Bab 2 Menghindari Pertemuan

Hari ini adalah pelajaran matematika. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang paling aku senangi. Karena guru matematika ku adalah guru yang sangat sabar dan cantik hehe.

Di depan bangku para murid, ada sebuah papan yang berwarna putih terpajang di tembok menghadap kearah kami.

Guruku menuliskan sebuah tulisan di sana. Dengan spidol hitam yang dipegangnya.

"Hasil dari 4 log 8 + 4 log 32 adalah...."

Di papan putih itu ada sebuah pertanyaan yang terlontar dari guru matematikaku.

"Siapa yang dapat menjawabnya?"

"Silahkan maju ke depan" ungkapnya.

Seketika tanganku mencari pensil dan mencoret-coret buku berhitungku.

"Nah, ketemu!" gumamku.

Dengan senang aku dapat menemukan jawabannya.

Tentu aku memberanikan diri untuk menunjuk diri agar maju memberikan jawaban di depan.

Tangan kananku ku angkat.

"Saya bu" kataku.

"Silahkan maju Milanie" kata guruku.

Aku maju dan meraih spidol yang disodorkan oleh guruku.

Dengan percaya diri aku menulis jawabannya.

4 log 8 + 4 log 32

\= 4 log (8.32)

\= 4 log 256

\= 4.

Setelah aku menyelesaikannya, aku meletakkan spidol ke meja guruku dan langsung kembali ke bangku ku.

Semua teman kelasku memandangku. Ada pandangan yang kagum, ada pandangan yang iri dan ada pandangan yang biasa saja.

Pandangan yang biasa saja itu dari temanku yang paling tak peduli dengan pelajaran. Kebanyakan sih mereka laki-laki dan bangku sebelah paling belakang.

Ibu guru memeriksa jawabanku.

"Iya ini benar sekali" kata guruku.

Secara tidak langsung aku menjadi dekat dengan guru matematikaku. Dia selalu memanggilku saat dia membutuhkan bantuan. Karena aku adalah murid kesayangannya hehe.

Tapi di sela-sela ini ada beberapa teman cewekku yang merasa tak dianggap dan iri terhadapku. Membuatku untuk tidak ingin melakukan hal yang terlalu mencolok lagi. Dan menjadi murid yang sewajarnya saja.

...****************...

Pelajaran hari ini selesai. Lagi-lagi sekarang adalah jadwal pertemuan dari kegiatan extrakulikuler PMR ku.

Seketika pikiranku mengingat apa yang aku lakukan minggu lalu.

Duh,, rasanya sangat memalukan.

"Aku ingin absen saja hari ini" batinku.

Dengan mengendap-ngendap aku mempercepat langkahku untuk melewati tempat perkumpulan.

Yang kebetulan merupakan jalan menuju arah pulang gerbang sekolah.

Tak disangka Kiki datang dari arah depanku.

"Milanie, kamu mau kumpulkan hari ini?" tanya Kiki.

"Ah, iya" kataku.

"Kalau begitu ayo kita bareng kesana!" ajak Kiki.

"Ah, Iya ayo" jawabku.

Padahal aku sudah berencana untuk bolos hari ini. Berhubung aku tak memiliki alasan khusus untuk tidak menghadirinya.

Jadi dengan terpaksa aku harus menghadiri pertemuan ini. Bersama Kiki Aku berjalan bersama.

"Haduh,,, ku pasang dimana wajahku saat bertemu dengannya" gumamku khawatir atas keadaan ini.

"Apa Mil? " tanya Kiki.

Sepertinya Kiki remang-remang mendengar perkataanku yang lirih tadi.

"Oh tidak, tidak ada. Aku hanya penasaran pertemuan kali ini akan membahas apa hehe" kataku berdalih.

...****************...

Terlihat semua anggota telah berkumpul di sana. Hanya Aku dan Kiki yang terakhir masuk kali ini.

Aku membuang wajahku agar tak melihat Senior yang cuek itu. Melihat wajahnya saja mebuatku merasa malu sekali.

Ku putuskan Aku memilih duduk di pojok bagian ruangan dan menepi.

Bersembunyi di balik punggung junior seangkatanku.

"Mil, sini!" ajak Kiki.

"Syuuuuutttt!!!"

Dengan menempelkan jari telunjukku pada mulutku sendiri. Memberikan kode waspada kepada Kiki.

Kiki yang tak mengerti dengan maksudku dia hanya mengernyitkan alisnya ke atas. Menggambarkan dia butuh penjelasan dariku.

"Aku hanya tak ingin bertemu dengan kak Lucky" kataku berbisik pada Kiki.

Mendengar penjelasanku, Kiki menoleh kesana kemari. Matanya liar memandang ke segala arah.

