Hari ini adalah hari Jum'at. Hari dimana tak ada jadwal perkumpulan extrakulikuler lagi.
Siang itu, seperti biasa aku berjalan dengan kelompok boyband ku. Teman sekelasku dengan 3 anggota.
Di jurusan lain, Aku terkenal dengan cewek yang kegatelan dengan menempel ke semua cowok dalam satu sekolah.
Terlihat sekali mata-mata itu memandang sinis dan tak suka padaku. Apalagi Aku anak yang perasa. Membuatku merasa sedikit tak percaya diri dan terkucilkan.
Padahal, aku hanya berteman dengan beberapa cowok saja.
"Ah, masa bodoh. Tak peduli kata mereka, yang terpenting aku tidak melakukan kesalahan. Atau menyakiti hati orang lain"
Pikiran itulah yang kuteguhkan hingga aku dapat menikmati hari-hariku bersama teman-temanku.
...****************...
Kedua temanku ini mereka sangat nakal. Melakukan sholat pun jarang. Mereka juga tak peduli dengan nilai mereka dalam pelajaran. Tapi jika dengan teman. Merekalah yang paling setia dan siap membela kapan pun teman itu saat jatuh. Aku memanggil mereka dengan nama Encung dan A'ad. Encung yang memiliki kulit yang putih. Sedangkan A'ad memiliki kulit coklat dengan wajah yang manis.
Namun, karena Aku teman yang baik. Tak bosan Aku selalu menyuruh mereka untuk mengerjakan sholat.
Berteman dengan mereka bukan untuk ikut kemalasan mereka. Tapi justru ingin membangkitkan semangat mereka. Setidaknya kewajiban sholat mereka laksanakan. Itu saja.
Waktu telah memasuki sholat jum'at.
"Sholatlah, sebelum kamu di sholatkan!" celotehku kepada mereka.
"Oh, sepertinya aku lupa dengan kaos kakiku di kelas" kata temanku A'ad.
"Aku juga lupa topiku saya taruh dimana tadi" disusul dengan alasan temanku satunya yaitu Encung.
Mereka berdua langsung beranjak pergi menjauhi masjid sekolah.
"Astaga,,, Entah setan model apa yang berhasil membuat mereka seperti ini. Mereka sangat bandel sekali" gumamku.
Yah,, begitulah teman cowokku. Nakal, tapi mereka menjaga dan setia kawan.
Meski seperti itu, Aku tetap ingin terus mengingatkan mereka tentang hal ini.
...****************...
Lagi-lagi pikiranku sekarang termakan oleh racun yang tak terlihat oleh mata.
Meski Aku telah meneguhkan perasaanku untuk merasa masa bodoh. Mendengar seseorang menjelekkanku di belakang. Membuat badanku merasa lemas. Kata-kata yang dirangkai oleh mereka telah berhasil melemaskan semua otot di tubuhku. Dengan sedikit suntikan itu membuat segala kepercayaan diriku turun.
"Sepertinya memang Aku butuh sedikit refreshing saat ini" pikirku.
Mengetahui jika hari ini jadwal extraku kosong. Akhirnya aku putuskan untuk menjenguk pemandangan menara.
"Setidaknya pikiran jelek itu tersingkirkan dari benakku sejenak" pikirku.
Berhubung badanku pendek, tentu Aku butuh seseorang yang dapat mengulurkan tangannya saat di tangga bagian 2 yang jaraknya lebih jauh dibandingkan dengan tinggi badanku.
Akhirnya Aku harus mengajak sahabat kakak seniorku, yaitu kak Micky untuk naik menara air sekolah.
Sudah sejak 1 bulan Aku disibukan dengan persiapan anggota baru di extra yang kuikuti. Membuatku tak ada waktu untuk naik ke menara air selama ini.
"Kak Mick, bisa ke menara?" pesanku lewat Whats up.
"Bisa. Kamu dimana? " jawab kak Micky.
"Aku di Perpustakaan" jawab pesanku.
Hanya dalam 2 menit kak Micky telah muncul dari arah depan.
"Ayo!" ajaknya.
Aku langsung berdiri dan mulai menaiki tangga menara.
Dimulai dengan kak Micky yang naik duluan memanjat. Kemudian disusul denganku.
Seperti biasa, saat di kedua tangga bagian atas. Aku tak mampu meraihnya. Jadi Aku membutuhkan bantuan sedikit untuk dapat berhasil masuk ke menara atas.
"Kak Micky, tolong Aku!" kataku.
"Ayo" katanya dengan mengulurkan tangannya untuk meraih tanganku.
Dengan sedikit menahan, badanku dapat menjangkau tangga atas berikutnya.
"Hah,,, akhirnya berhasil. Makasih kak. Kakak memang yang terbaik deh" sedikit kata manis untuk membuatnya senang.
Saat aku menoleh ke arah kiri. Aku benar-benar terkejut. Ternyata kak Lucky juga sedang ada di sini. Dia sedang duduk di sebelah kiri menghadap arah utara.
"Astaga" kata spontanku.
Kak Lucky hanya melihatku dan melihat kearah kak Micky.
