Bab 12: Dia Menerorku

"Mil, nanti ba'dha maghrib Aku menjemputmu di depan gang" pesan dari whats up kak Lucky.

"Duh,, Aku kan ngaji, Mau kemana sih sebenarnya?" gumamku.

"Ah, kak Lucky kan temanku. Ngapain juga Aku mikir pusing. Baik ke teman memang seharusnya dilakukan bukan? " gumamku.

"Oke" jawab pesanku.

Dengan terpaksa Aku bolos mengaji karena ajakan dari kak Lucky yang super memaksa.

...****************...

"Beberapa hari ini Aku tidak bertemu Milanie, jadi kangen" kata kak Micky.

Seketika alat indra pendengaran Kak Lucky menangkap suara itu yang berada tepat di sampingnya sekarang.

Seketika dia ingat atas perasaan teman karibnya itu.

Lalu kenapa kak Lucky lebih tertarik untuk mengajak Milanie?

Perasaan yang berada dilubuk hati kak Lucky seketika bercampur teraduk rata. Dia benar-benar tak mengerti. Pikirannya berkata bahwa selama ini dia tertarik mengajak Milanie karena dia ingin membantu tujuan Milanie yaitu ingin menjadi anak yang berprestasi. Sudah itu saja tidak lebih. Tapi, entah ada perasaan apa yang sedikit mengganjal di bawah lubuk hatinya. Saat kak Micky mengatakan namanya. Dan ini masih belum dimengerti olehnya.

"Kamu mau menemuinya?" tanya kak Lucky.

"Iya, jam istirahat ini Aku akan menjenguknya di kelas" jawab kak Micky.

Kak Lucky hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban kak Micky.

...****************...

"Ting!!"

Layar ponsel itu menyala menandakan ada pesan yang masuk.

Diraihnya oleh Milanie memeriksa isi pesan yang masuk ke ponselnya.

"Dasar, perempuan gak tau diri. Semua cowok di deketin. Sok cantik, gatel lagi" isi pesan itu.

"Deg"

Hati Milanie mendadak berkibar dan ingin meledak setelah membacanya.

Dengan emosinya, dia memutar balikkan pikirannya agar tak tenggelam dengan emosinya sendiri.

Pesan ini berasal dari kelas IPS ruangan tengah. Sama-sama setingkat denganku.

Aku mulai mengatur nafasku dan emosiku. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Aku mengetik pesan. Segera Aku memberanikan diri untuk menjawab pesannya.

"Jangan hanya berani lewat pesan. Kalo mau ketemu. Aku tunggu di belakang sekolah nanti istirahat. Sebelah greenhouse" jawab pesanku.

Aku menggenggam ponselku dengan erat. Merasa marah dan takut.

Tapi selagi Aku tidak salah, kenapa harus takut?

Pikirku untuk menjenakkan diriku sendiri agar lebih santai.

Aku menunggu balasan pesan itu. Namun sedaritadi tak bergeming sedikitpun.

Aku mengeceknya kembali. Hanya sebatas di read saja. Memang sengaja tak di balas.

...****************...

Jam istirahat telah tiba. Saatnya Aku beraksi.

"Awas saja kalo mereka tak berani datang" gumamku.

Aku berjalan menuju belakang sekolah dekat greenhouse. Saat Aku berjalan membelok. Tak lama kemudian kak Micky lewat menuju ruangan kelasku.

Tentu saat kak Micky mencariku, Aku tak ada di tempat.

10 menit, 20 menit, Aku menunggu tapi tak kunjung ada yang datang.

"Hah, ternyata Mereka hanya seorang pecundang yang hanya berani di belakang" gumamku.

"Tapi dijelekkan di belakang rasanya itu sangat menjengkelkan. Disindir, tanpa bekas namun menusuk. Aku lebih suka langsung di depanku dari pada seperti perang dingin seperti ini" gumamku.

Melihat tak kunjung ada yang datang, akhirnya Aku memutuskan untuk pulang.

Saat Aku membalikkan badanku. Tepat di depanku telah berdiri seseorang. Dengan tubuh yang tinggi.

"Kak Lucky?" kataku.

"Ngapain kamu sendirian di sini?" tanya kak Lucky.

"Tak ada, Aku hanya melihat pemandangan" jawabku dengan memasang wajah berhiasi senyuman.

"Oh ya?" kata kak Lucky.

Aku mengangguk - angguk kecil dengan menunduk.

Sebenarnya kak Lucky tahu persis jika kak Micky sedang mencariku ke ruanganku.

Namun saat kak Lucky hendak memberitahuku entah kenapa dia terasa berat. Dia merasa ingin bersamaku lebih lama.

"Nanti jangan lupa ya?" tanya kak Lucky.

Lagi-lagi Aku hanya menganggukkan kepala.

Batinku yang masih mengganjal dengan teror pesan tadi. Membuat rasa moodku hancur hari ini.

"Apapun yang Mereka katakan. Jangan dipikirkan terlalu dalam" kata kak Lucky.