Namun dari semua sudut ruangan, Kiki tak melihat sosok kak Lucky di sini. Lalu Kiki memberitahukan padaku jika kak Lucky tidak ada.

"Ada apa? Kenapa kamu tak mau bertemu? Dia kan ganteng?" kata Kiki.

"Aku takut nanti dia menghukumku" jawabku.

"Dihukum? Kenapa?" tanya Kiki penasaran.

"Kamu lupa dengan apa yang aku lakukan minggu lalu?" tanyaku balik.

Sekilas Kiki mengingat tingkah Milanie yang berani membohongi kakak Seniornya.

"Oh, iya, iya aku faham. Tapi kamu tenang saja kakak ganteng itu sekarang nggak ada kok" kata Kiki.

"Benarkah?" tanyaku.

"Iya" jawab Kiki.

Di gerumunan seluruh anggota PMR itu. Mataku melihat kesana kemari dengan serius. Memastikan memang keberadaan kakak cuek itu tidak ada di sana.

Karena saat ini adalah pengangkatan junior baru. Khususnya kelas 1, jadi semua anggota PMR senior berkumpul saat ini. Senior Kelas 2 dan kelas 3.

Betapa leganya perasaanku tidak bertemu dengan kakak Senior cuek itu.

Dipertemuan kali ini, para anggota junior sedang di bimbing oleh 1 orang senior kelas 2.

Dia memerintahkan agar kami duduk membentuk lingkaran.

Setelah membentuk lingkaran, senior kelas 2 itu menjelaskan tentang Definisi dan Tugas PMR.

Dan senior kelas 2 itu memberikan selembar kertas yang diperintahkan untuk menulis nomer ponsel masing-masing junior.

"Kakak akan memasukkan kalian ke grub generasi PMR"

"Jadi tulis nomer ponsel kalian di kertas itu, khususnya nomer Whats up ya?" kata Senior tingkat 2 itu.

"Baik" jawab para Junior dengan kompak.

Satu persatu kami menulis ponsel secara bergantian. Kertas itu diberikan dari tangan ke tangan dengan arah memutar.

Saat Aku mulai menulis. Tak disangka Senior cuek itu yang paling aku hindari pertemuannya. Dia kini muncul dari balik ruangan sebelah.

Ruangan yang memang bergandeng dengan ruangan yang kini digunakan oleh para junior. Tapi ruangan itu setengah dipagar tembok. Sedangkan bagian lain ditutup oleh tirai. Jadi jika dipandang dari ruangan yang Aku duduki saat ini, tak terlihat ada seseorang atau tidak di sana. Saat tirai itu ditutup.

Melihatnya muncul saat mengibaskan tirai itu membuat mataku melotot dengan spontan ke arahnya.

Senior itu melihatku sekilas, lalu dia berjalan membelok kanan menuju pojok ruangan. Dia meraih sebuah botol aqua yang masih terisi air setengah dari botol itu. Lalu kembali masuk ke ruangan sebelah.

"Astaga, kenapa Aku harus melotot sih tadi. Bisa-bisa dia membalasku dengan sangat kejam setelah ini" batinku.

"Mil, sudah selesai?" tanya Kiki.

Seketika perang batinku terbuyar oleh pertanyaan Kiki.

"Ah, iya ini selesai" jawabku dengan mempercepat tanganku untuk menulis nomerku. Dan segera aku menyodorkan kepada anggota yang lain.

"Kamu melihatnya tadi Mil? Kakak ganteng itu ternyata ada" bisik Kiki diantara duduk melingkar itu.

"Iya, Aku jadi ingin pulang cepat saja" kataku.

"Kenapa? Aku justru semangat jika ada kakak ganteng di sini" kata Kiki.

"Kamu semangat, tapi Aku malah nyungsep" kataku.

"Coba gimana nyungsepnya?" kata Kiki menantang.

Dengan spontan Aku memaju-majukan kepalaku ke depan dan belakang beberapa kali seperti anak yang sedang menari potong bebek angsa.

Lagi-lagi diantara tingkahku yang konyol, kakak cuek itu melihatku sekilas. Bersamaan dengan tirai yang terhempas oleh angin sebentar.

Saat aku melihat, ternyata di ruangan sebelah banyak dari Senior kelas 2 dan kelas 3 sedang berkumpul. Mereka seperti merapatkan sesuatu.

"Astaga, kenapa selalu di waktu yang tidak tepat" batinku.

Sedangkan Kiki saat ini menertawakan tingkah konyol yang kulakukan tadi.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

jangan lupa mampir di karyaku juga yaa

2024-04-21

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

aduhh trauma liat log log gitu.. jdi inget guru killer wktu SMA 🥴

2023-01-25

1

Buna Seta

Buna Seta

keren banget

2022-12-27

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!