"Loh Luck, sudah lama kamu di sini?" tanya kak Micky.
"Iya rumayan. Kalian pacaran?" kata kak Lucky.
"Apa terlihat seperti itu?" tanya kak Micky balik. Dengan menyiratkan rambutnya. Seperti orang yang paling tampan sedunia.
"Iya" jawab kak Lucky.
"Tidak, kami hanya sahabat kok kak" jawabku ketus.
Disela-sela keheningan ini bersama angin yang berkeliaran pada sore hari. Aku telah menyiapkan beberapa cemilan gorengan di dalam tas ranselku.
Kemudian Aku mengeluarkannya, agar dimakan bersama dengan duduk melihat pemandangan.
"Ini kak Mick, makan" kataku dengan menyodorkan makanan kepada mereka.
"Kak Luck, makan" kataku agar aku tak terlihat mengacuhkan seseorang. Meski Aku tahu kak Lucky tak akan mengambilnya.
Tak ku sangka, setelah kak Micky mengambil satu makanan. Di susul oleh tangan yang lain yaitu tangan Kak Lucky.
"Kamu anak PMR juga kan?" tanya Kak Lucky dengan memakan 1 buah gorengan dariku.
"Haduh,,, pasti dia masih mengingat kebohonganku waktu itu" batinku.
"Hah,,, ke sini tujuanku mencari ketenangan, tapi kenapa justru bertemu kakak ini sih" batinku.
"Iya kak" jawabku berpura-pura tenang.
"Dengan tinggimu yang sejengkal lutut. Nekat sekali hingga datang ke sini" kata kak Lucky.
"Apa katanya? Tinggi sejengkal lutut? Ternyata selain dia cuek. Dia juga orang yang memiliki sisi yang menyebalkan" batinku.
"Ini bukan tentang nekat atau tentang tinggi badan. Tapi melihat ketinggian adalah hobyku kak" kataku menjelaskan.
"Apa sebaiknya aku meminta maaf saja ya? Bagaimana pun dia Senior yang paling berperan di anggota PMR." batinku.
"Kak, untuk waktu itu. Saya meminta maaf telah berbohong kepada kakak Senior" kataku lirih.
"Apa maksudmu?" tanya kak Lucky.
"Tentang kecoak itu" kataku.
"Oh itu, iya" jawab kak Lucky.
"Huffffft" nafasku langsung lega mendengar jawabannya..
Bagaimana pun PMR adalah extra yang paling aku sukai. Jadi Aku tak mau meninggalkannya karena ketakutan ini.
"Tapi bersiap-siaplah untuk diklat minggu depan" kata kak Lucky. Dengan tersenyum tipis. Dan ini pertama kalinya Aku melihatnya tersenyum.
"Apa? Diklat?" tanyaku.
"Kak, apakah memang ada diklat?" tanyaku kepada kak Micky.
"Iya, setiap junior akan dilakukan diklat penerimaan anggota baru. Dan untuk angkatan kamu kalau nggak salah akan dilakukan minggu depan" jawab kak Micky.
" Apa maksudnya dengan bersiap-siap?"
Pikiranku bertanya-tanya. Bukankah diklat adalah kesempatan pelampisan emosi senior ke juniornya?
"Astaga, ini mengerikan" gumamku.
"Apa yang mengerikan?" tanya kak Micky.
"Bagaimana jika Aku tidak usah ikut diklat kak. Gak papa kan? Kak Micky kan sahabatku. Jadi cukup Aku saja yang tidak perlu melakukan Diklat ya?" rengekku kepada kak Micky.
"Ini bukan tentang sahabat atau bukan Mil. Tapi memang ini peraturannya. Jika kamu tak ikut seperti yang lain. Takutnya akan ada yang iri" jawab kak Micky.
"Kalau begitu Aku izin sakit saja kalau begitu ya" kata Milanie.
"Izin sakit pun kamu akan tetap melakukan diklat. Dan akan dilakukan diklat susulan. Justru bisa jadi diklat susulan itu kamu lakukan sendiri" kata Kak Micky.
Mataku melirik ke tempat duduk kak Lucky. Dan Aku membayangkan betapa Dia akan mengambil kesempatan emas ini untuk membalasku.
"Astaga, Kalo gitu Aku izin keluar saja dari PMR" kata spontanku.
"Kenapa?" tanya kak Micky.
"Keluar ya keluar. Belum dilakukan saja mentalmu sudah keriput. Tidak main sama sekali" kata kak Lucky.
"Mental keriput?" batinku meluap-luap mendengar kata ketusnya.
"Aku bukan mental keriput kak. Tapi Aku,,, baiklah! Aku pastikan akan ikut diklat junior minggu depan" kata tegasku dengan sedikit mengerem emosi.
"Hah,,, daripada dicap mental keriput. Jadi apapun yang terjadi akan Aku hadapi" batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Bilqies
aku mampir lagi Kak di karyamu...
aku kasih 🌹 untukmu Thor bias makin semangat menulisnya hehhehe
2024-04-27
0
Sunmei
ssmangat kaka. 2like hadir
2023-02-02
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Enak dingin2 makan gorengan
2023-01-25
1