruh orang lain?" batinku.

"Tadinya sudah kuputuskan akan berjaga jarak dengannya. Tapi kenapa Aku terus bertanya tentang keberadaannya. Bukankah ini adalah lelucon yang gaib? Atau bodoh? Pikiran dan hatiku tak dapat sejalan. Merepotkan sekali" batinku*.

...----------------...

Terpopuler

Comments

lineg boboo

lineg boboo

aku datang lagi thor

2023-03-18

1

mom mimu

mom mimu

mampir nyicil lagi kak, semangat terus 💪🏻💪🏻💪🏻

2022-12-21

2

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Iya bisa jadi hehe

2022-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!