"Mil, nanti ba'dha maghrib Aku menjemputmu di depan gang" pesan dari whats up kak Lucky.
"Duh,, Aku kan ngaji, Mau kemana sih sebenarnya?" gumamku.
"Ah, kak Lucky kan temanku. Ngapain juga Aku mikir pusing. Baik ke teman memang seharusnya dilakukan bukan? " gumamku.
"Oke" jawab pesanku.
Dengan terpaksa Aku bolos mengaji karena ajakan dari kak Lucky yang super memaksa.
...****************...
"Beberapa hari ini Aku tidak bertemu Milanie, jadi kangen" kata kak Micky.
Seketika alat indra pendengaran Kak Lucky menangkap suara itu yang berada tepat di sampingnya sekarang.
Seketika dia ingat atas perasaan teman karibnya itu.
Lalu kenapa kak Lucky lebih tertarik untuk mengajak Milanie?
Perasaan yang berada dilubuk hati kak Lucky seketika bercampur teraduk rata. Dia benar-benar tak mengerti. Pikirannya berkata bahwa selama ini dia tertarik mengajak Milanie karena dia ingin membantu tujuan Milanie yaitu ingin menjadi anak yang berprestasi. Sudah itu saja tidak lebih. Tapi, entah ada perasaan apa yang sedikit mengganjal di bawah lubuk hatinya. Saat kak Micky mengatakan namanya. Dan ini masih belum dimengerti olehnya.
"Kamu mau menemuinya?" tanya kak Lucky.
"Iya, jam istirahat ini Aku akan menjenguknya di kelas" jawab kak Micky.
Kak Lucky hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban kak Micky.
...****************...
"Ting!!"
Layar ponsel itu menyala menandakan ada pesan yang masuk.
Diraihnya oleh Milanie memeriksa isi pesan yang masuk ke ponselnya.
"Dasar, perempuan gak tau diri. Semua cowok di deketin. Sok cantik, gatel lagi" isi pesan itu.
"Deg"
Hati Milanie mendadak berkibar dan ingin meledak setelah membacanya.
Dengan emosinya, dia memutar balikkan pikirannya agar tak tenggelam dengan emosinya sendiri.
Pesan ini berasal dari kelas IPS ruangan tengah. Sama-sama setingkat denganku.
Aku mulai mengatur nafasku dan emosiku. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Aku mengetik pesan. Segera Aku memberanikan diri untuk menjawab pesannya.
"Jangan hanya berani lewat pesan. Kalo mau ketemu. Aku tunggu di belakang sekolah nanti istirahat. Sebelah greenhouse" jawab pesanku.
Aku menggenggam ponselku dengan erat. Merasa marah dan takut.
Tapi selagi Aku tidak salah, kenapa harus takut?
Pikirku untuk menjenakkan diriku sendiri agar lebih santai.
Aku menunggu balasan pesan itu. Namun sedaritadi tak bergeming sedikitpun.
Aku mengeceknya kembali. Hanya sebatas di read saja. Memang sengaja tak di balas.
...****************...
Jam istirahat telah tiba. Saatnya Aku beraksi.
"Awas saja kalo mereka tak berani datang" gumamku.
Aku berjalan menuju belakang sekolah dekat greenhouse. Saat Aku berjalan membelok. Tak lama kemudian kak Micky lewat menuju ruangan kelasku.
Tentu saat kak Micky mencariku, Aku tak ada di tempat.
10 menit, 20 menit, Aku menunggu tapi tak kunjung ada yang datang.
"Hah, ternyata Mereka hanya seorang pecundang yang hanya berani di belakang" gumamku.
"Tapi dijelekkan di belakang rasanya itu sangat menjengkelkan. Disindir, tanpa bekas namun menusuk. Aku lebih suka langsung di depanku dari pada seperti perang dingin seperti ini" gumamku.
Melihat tak kunjung ada yang datang, akhirnya Aku memutuskan untuk pulang.
Saat Aku membalikkan badanku. Tepat di depanku telah berdiri seseorang. Dengan tubuh yang tinggi.
"Kak Lucky?" kataku.
"Ngapain kamu sendirian di sini?" tanya kak Lucky.
"Tak ada, Aku hanya melihat pemandangan" jawabku dengan memasang wajah berhiasi senyuman.
"Oh ya?" kata kak Lucky.
Aku mengangguk - angguk kecil dengan menunduk.
Sebenarnya kak Lucky tahu persis jika kak Micky sedang mencariku ke ruanganku.
Namun saat kak Lucky hendak memberitahuku entah kenapa dia terasa berat. Dia merasa ingin bersamaku lebih lama.
"Nanti jangan lupa ya?" tanya kak Lucky.
