Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler

Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Setelah aku membersihkan diriku, aku melakukan aktifitas rutin. Yaitu makan malam. Kemudian dilanjutkan dengan mengaji.

Hingga pukul 08.30 WIB. Aku beranjak tidur dengan teman kos ku.

"Hei, hari ini kenapa kamu pulang telat?" tanya temanku.

"Seperti biasa, aku memanjat menara air tadi" jawabku.

"Kau ini, apa tidak takut dimarahi?" tanya temanku.

"Asal tidak ada yang tahu pasti tidak akan dimarahi hehe" jawabku.

"Dasar! si pendiam yang banyak tingkah" kata temanku.

Setelah sedikit berbincang dengan teman kos ku, kami beranjak tidur. Mematikan lampu kamar dan mengenakkan selimut untuk tidur.

Begitulah aktiftas rutinku.

...****************...

Setelah mataku terpejam semalaman.

Sinar itu berhasil masuk di celah-celah jendela kamar kos ku. Menembus dengan lurus dan terpantul di tembok tepat sebelah ranjangku.

Di setengah kantukku, Aku membuka mataku pelan-pelan dan melihatnya.

Melihat sinar itu mataku langsung melotot.

"Jam berapa ini?" teriakku.

Aku langsung meraih ponselku. Dan mengeceknya.

Di sana jam telah menunjukkan pukul 06.15 WIB.

"Hei, bangun Rit. Sekarang sudah siang" kataku membangunkan teman kosku yang bernama Rita itu.

Aku langsung mengambil handuk menuju ke kamar mandi.

Berhubung aku tahu ini kesiangan, proses mandiku aku percepat.

"Jbyuuurr!!"

Jebyuuur!! "

Jebyuuurrrr!!!"

Dengan otomatis tanganku meraih sesuatu dengan cepat dan keras. Termasuk saat menciduk air di bak mandi. Suaranya seperti orang yang sedang menguras bak.

Disusul dengan ketukan dari Rita. Dia menyuruhku untuk cepat keluar dari kamar mandi.

" Tok, tok, tok!"

"Mil, cepetan!!!" katanya.

"Iya sebentar lagi selesai" jawabku.

Segera ku percepat semuanya. Memakai seragam, dan memoles bedak secukupnya pada wajahku. Serta memberi sedikit lip ice di bibirku. Untuk pemberian vitamin padanya.

Setelah semua selesai, kali ini aku langsung berangkat bersama temanku tanpa sarapan. Dengan jalan cepat dan berlari.

Terlihat gerbang akan ditutup saat itu.

Kami segera mempercepat lari kami untuk melewati gerbang yang akan ditutup itu dan berhasil.

"Ha,,, kalian itu cewek-cewek kok kesiangan" kata pak Satpam.

Mendengar ocehan itu kami tak ingin menanggapinya. Yang terpenting kami tidak termasuk murid yang terlambat hehe,,,

Di lapangan sekolah kami berpisah. Karena aku dan Rita beda jurusan. Aku jurusan IPA dan Rita adalah jurusan IPS.

"Dah,, Mil" katanya.

Dengan belok kanan ke arah kelasnya.

"Iya Rit, hati-hati awas kesandung batu!" candaku.

Mendengar candaku Rita mengacungkan jempolnya seraya berlari menuju kelasnya.

Sedangkan aku masih berjalan lurus ke depan menuju kelasku.

"Hei, bukankah dia cewek yang gatel itu?" bisik-bisik murid lainnya yang sedang bergerombol di sana.

"Semua laki-laki dia deketin. Dia cewek yang gatel sekali" ghibah yang mereka lontarkan.

Tepat di depan UKS mereka duduk dengan berseragam olahraga. Kebetulan pelajaran mereka sedang outdoor.

Dan terdengar di telingaku.

"Haduh... Rasanya kupingku memanas mendengar ghibah dari mereka" gumamku.

Mereka itu murid seangkatanku tapi lain kelas denganku.

Bahkan aku saja tidak tahu nama mereka sama sekali. Tapi dengan mudahnya mereka mengomentariku sedemikian rupa berdasarkan opini dari sudut pandangnya.

Walau aku sedikit geram mendengarnya, aku tetap berusaha menyetabilkan emosiku. Yah,,, kalian tahu sendiri, hal yang paling sulit adalah mengontrol emosi perempuan. Dengan 9 nafsunya diiringi dengan 1 akalnya. Sangat sering sekali jika wanita yang pendiam lebih banyak berperang dalam diamnya. Yaitu menormalkan pikiran dan hatinya sendiri.

"Mungkin karena mereka belum mengenalku"

Pikiran penenangku.

...****************...

Di kelasku, terdiri dari 5 siswa cewek dan 25 siswa cowok. Jadi tak aku pingkiri jika temenku memang banyak cowoknya.

Tapi meski aku supel, aku juga memiliki prinsip dan memasang pagar di sekelilingku. Bersiap-siap ada garangan yang akan menyerangku.

Jadi, meski temanku banyak laki-laki, aku juga tetap berjaga diri demi harga diriku.

"Triiiinggg!!!"

