BAB 13: Dia mengajakku Pergi

Malam yang bernuansa lampu-lampu berjajar di tepi jalan. Berwarna kuning keemasan. Bersama bintang-bintang yang menghiasi langit di lautan hitam.

Pohon-pohon yang berjajar agak jauh dari jalan itu terlihat sedang menggoyang-goyangkan daunnya.

Di pinggir jalan, tepat di depan gang perumahan kos ku. Telah ada seseorang yang sedang menduduki motor hitamnya. Menghadap arah selatan. Dia terlihat sedang menunggu seseorang. Seseorang itu tepatnya adalah Aku.

Dikotak persegi panjang itu. Terpantul wajah yang putih dengan bola mata yang bulat seperti cabi namun kecil. Aku memoleskan bedak padat bermerk inez di pipiku. Dengan sedikit polesan lipstik berwarna merah ke orange-nan. Membuat bibirku samar-samar terlihat merah namun natural. Bibirku berwarna, namun tak mencolok.

Dengan gayaku yang sederhana, kali ini Aku memakai kaos berlengan panjang. Dengan celana levis warna hitam. Memakai kerudung pashmina panjang yang ku pakai dengan jarum dan membalutkan bagian yang lain ke atas hingga membalut kepalaku. Entah, malam ini sifat perempuanku sedang keluar. Jadi sedikit ingin berdandan.

Saat Aku keluar kamar. Teman kosku sebelah kamar melihatku hendak keluar.

"Mil, Kamu mau kemana? Kencan?" tanyanya.

"Enggak, Aku hanya akan pergi" jawabku.

Mungkin Mereka melihat penampilanku kali ini agak berbeda dari biasanya. Hingga berprasangka jika Aku hendak kencan.

"Tunggu, tunggu. Masak kencan cuma gini sih." katanya.

Seketika Dia menghentikan jalanku lalu menggeretku ke kamarnya.

Segera dia mencari sebuah jaket levis yang memiliki banyak kancing di depan. Jaket itu stylenya mecing sekali dengan bajuku. Dan temanku menyuruhku untuk memakainya.

"Pakailah! Ini lebih cocok" katanya.

Dengan segera dia mendandani style bajuku dengan amat sergap.

Tangannya lihai ke kanan dan ke kiri. Menata semua yang kupakai.

Entah apa yang dia lakukan padaku. Aku hanya bisa pasrah.

Beberapa saat kemudian tangan yang tadinya bergerak cepat sekarang berhenti. Lalu menepuk-nepuk kedua bahuku.

"Selesai" katanya.

"Sudah?" tanyaku.

"Iya berangkatlah!" katanya.

Aku hanya pasrah dengan apa yang dikatakan temanku tanpa mengecek riasanku lagi di kaca.

Karena Aku tahu, ini sudah terlambat 30 menit dari waktu janjian. Dengan segera Aku berlari keluar gang.

Saat keluar, mataku langsung tertuju ke seseorang yang sedang duduk di atas motornya. Segera Aku menghampirinya.

"Lama menunggu ya kak? Maaf" kataku.

Kepala itu menoleh dan melihatku.

Seketika tatapannya seperti tatapan yang takjub. Mata itu membeku tanpa berkedip. Dengan expresi yang melongo.

Tidak seperti expresi pada kak Lucky biasanya.

"Kak? Ada apa?" tanyaku.

Seketika pandangannya pecah dengan salah tingkah.

"Tidak, apa-apa. Naiklah!" katanya.

Aku menuruti perintahnya. Aku naik di kursi boncengan belakangnya. Seperti biasa, dengan jarak 50 cm dari tempat supirnya.

Sebenarnya Aku sangat penasaran. Akan diajak kemana Aku sekarang? Namun Aku tak ingin menanyakannya. Biarlah kenyataan yang menjawabnya.

Hening, hanya desus angin yang terasa menusuk. Untung temanku memberiku jaket levis ini. Meski memang fungsinya tak menghangatkan tubuh. Tapi double pakai ini membantu untuk menangkis hawa dingin malam. Jika tidak, mungkin badanku akan merasa kedinginan.

Beberapa waktu kemudian, sepeda yang kunaiki telah berhenti.

Tepat di depan sebuah rumah. Sepertinya itu adalah rumah salah satu teman kak Lucky.

Kak Lucky masuk ke dalam. Aku mengikutinya dari belakang.

"Tok, tok, tok"

"Assallamu'alaikum wr. Wb. " ucapnya.

"Wa'alaikumussalam wr. Wb. Oh Lucky,, masuk! Masuk! silahkan duduk! " katanya.

Kami duduk di kursi tamu.

"Bagaimana? Apakah ada?" tanya kak Lucky.

"Iya ada" jawabnya.

Teman yang memiliki rumah itu beranjak berdiri dari tempat duduk. Lalu masuk ke dalam seperti akan mengambil sesuatu.

Tak lama kemudian, teman kak Lucky keluar dari balik tirai. Dengan membawa tumpukan buku kecil.

Lalu teman kak Lucky meletakkan tupukan buku kecil itu di atas meja.

Buku itu berlabel KEMDIKBUD semua. Mengartikan bahwa buku ini memang dari pemerintah dan tidak untuk dijual belikan.

"Ambillah!" kata teman kak Lucky.