Lagi-lagi Aku hanya menganggukkan kepala.
Batinku yang masih mengganjal dengan teror pesan tadi. Membuat rasa moodku hancur hari ini.
"Apapun yang Mereka katakan. Jangan dipikirkan terlalu dalam" kata kak Lucky.
"Jitsz"
Langsung Aku menoleh pada wajahnya kak Lucky. Perkataannya, memang sesuai dengan apa yang Aku butuhkan. Membuatku lebih tenang dalam hati. Walau Aku tak bercerita apapun, dia dapat memahamiku.
"Apa'an sih kak, ngomong apa?" kata ku berdalih.
"Entahlah, Aku hanya ingin mengatakannya" jawab kak Lucky.
Beberapa langkah kami bersama. Tiba-tiba kak Lucky menyodorkan sesuatu.
"Minumlah" kata kak Lucky.
Sesuatu itu seperti botol kecil berkemas obat. Bentuknya sepanjang jari telunjuk berupa tabung kecil.
Aku menerimanya. Namun juga bertanya-tanya. Karena tak pernah melihat benda seperti itu.
"Apa ini kak?" tanyaku.
"Itu obat cacing. Kemarin Aku meminumnya. Hanya saja dosisnya setengah botol. Daripada sisanya Aku buang lebih baik Aku berikan padamu" kata kak Lucky.
"Itu kalo kamu mau, kalo ngk, bisa dibuang saja" tambah kak Lucky.
"Mau kok kak, bener kak. Daripada sisanya dibuang, lebih baik di kasih orang. Dibuang itu mubadzir. Makasi ya kak" jawabku.
"Sudah kuduga kamu orang yang seperti itu" jawab kak Lucky.
"Maksudnya?" tanyaku balik.
"Tidak, kadang ada orang yang akan menolak karena sudah tak tersegel" kata kak Lucky.
"Yah, menurutku sih, asal itu masih bagus dan belum expayed. Tak masalah kak. Nanti akan Aku minum sebelum tidur" kataku dengan tersenyum senang.
Kak Lucky senyum dengan memandangku. Dari kejauhan kak Micky melihat kami berjalan berdua.
"Mil?" panggil kak Micky.
Dari arah barat, dia menghampiri kami dan memandang kami secara bergantian.
"Kak Mick, darimana?" tanyaku.
"Aku dari ruanganmu tadi Mil. Mencarimu, Luck kamu tak memberitahunya?" tanya kak Micky menyelidik.
"Apa? Ah, tadi Aku akan memberitahunya. Tapi keburu kamu sudah melihat kami duluan" jawab kak Lucky.
"Mil, sebenarnya tadi Aku ingin mentraktirmu makan di kantin. Tapi berhubung waktu sekarang sudah mepet jam masuk lain kali saja ya?" kata kak Micky.
"Kak Micky nggak usah repot-repot. Milanie ditemani seperti ini sudah senang. Tidak perlu sampai mentraktir" jawabku malu-malu.
"Tidam repot kok. Ya sudah Aku mau kembali ke ruangan dulu ya?" kata kak Micky.
"Iya kak, hati-hati awas tersandung batu" jawabku.
Kak Micky berjalan. Diimbangi dengan jalan kak Lucky.
"Kamu tadi darimana sama Milanie?" kata Kak Micky mengintrogasi.
"Tadi Aku tak sengaja melihatnya di sebelah greenhouse jadi kami bercakap sebentar" jawab kak Lucky.
"Oh" jawab kak Micky.
"Setidaknya jangan membuat pertemanan kita hancur karena perempuan ya Luck" kata kak Micky.
Seketika perkataan itu seperti menghantam batin kak Lucky. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Kak Lucky sendiri juga tidak faham.
Apakah bibit perasaan itu mulai tumbuh?
Atau memang hanya sebatas teman satu sama lain?
Kak Micky tetap berlari, sedangkan kak Lucky dia berlari semakin lambat dan melambat hingga berjalan biasa.
Peringatan yang dikatakan oleh teman sekaribnya itu sedikit mengusik hatinya. Seperti Aku tidak ada apa-apa. Tapi kenapa tak rela melihat teman sekaribnya dekat dengannya?
Perasaan macam apa ini sebenarnya?
Karena ini pertama kalinya dia merasakan perasaan macam ini.
Entahlah. Dia ingin mencari tahu dengan mendekati Milanie lebih dalam.
Jawabannya ada pada diri Milanie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
mom mimu
kasian Micky Mil... jauhin Lucky ya, apa lagi kamu udh dapet peringatan dari temen2nya si Riris buat jauhi si lucky... cari aman ya Mil...
2022-12-15
1
linda sagita
jangan harap si lacky jd bolos ngaji dong mil.
2022-12-06
1