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, kami berkelompok pergi ke kantin bersama-sama. Dan makan di sana bersama.

"Ke kantin yuk!" ajak salah satu temen cewek kelasku.

"Ayo perutku lapar sekali" jawabku. Teringat jika aku tak sempat sarapan hari ini.

Dengan menunggu satu sama lain, akhirnya kami berjalan bareng. Berjajar dengan 8 anggota hingga memenuhi jalan sekolah.

Saat tiba di kantin, terlihat di sana sangat ramai. Jika dibandingin ini lebih ramai daripada pasar. Tak ada tempat duduk dimanapun. Tempat duduknya telah dipenuhi oleh murid kelas lain.

"Bagaimana? Tempatnya penuh" kata salah teman cowokku.

"Kita pesan saja, lalu kita makan di kelas" jawab teman cewekku.

"Bagaimana Mil?" tanya Cung teman cowok kelasku satunya.

"Iya itu ide yang bagus" jawabku.

Akhirnya kami memesan dan membawanya untuk dimakan di kelas.

...****************...

"Triiiiinggg!!!"

Tak terasa bel berikutnya telah berbunyi.

Bel yang kedua ini menunjukkan jika jam pelajaran semua telah selesai hari itu.

Waktu ini menunjukkan pukul 15.30 WIB.

Semua siswa yang tidak mengikuti kegiatan extrakulikuler beberapa ada yang langsung pulang. Beberapa juga masih ada yang duduk dengan ponselnya dan Laptopnya mereka masing-masing. Mereka sedang memanfaatkan layanan wifi sekolah gratis.

Sedangkan aku, anak yang suka mengikuti kegiatan-kegiatan extrakulikuler.

Saat ini aku telah mengikuti 5 kegitan extrakulikuler. Dan itu hampir 6 hari full selalu ada jadwal pertemuan.

Kebetulan pada hari ini adalah jadwal kegiatanku mengikuti extra PMR. Karena aku anggota baru, jadi perkenalan itu dilakukan.

"Halo, namaku adalah Milanie. Aku dari jurusan IPA 4" kataku memperkenalkan diri.

Saat aku mengenalkan diriku di semua anggota PMR, di sudut pojok aku melihat kakak kelas yang ada di menara air kemarin. Lagi-lagi dia tampak menyendiri dari teman lainnya. Beda dengan kak Micky. Kak Micky membaur ke semua anggota. Bahkan dia suka sekali bercanda.

Melihat kakak kelas itu diam dan seperti terasing membuatku ingin menariknya agar dia juga membaur bersama yang lain.

Akhirnya aku bercakap dan memanggilnya.

"Kak Luck, awas ada kecoak di sebelahmu!" candaku.

Dia langsung tersontak, dan melihat ke sebelah tubuhnya. Dia mencari kecoak yang aku maksud tapi tidak menemukannya.

"Ha, ha, ha, kakak ketipu" candaku lagi.

Lalu dia hanya mengernyitkan alisnya dengan wajah yang sedikit kesal. Melihat dia kakak senior yang dapat dibohongi oleh junior kecil sepertiku.

Saat aku bercanda seperti itu. Seketika semua anggota terdiam. Sebagian besar dari Mereka menatapku. Aku menangkap, mereka berfikir betapa beraninya aku kepada senior.

Melihat situasi ini nyaliku menjadi menciut seketika. Namun, kak Micky langsung mencari bahan pembicaraan lain. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan agar semua tak melihatku lagi.

Setelah kegiatan extra berlangsung, aku telah memiliki 1 teman baru. Namanya adalah Kiki.

"Milanie" kataku.

"Kiki" kata kiki.

Kami berkenalan dan saling berjabat tangan.

Saat extra telah selesai. Aku berjalan bersama Kiki menuju gerbang keluar sekolah.

Dengan langkah kaki yang santai kami saat itu saling berbincang.

"Apakah kamu kenal dengan Senior kak Lucky?" tanya Kiki.

"Tidak terlalu kenal sih, tapi aku pernah melihatnya" jawabku.

"Aku dengar, Dia adalah senior yang telah mendapat 5 penghargaan dari luar kota dan berhasil mendapat 3 piala sekaligus dalam 1 tahun menjadi anggota PMR. Dia termasuk senior yang berhasil membawa nama sekolah kita" kata Kiki.

"Benarkah?" tanyaku tak menyangka.

"Iya, aku diberitahu oleh kak Ratna" kata Kiki.

Yah,,, sekarang aku tahu alasan kenapa para anggota lain menatapku seperti itu. Saat aku berhasil membohongi senior kak Lucky. Siapa sangka jika dia Senior yang paling dibanggakan oleh sekolah. Tatapan mereka terlihat sangat terkejut.

Rasanya ingin membalikkan waktu dan memilih untuk diam saja tadi.

Terpopuler

Comments

tambahan bonus bunga karena sudah mau berteman dengan myako

2023-03-15

2

Sunmei

Sunmei

2like hadir kaka semangat
mampir y

2023-01-31

1

auliasiamatir

auliasiamatir

biarkan mulut tukang gosep bicara apa tetap lah jadi dirimu sendiri melanie

2023-01-04

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!