Malam yang bernuansa lampu-lampu berjajar di tepi jalan. Berwarna kuning keemasan. Bersama bintang-bintang yang menghiasi langit di lautan hitam.
Pohon-pohon yang berjajar agak jauh dari jalan itu terlihat sedang menggoyang-goyangkan daunnya.
Di pinggir jalan, tepat di depan gang perumahan kos ku. Telah ada seseorang yang sedang menduduki motor hitamnya. Menghadap arah selatan. Dia terlihat sedang menunggu seseorang. Seseorang itu tepatnya adalah Aku.
Dikotak persegi panjang itu. Terpantul wajah yang putih dengan bola mata yang bulat seperti cabi namun kecil. Aku memoleskan bedak padat bermerk inez di pipiku. Dengan sedikit polesan lipstik berwarna merah ke orange-nan. Membuat bibirku samar-samar terlihat merah namun natural. Bibirku berwarna, namun tak mencolok.
Dengan gayaku yang sederhana, kali ini Aku memakai kaos berlengan panjang. Dengan celana levis warna hitam. Memakai kerudung pashmina panjang yang ku pakai dengan jarum dan membalutkan bagian yang lain ke atas hingga membalut kepalaku. Entah, malam ini sifat perempuanku sedang keluar. Jadi sedikit ingin berdandan.
Saat Aku keluar kamar. Teman kosku sebelah kamar melihatku hendak keluar.
"Mil, Kamu mau kemana? Kencan?" tanyanya.
"Enggak, Aku hanya akan pergi" jawabku.
Mungkin Mereka melihat penampilanku kali ini agak berbeda dari biasanya. Hingga berprasangka jika Aku hendak kencan.
"Tunggu, tunggu. Masak kencan cuma gini sih." katanya.
Seketika Dia menghentikan jalanku lalu menggeretku ke kamarnya.
Segera dia mencari sebuah jaket levis yang memiliki banyak kancing di depan. Jaket itu stylenya mecing sekali dengan bajuku. Dan temanku menyuruhku untuk memakainya.
"Pakailah! Ini lebih cocok" katanya.
Dengan segera dia mendandani style bajuku dengan amat sergap.
Tangannya lihai ke kanan dan ke kiri. Menata semua yang kupakai.
Entah apa yang dia lakukan padaku. Aku hanya bisa pasrah.
Beberapa saat kemudian tangan yang tadinya bergerak cepat sekarang berhenti. Lalu menepuk-nepuk kedua bahuku.
"Selesai" katanya.
"Sudah?" tanyaku.
"Iya berangkatlah!" katanya.
Aku hanya pasrah dengan apa yang dikatakan temanku tanpa mengecek riasanku lagi di kaca.
Karena Aku tahu, ini sudah terlambat 30 menit dari waktu janjian. Dengan segera Aku berlari keluar gang.
Saat keluar, mataku langsung tertuju ke seseorang yang sedang duduk di atas motornya. Segera Aku menghampirinya.
"Lama menunggu ya kak? Maaf" kataku.
Kepala itu menoleh dan melihatku.
Seketika tatapannya seperti tatapan yang takjub. Mata itu membeku tanpa berkedip. Dengan expresi yang melongo.
Tidak seperti expresi pada kak Lucky biasanya.
"Kak? Ada apa?" tanyaku.
Seketika pandangannya pecah dengan salah tingkah.
"Tidak, apa-apa. Naiklah!" katanya.
Aku menuruti perintahnya. Aku naik di kursi boncengan belakangnya. Seperti biasa, dengan jarak 50 cm dari tempat supirnya.
Sebenarnya Aku sangat penasaran. Akan diajak kemana Aku sekarang? Namun Aku tak ingin menanyakannya. Biarlah kenyataan yang menjawabnya.
Hening, hanya desus angin yang terasa menusuk. Untung temanku memberiku jaket levis ini. Meski memang fungsinya tak menghangatkan tubuh. Tapi double pakai ini membantu untuk menangkis hawa dingin malam. Jika tidak, mungkin badanku akan merasa kedinginan.
Beberapa waktu kemudian, sepeda yang kunaiki telah berhenti.
Tepat di depan sebuah rumah. Sepertinya itu adalah rumah salah satu teman kak Lucky.
Kak Lucky masuk ke dalam. Aku mengikutinya dari belakang.
"Tok, tok, tok"
"Assallamu'alaikum wr. Wb. " ucapnya.
"Wa'alaikumussalam wr. Wb. Oh Lucky,, masuk! Masuk! silahkan duduk! " katanya.
Kami duduk di kursi tamu.
"Bagaimana? Apakah ada?" tanya kak Lucky.
"Iya ada" jawabnya.
Teman yang memiliki rumah itu beranjak berdiri dari tempat duduk. Lalu masuk ke dalam seperti akan mengambil sesuatu.
Tak lama kemudian, teman kak Lucky keluar dari balik tirai. Dengan membawa tumpukan buku kecil.
Lalu teman kak Lucky meletakkan tupukan buku kecil itu di atas meja.
Buku itu berlabel KEMDIKBUD semua. Mengartikan bahwa buku ini memang dari pemerintah dan tidak untuk dijual belikan.
"Ambillah!" kata teman kak Lucky.