"Jitsz"

Langsung Aku menoleh pada wajahnya kak Lucky. Perkataannya, memang sesuai dengan apa yang Aku butuhkan. Membuatku lebih tenang dalam hati. Walau Aku tak bercerita apapun, dia dapat memahamiku.

"Apa'an sih kak, ngomong apa?" kata ku berdalih.

"Entahlah, Aku hanya ingin mengatakannya" jawab kak Lucky.

Beberapa langkah kami bersama. Tiba-tiba kak Lucky menyodorkan sesuatu.

"Minumlah" kata kak Lucky.

Sesuatu itu seperti botol kecil berkemas obat. Bentuknya sepanjang jari telunjuk berupa tabung kecil.

Aku menerimanya. Namun juga bertanya-tanya. Karena tak pernah melihat benda seperti itu.

"Apa ini kak?" tanyaku.

"Itu obat cacing. Kemarin Aku meminumnya. Hanya saja dosisnya setengah botol. Daripada sisanya Aku buang lebih baik Aku berikan padamu" kata kak Lucky.

"Itu kalo kamu mau, kalo ngk, bisa dibuang saja" tambah kak Lucky.

"Mau kok kak, bener kak. Daripada sisanya dibuang, lebih baik di kasih orang. Dibuang itu mubadzir. Makasi ya kak" jawabku.

"Sudah kuduga kamu orang yang seperti itu" jawab kak Lucky.

"Maksudnya?" tanyaku balik.

"Tidak, kadang ada orang yang akan menolak karena sudah tak tersegel" kata kak Lucky.

"Yah, menurutku sih, asal itu masih bagus dan belum expayed. Tak masalah kak. Nanti akan Aku minum sebelum tidur" kataku dengan tersenyum senang.

Kak Lucky senyum dengan memandangku. Dari kejauhan kak Micky melihat kami berjalan berdua.

"Mil?" panggil kak Micky.

Dari arah barat, dia menghampiri kami dan memandang kami secara bergantian.

"Kak Mick, darimana?" tanyaku.

"Aku dari ruanganmu tadi Mil. Mencarimu, Luck kamu tak memberitahunya?" tanya kak Micky menyelidik.

"Apa? Ah, tadi Aku akan memberitahunya. Tapi keburu kamu sudah melihat kami duluan" jawab kak Lucky.

"Mil, sebenarnya tadi Aku ingin mentraktirmu makan di kantin. Tapi berhubung waktu sekarang sudah mepet jam masuk lain kali saja ya?" kata kak Micky.

"Kak Micky nggak usah repot-repot. Milanie ditemani seperti ini sudah senang. Tidak perlu sampai mentraktir" jawabku malu-malu.

"Tidam repot kok. Ya sudah Aku mau kembali ke ruangan dulu ya?" kata kak Micky.

"Iya kak, hati-hati awas tersandung batu" jawabku.

Kak Micky berjalan. Diimbangi dengan jalan kak Lucky.

"Kamu tadi darimana sama Milanie?" kata Kak Micky mengintrogasi.

"Tadi Aku tak sengaja melihatnya di sebelah greenhouse jadi kami bercakap sebentar" jawab kak Lucky.

"Oh" jawab kak Micky.

"Setidaknya jangan membuat pertemanan kita hancur karena perempuan ya Luck" kata kak Micky.

Seketika perkataan itu seperti menghantam batin kak Lucky. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Kak Lucky sendiri juga tidak faham.

Apakah bibit perasaan itu mulai tumbuh?

Atau memang hanya sebatas teman satu sama lain?

Kak Micky tetap berlari, sedangkan kak Lucky dia berlari semakin lambat dan melambat hingga berjalan biasa.

Peringatan yang dikatakan oleh teman sekaribnya itu sedikit mengusik hatinya. Seperti Aku tidak ada apa-apa. Tapi kenapa tak rela melihat teman sekaribnya dekat dengannya?

Perasaan macam apa ini sebenarnya?

Karena ini pertama kalinya dia merasakan perasaan macam ini.

Entahlah. Dia ingin mencari tahu dengan mendekati Milanie lebih dalam.

Jawabannya ada pada diri Milanie.

Terpopuler

Comments

mom mimu

mom mimu

kasian Micky Mil... jauhin Lucky ya, apa lagi kamu udh dapet peringatan dari temen2nya si Riris buat jauhi si lucky... cari aman ya Mil...

2022-12-15

1

linda sagita

linda sagita

jangan harap si lacky jd bolos ngaji dong mil.

