Bab 7: Makan di Kantin

Sekarang adalah musim hujan bulan terakhir.

Di negara Indonesia ini memiliki 2 musim. Yaitu musim hujan dan kemarau. Setiap musimnya berganti setiap 6 bulan sekali. Dan sekarang adalah bulan ke 6 dari musim hujan.

Bulan terakhir musim hujan menuju masuk ke musim panas ini membuat hujan itu tidak sering datang. Dibandingkan saat hujan di bulan pertengahan musim hujan. Jika di pertengahan musim, hujan selalu datang dan deras. Tapi jika hujan turun di awal dan akhir musim, hujan turun tapi tidak setiap hari.

...****************...

Gemercik hujan itu terlihat bersama-sama turun menembak bumi. Membuat tanah, jalan, lapangan, rerumputan dan genting semua basah karena hantamannya.

Hawa yang dingin, membuatku ingin terus memeluk guling dan memakai selimutku. Canduku berbaring di ranjang bersama suara hujan yang terdengar syahdu.

Membuat tidurku terasa sangat nyenyak dan nyaman.

"Triiiiiingggg!!!"

"Triiiiiiiingggh!!!"

"Triiiinggg!!!"

Tak lama alarm dari ponselku berbunyi. Memerangi gendang telingaku dan mengganggu tidur nyenyakku.

Alarm itu menunjukkan pukul 04.30 WIB.

"Aduhhh,,,, Kenapa waktu cepat sekali? Sebentar lagi" gumamku.

Kantukku masih saja menggodaku untuk tidur meski telah pagi.

Dengan merayapi ponselku bersama mata yang remang-remang antara mau terbuka dan tetap tertutup, Aku mematikan alarmnya. Kemudian kembali lagi ke tempat tidurku. Memeluk guling dan menutup badanku dengan selimut.

Beberapa detik setelah Aku kembali ke posisi tidurku. Samar-samar Aku mendengar suara yang seperti memanggil.

"Apakah Rita sudah pulang?" pikirku.

Segera Aku bangkit dari ranjang dan mengecek jendela sebelah pintu yang kini masih tertutup dengan tirai.

Aku membuka sudut tirai itu dan mengintip ke arah luar pintu. Memastikan Rita atau bukan.

Saat Aku melihatnya, tidak ada siapapun yang berada di depan pintu.

"Haloo...."

"Siapa ini?"

Suara samar-samar itu terdengar lagi. Aku mulai mencari ke segala arah ruangan.

Berfikir apakah ada hantu pagi hari ini?

Dengan posisiku yang sekarang sedang sendiri di kamar. Membuat rasa alamiahku menjadi lebih was was dengan keadaan.

Lalu mataku tertuju ke ponselku. Ternyata suara itu dari arah ponsel.

Langsung Aku melihatnya. Di layar ponsel itu lagi-lagi nomer yang berprofil kartun gelap. Salah satu nomer yang berasal dari grub generasi PMR. Yang tak sengaja pernah Aku panggil 3 hari yang lalu.

Karena telah terlanjur masuk di panggilan suara. Dengan terpaksa Aku harus menjawab suara itu.

"Haloo"

"Haloo, ini siapa?"

Tanyanya.

Karena kebetulan profil whats up ku bukan foto wajahku. Melainkan bunga mawar merah yang sedang mekar merekah.

"Hallo, maaf tadi saya tidak sengaja kepencet" jawabku.

"Sudah 2X kamu menjawab seperti itu. Kamu sepertinya anak PMR juga ya?" tanyanya.

"Iya" jawabku.

"Siapa namamu?" tanyanya.

"Aku Milanie" jawabku.

"Oh,,, pacarnya Micky itu" katanya.

"Aku tidak pacaran tapi Kami sahabat. Ini siapa?" tanyaku balik.

"Aku seniormu Lucky" jawabnya.

Mendengar nama itu dengan spontan Aku menjauhkan ponselku lalu membungkam mulutku sendiri.

"Apa kak Lucky? Astaga apa yang telah Aku lakukan?" gumamku.

"Halo"

Kemudian aku mendekatkan ponsel itu kembali ke telingaku. Dan mengatur suaraku dengan lembut.

"Ah iya halo kak, maaf sekali kak. Milanie sudah mengganggu waktu kakak yang berharga. Kalau begitu milanie matikan ya kak. Sekali lagi minta maaf yang sebesar-besarnya" kataku.

"Tiiiit"

Langsung Aku menutup teleponnya.

Dengan kejadian ini, membuat rasa kantukku tadi yang melekatiku mendadak hilang.

Segera Aku bersiap-siap sholat subuh. Lalu Aku menyiapkan seragam yang akan Aku pakai hari ini. Beserta dengan kaos kaki dan sepatu.

Tak lupa juga buku mapel hari ini Aku masukan ke dalam tas ranselku yang berukuran sedang. Tidak terlalu besar maupun kecil. Tas ransel ini sangat cocok dengan besar tubuhku.

Setelah itu, langsung Aku mengambil handuk. Dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.

Dalam waktu 30 menit, persiapanku telah selesai.

Hujan pun juga sudah reda.

Kemudian Aku pergi berjalan menuju ke sekolah.

Hari ini Aku berangkat 15 menit lebih awal dari biasanya.

...****************...

Perjalananku menuju ke sekolah harus melewati beberapa danau tanah hasil dari rintihan hujan tadi.

Dengan berhati-hati Aku berjalan menghindari genangan air. Antisipasiku agar sepatu dan seragamku tidak kotor.

Suasanya sangat sejuk dan dingin saat ini. Bersama embun pagi dan sisa hasil hujan tadi pagi.