Kak Lucky memilih buku tumpukan itu. Dia lebih memilih buku tentang ilmu agrikultura. Lalu Dia menemukan 1 buku yang beda. Yaitu Matematika. Lalu dia memberikan buku matematika itu padaku.
"Pelajarilah!" kata kak Lucky.
Tanganku dengan spontan menangkap buku yang di sodorkan kak Lucky.
Aku melihat cover buku itu. Aku bolak balik dengan seksama menamatinya.
"Kenapa dia memberikan ini padaku?" pikirku.
Kak Lucky mengambil 5 buah buku. Jika ditotal dengan buku yang diberikan padaku menjadi 6 buah.
"Aku mengambil ini semua ya?" kata kak Lucky.
"Nggak sekalian semua?" tanya teman kak Lucky.
"Nggak, ini sudah lebih dari cukup. Makasi ya?" kata kak Lucky.
Teman kak Lucky mengangguk-angguk.
"Iya sama-sama. Bawa sudah" kata teman kak Lucky.
Setelah beberapa perbincangan, segera Kami pulang.
Aku hanya diam dan tak mengerti. Perlakuannya, cara menatapnya. Kadang membuatku sedikit bingung dengan kakak satu ini. Kadang buat Aku sangat nyaman, tapi kadang juga membuatku ingin meledak.
Tiba-tiba sepeda motor itu terhenti di sebuah jembatan atas jalan.
Di jembatan itu telah disuguhkan sebuah pemandangan setengah dari kota Jember. Terlihat lampu-lampu rumah dan jalanan seperti bintang di bawah. Dengan warna kuning ke emasan. Di kegelapan ini, rasanya mendadak batin, pikiran dan rasaku menjadi bebas saat itu.
"Indah sekali" kataku.
"Syukur jika kamu menyukainya?" kata kak Lucky.
"Ngomong-ngomong, Kamu terlihat berbeda malam ini" kata kak Lucky.
"Oh, ini temanku yang mendadandani ku tadi sebelum berangkat" kataku.
"Sepertinya temanmu memilki bakat" kata kak Lucky.
"Iya, Dia sangat memperhatikan penampilannya" kataku.
"Makasi atas bukunya kak" kataku.
"Berterimakasihlah dengan membacanya. Dan belajarlah lebih giat" kata kak Lucky.
Aku mengangguk-anggukkan kepala.
"Iya pasti. Aku kan ingin berprestasi seperti kak Lucky hehe" candaku.
"Iya, Aku tunggu prestasimu" kata kak Lucky.
Tiba-tiba mendadak saat Aku berbicara tentang sekolah, membuatku ingat dengan teror pesan yang di kirim oleh murid ruangan tengah. Rasanya hatiku masih sedikit mengganjal dengan mereka.
"Kak, boleh Aku bertanya?" tanyaku.
"Apa?" tanya kak Lucky.
"Menurutmu Aku ini orang yang seperti apa?" tanyaku.
Pandangan itu memandang wajahku dan sekujur tubuhku dari atas ke bawah.
"Menurutku kamu anak yang sederhana, apa adanya dan baik" jawab kak Lucky.
"Apakah saat kakak dekat denganku tidak merasa berkidik? Atau merasa semacam gatal gitu kayak terkena ulat?" tanyaku polos.
"Ha, ha, ha, ha,"
Mendengar pertanyaanku seketika kak Lucky tertawa bebas. Dan baru pertama kalinya Aku melihatnya dapat tertawa bebas seperti ini. Seperti tanpa beban.
"Kak, Aku serius tanya" kataku.
"Tak kusangka kamu termakan sama komentar mereka?" kata Kak Lucky.
"Iya iyalah kak, bayangin jelas-jelas Mereka mengatakannya tepat di telingaku. Tentu saja Aku termakan" kataku.
"Rasanya sungguh makanan lezat seperti pizza" tambahku dengan nada ketus.
"Ha, ha, ha," ketawa kak Lucky.
"Pizza enak tahu" canda kak Lucky.
"Ih kak Lucky, padahal Aku bertanya tapi tidak dijawab malah meledek" kataku kesal.
"Menyebalkan" gumamku.
Seketika kedua tangan itu memegang 2 lenganku dan menghadapkanku ke arahnya. Sehingga kita saling menatap.
"Dengar, Kamu adalah kamu. Dalam hidup kita, memang tak akan lari dari sebuah cercaan atau hujatan mulut manusia. Jadi, jadilah Kamu sendiri. Jangan dengarkan kata Mereka" kata kak Lucky.
Lalu tangan itu mengoyak jilbabku bagian depan atas dahi.
Sedangkan Aku terdiam. Dan rasa kagum itu mulai muncul dibenakku.
"Betapa bijaksananya orang yang berdiri di depanku saat ini?" batinku.
Apakah benih-benih cinta itu mulai muncul? Atau hanya sebatas kagum kepada teman dari sahabatku kak Micky?
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
sepertinya aku mencium aroma ♥️♥️♥️ he he...
2023-03-08
2
mom mimu
Mila... kasian si Mickey mouse... jangan deket2 sama lucky, biar aku tampung aja dia sebagai gantinya 😄😄✌🏻✌🏻
nyicil kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-15
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Kalo sudah sah aja wkwkwk
2022-12-06
1