Kak Lucky memilih buku tumpukan itu. Dia lebih memilih buku tentang ilmu agrikultura. Lalu Dia menemukan 1 buku yang beda. Yaitu Matematika. Lalu dia memberikan buku matematika itu padaku.

"Pelajarilah!" kata kak Lucky.

Tanganku dengan spontan menangkap buku yang di sodorkan kak Lucky.

Aku melihat cover buku itu. Aku bolak balik dengan seksama menamatinya.

"Kenapa dia memberikan ini padaku?" pikirku.

Kak Lucky mengambil 5 buah buku. Jika ditotal dengan buku yang diberikan padaku menjadi 6 buah.

"Aku mengambil ini semua ya?" kata kak Lucky.

"Nggak sekalian semua?" tanya teman kak Lucky.

"Nggak, ini sudah lebih dari cukup. Makasi ya?" kata kak Lucky.

Teman kak Lucky mengangguk-angguk.

"Iya sama-sama. Bawa sudah" kata teman kak Lucky.

Setelah beberapa perbincangan, segera Kami pulang.

Aku hanya diam dan tak mengerti. Perlakuannya, cara menatapnya. Kadang membuatku sedikit bingung dengan kakak satu ini. Kadang buat Aku sangat nyaman, tapi kadang juga membuatku ingin meledak.

Tiba-tiba sepeda motor itu terhenti di sebuah jembatan atas jalan.

Di jembatan itu telah disuguhkan sebuah pemandangan setengah dari kota Jember. Terlihat lampu-lampu rumah dan jalanan seperti bintang di bawah. Dengan warna kuning ke emasan. Di kegelapan ini, rasanya mendadak batin, pikiran dan rasaku menjadi bebas saat itu.

"Indah sekali" kataku.

"Syukur jika kamu menyukainya?" kata kak Lucky.

"Ngomong-ngomong, Kamu terlihat berbeda malam ini" kata kak Lucky.

"Oh, ini temanku yang mendadandani ku tadi sebelum berangkat" kataku.

"Sepertinya temanmu memilki bakat" kata kak Lucky.

"Iya, Dia sangat memperhatikan penampilannya" kataku.

"Makasi atas bukunya kak" kataku.

"Berterimakasihlah dengan membacanya. Dan belajarlah lebih giat" kata kak Lucky.

Aku mengangguk-anggukkan kepala.

"Iya pasti. Aku kan ingin berprestasi seperti kak Lucky hehe" candaku.

"Iya, Aku tunggu prestasimu" kata kak Lucky.

Tiba-tiba mendadak saat Aku berbicara tentang sekolah, membuatku ingat dengan teror pesan yang di kirim oleh murid ruangan tengah. Rasanya hatiku masih sedikit mengganjal dengan mereka.

"Kak, boleh Aku bertanya?" tanyaku.

"Apa?" tanya kak Lucky.

"Menurutmu Aku ini orang yang seperti apa?" tanyaku.

Pandangan itu memandang wajahku dan sekujur tubuhku dari atas ke bawah.

"Menurutku kamu anak yang sederhana, apa adanya dan baik" jawab kak Lucky.

"Apakah saat kakak dekat denganku tidak merasa berkidik? Atau merasa semacam gatal gitu kayak terkena ulat?" tanyaku polos.

"Ha, ha, ha, ha,"

Mendengar pertanyaanku seketika kak Lucky tertawa bebas. Dan baru pertama kalinya Aku melihatnya dapat tertawa bebas seperti ini. Seperti tanpa beban.

"Kak, Aku serius tanya" kataku.

"Tak kusangka kamu termakan sama komentar mereka?" kata Kak Lucky.

"Iya iyalah kak, bayangin jelas-jelas Mereka mengatakannya tepat di telingaku. Tentu saja Aku termakan" kataku.

"Rasanya sungguh makanan lezat seperti pizza" tambahku dengan nada ketus.

"Ha, ha, ha," ketawa kak Lucky.

"Pizza enak tahu" canda kak Lucky.

"Ih kak Lucky, padahal Aku bertanya tapi tidak dijawab malah meledek" kataku kesal.

"Menyebalkan" gumamku.

Seketika kedua tangan itu memegang 2 lenganku dan menghadapkanku ke arahnya. Sehingga kita saling menatap.

"Dengar, Kamu adalah kamu. Dalam hidup kita, memang tak akan lari dari sebuah cercaan atau hujatan mulut manusia. Jadi, jadilah Kamu sendiri. Jangan dengarkan kata Mereka" kata kak Lucky.

Lalu tangan itu mengoyak jilbabku bagian depan atas dahi.

Sedangkan Aku terdiam. Dan rasa kagum itu mulai muncul dibenakku.

"Betapa bijaksananya orang yang berdiri di depanku saat ini?" batinku.

Apakah benih-benih cinta itu mulai muncul? Atau hanya sebatas kagum kepada teman dari sahabatku kak Micky?

...----------------...

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

sepertinya aku mencium aroma ♥️♥️♥️ he he...

2023-03-08

2

mom mimu

mom mimu

Mila... kasian si Mickey mouse... jangan deket2 sama lucky, biar aku tampung aja dia sebagai gantinya 😄😄✌🏻✌🏻

nyicil kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻

2022-12-15

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Kalo sudah sah aja wkwkwk

2022-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!