Di gerbang masuk, banyak murid yang sedang lewat memakai jaket dan kendaraannya masing-masing. Ada juga yang berjalan karena diantar oleh orang tuanya dari rumah.

Kali ini Aku berjalan sendiri, karena Rita sepertinya langsung menuju sekolah dan tidak mampir ke kos dulu.

Di bawah pohon yang berjajar. Tepat di jalan sekolah bagian dalam. Saat Aku hendak menuju kelasku. Tak sengaja Aku melihat kak Lucky sedang berjalan sendirian dari arah yang berlawanan denganku.

Membuatku mengingat tentang kejadian yang terjadi pagi tadi.

"Sepertinya Aku harus minta maaf. Kalau tidak, dia adalah seniorku bisa gawat nanti di extrakuliker" batinku.

Dengan memberanikan diri Aku menghampiri kak Lucky dan meminta maaf secara formal pada kak Lucky saat ini.

Kak Lucky melihat kedatanganku dan menghentikan langkahnya.

"Kak, Aku benar-benar meminta maaf secara tulus atas kelancanganku tadi" kataku.

Kak Lucky terdiam dan melihatku.

"Hei, coba lihat! Dia kan si gatel itu? Astaga,,, sekarang Dia mau menempel pada kak Lucky"

"Iya, aduh jijik banget sih gue nglihat si ulat itu!" kata siswa lain yang melihat 1 meter dari jarakku.

Kak Lucky mendengarnya dan memandang para siswa itu.

Kak Lucky diam beberapa saat. Dia penasaran tindakan apa yang akan Aku lakukan kepada mereka.

Apakah Aku akan menghardik mereka? Atau langsung menjambak rambut mereka?

Hanya saja Aku tipe orang yang lebih memilih biarkan saja, dari pada marah-marah mendatangi mereka untuk melampiaskan emosi. Itu akan lebih memicu terjadinya konflik dan menambah musuhku di sekolah.

Melihat tindakanku yang lebih memilih diam, membuat kak Lucky sedikit penasaran denganku.

"Ikut Aku!" kata Kak Lucky.

"Apa?" tanyaku lagi.

"Jam masuk kelas masih lama. Jadi ikut Aku sebentar" kata kak Lucky.

"Apakah kakak akan memberikan hukuman padaku?" batinku.

Dengan sedikit khawatir, Aku terpaksa mengikutinya.

Aku mengikutinya dari belakang. Dengan wajah tertunduk dan malu. Malu karena perkataan yang buruk tentangku tadi pasti terdengar di telinga kak Lucky.

Beberapa langkah jalan kaki, Kami sekarang tiba di kantin sekolah.

Suasana di sana saat ini sepi. Hanya ada 2 dan 1 orang yang sedang duduk di bangku paling ujung dan tengah.

"Pesen nasi pecel 2 porsi ya bu!! dimakan di sini" kata kak Lucky.

"2 porsi, satunya untuk siapa? Apa makannya kak Lucky sebanyak itu?" batinku.

Lalu kak Lucky berjalan ke bangku ujung bagian belakang.

Tapi Aku masih berdiri di samping kantin.

"Hei, kamu tidak duduk?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Duduk saja di sini! Ini perintah senior" katanya.

Segera Aku duduk seperti perintahnya. Duduk di seberang bangkunya. Sehingga kami saling berhadapan.

2 menit kemudian terlihat ibu kantin membawa pesanannya. Yaitu 2 porsi nasi pecel.

2 piring dari bahan kaca itu mendarat tepat di depan kak Lucky.

Lalu kak Lucky menyodorkan 1 porsi salah satunya padaku.

"Makanlah!" katanya.

"Tidak perlu kak, saya sudah kenyang" kataku.

Karena Aku sudah sarapan tadi. Tapi dengan porsi yang sedang. Karena porsi yang banyak, membuat ku merasa kantuk di waktu pagi.

"Aku sudah memesannya. Kamu mau menolaknya?" katanya.

"Aku belum sarapan tadi, jadi temani Aku makan" tambahnya.

Dengan terpaksa Aku memakan makanan itu. Aku kira akan diberi hukuman, ternyata disuruh untuk menemaninya makan.

"Memang sulit ditebak kakak ini" pikirku.

"Apakah Aku keterlaluan kemarin?" tanya kak Lucky.

"Tidak kok kak, sudah wajar memang seperti itu melaksanakan sebuah diklat" jawabku sok bijaksana.

"Mengangkat satu kaki dengan menyilangkan tanganmu itu akan menambah kekuatan tubuhmu. Mungkin 10% kamu akan lebih tahan lama berdiri dari sebelumnya" kata kak Lucky dengan memakan nasi itu.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Terimakasih kak" ucapan manisku untuk membuat dia senang.

Dari sudut ruang kelas. Ada beberapa siswa perempuan, Mereka adalah kakak kelasku tapi adik kelas dari kak Lucky. Alias siswa SMA tingkat 2. Tepatnya 1 kelas dengan kak Riris.

Salah satu dari mereka ramai membicarakan keadaan ini. Karena kak Lucky adalah senior yang paling populer di kalangan sekolah saat itu.

"Ris, kamu tahu nggak? kak Lucky sekarang dikantin makan bareng sama adek kelas" kata teman kelasnya kak Riris.

...----------------...

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

Lucky ternyata banyak fansnya... 😉

2023-03-07

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

udah samperin aja gihh

2023-02-19

1

auliasiamatir

auliasiamatir

hujan hujan emang paling enak tidur lah

2023-02-08

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!