2022-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah Milanie
2 Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3 Bab 2 Menghindari Pertemuan
4 Bab 3 Naik ke Menara
5 Bab 4: Persiapan Diklat
6 Bab 5: Diklat
7 Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8 Bab 7: Makan di Kantin
9 Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10 Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11 Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12 Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13 Bab 12: Dia Menerorku
14 BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15 Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16 Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17 Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18 Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19 Bab 18: Keputusanku
20 Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21 Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22 Bab 21: Bertemu dengannya
23 Bab 22: Bermimpi
24 Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25 Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26 Bab 25: Mencari Pekerjaan
27 Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28 Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29 Bab 28: Laporan Salah
30 Bab 29: Meeting
31 Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32 Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33 Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34 Bab 33: Akhirnya bertemu
35 Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36 Bab 35: Rencananya yang Gagal
37 Bab 36: Pulang Malam
38 Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39 Bab 38: Dia Kembali
40 Bab 39: Dia Menculikku
41 Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42 Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43 Bab 42: Pertimbangan
44 Bab 43: Dia Datang Bertamu
45 Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46 Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47 Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48 Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49 Bab 48: Berunding
50 Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51 Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52 Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53 Bab 52: Cokelat Misterius
54 Bab 53: Kecewa
55 Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56 Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57 Bab 56: Deal
58 Bab 57: Pernikahan
59 Bab 58: Berkemas dan Pindah
60 Bab 59: Melampiaskan Marah
61 Bab 60: Fitnah
62 Bab 61: Adaptasi
63 Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64 Bab 63: Kembali Bekerja
65 Bab 64: Ibuku Marah
66 Bab 65: Derita Fitnah
67 Bab 66: Pelaku Terungkap
68 Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69 Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70 Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71 Bab 70: Kesiangan
72 Bab 71: Cemburu
73 Bab 72: Mengandung
74 Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75 Bab 74: Sarapan Bersama
76 Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77 Bab 76: Mati Rasa
78 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Aku adalah Milanie
2
Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler
3
Bab 2 Menghindari Pertemuan
4
Bab 3 Naik ke Menara
5
Bab 4: Persiapan Diklat
6
Bab 5: Diklat
7
Bab 6: Resmi menjadi Anggota PMR
8
Bab 7: Makan di Kantin
9
Bab 8: Peduli tapi Tak ingin dilihat
10
Bab 9: Memetik Mangga Kasturi
11
Bab 10: Sikap yang tak Biasa
12
Bab 11: Mereka menganggap hubunganku apa?
13
Bab 12: Dia Menerorku
14
BAB 13: Dia mengajakku Pergi
15
Bab 14: Mendadak menjadi Singa
16
Bab 15: Dia Cemburu pada Mereka
17
Bab 16: Bertengkar dengan diri sendiri
18
Bab 17: Rindu yang mulai melambai-lambai
19
Bab 18: Keputusanku
20
Bab 19: Kuputuskan, Aku tak memilih siapapun
21
Bab 20: Aku kabur dari Rumah
22
Bab 21: Bertemu dengannya
23
Bab 22: Bermimpi
24
Bab 23: Jawaban yang Menggantung
25
Bab 24: Menyambut Kedatangan Tamu
26
Bab 25: Mencari Pekerjaan
27
Bab 26: Hari Pertama Aku Bekerja
28
Bab 27: Ternyata Dia Bozku
29
Bab 28: Laporan Salah
30
Bab 29: Meeting
31
Bab 30: Memilih Design yang Terbaik
32
Bab 31: Design Rumah Persyaratan
33
Bab 32: Menyukai Pekerjaan
34
Bab 33: Akhirnya bertemu
35
Bab 34: Kustomer yang Menyebalkan
36
Bab 35: Rencananya yang Gagal
37
Bab 36: Pulang Malam
38
Bab 37: Sedikit ucapan Terimakasih
39
Bab 38: Dia Kembali
40
Bab 39: Dia Menculikku
41
Bab 40: Dia Ingin Menolongku
42
Bab 41: Dia Menyelamatkanku Lagi
43
Bab 42: Pertimbangan
44
Bab 43: Dia Datang Bertamu
45
Bab 44: Rasa Jengkel dan Takut yang sedang Menyelimuti
46
Bab 45: Dia Menyuruhku Lembur
47
Bab 46: Makan Malam di Dini hari
48
Bab 47: Syarat yang Dipenuhi
49
Bab 48: Berunding
50
Bab 49: Bertemu Calon Mertua
51
Bab 50: Bentakan yang Menusuk
52
Bab 51: Aku Tidak Memiliki Pilihan
53
Bab 52: Cokelat Misterius
54
Bab 53: Kecewa
55
Bab 54: Dia Melampiaskan Amarahnya
56
Bab 55: Rasa Bersalah dan Terimakasih
57
Bab 56: Deal
58
Bab 57: Pernikahan
59
Bab 58: Berkemas dan Pindah
60
Bab 59: Melampiaskan Marah
61
Bab 60: Fitnah
62
Bab 61: Adaptasi
63
Bab 62: Rasa Syukur dan Menghargai
64
Bab 63: Kembali Bekerja
65
Bab 64: Ibuku Marah
66
Bab 65: Derita Fitnah
67
Bab 66: Pelaku Terungkap
68
Bab 67: Bunga yang Mendatangi Taman
69
Bab 68: Ibu Mertua Berkunjung
70
Bab 69: Pesta Perayaan Adik Ipar
71
Bab 70: Kesiangan
72
Bab 71: Cemburu
73
Bab 72: Mengandung
74
Bab 73: Saat menjadi Satu Atap
75
Bab 74: Sarapan Bersama
76
Bab 75: Selalu menjadi Tempat Salah
77
Bab 76: Mati Rasa
78
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!