Bab 11

Hani sudah memasuk Hotel Buckingham Palace bersama dengan kelompok pria itu. Setelah terus berjalan, mereka memasuki kamar Presiden Suit nomor enam puluh delapan.

Tepat bersebelahan dengan kamar milik Syah. Alam meminta agar kamera CCTV di dalam kamar itu segera dicek, karena pekerjanya lambat. Alam melakukan itu sendirian dengan laptop yang baru saja dia ambil di toko elektronik Hotel Buckingham Palace.

Pengoperasian pun dimulai, dengan jari Alam yang super cepat, bawahnnya itu tidak bisa mengerti apa yang sedang dilakukan oleh Alam.

Dengan cepat, Alam telah bisa melihat situasi yang sedang berlangsung di dalam kamar itu.

Saat setelah masuk ke dalam kamar itu, seorang pria sedang duduk di sebuah kursi dengan pakaian formalnya sambil memegang sebuah gelas ditangannya.

Meminta Hani untuk duduk di depannya, Hani tentu dengan mudah akan melakukannya. Hanya saja, tiba-tiba Hani ditarik oleh pria-pria yang tadi membawanya kemari.

Tas milik Hani diambil dan diamankan oleh mereka, bukan aman. Hani merasa terancam karena dia tidak bisa meminta tolong kepada siapapun.

Hani dipaksa untuk meminum anggur yang sudah pria itu siapkan. Hani tidak mau, karena dia tidak mau untuk mabuk nantinya.

Melihat Hani yang sedang dipaksa itu, Alam tidak kuat menahan dirinya. Alam langsung berlari dan mendobrak pintu kamar Presiden Suit nomor enam puluh sembilan.

Syah baru saja sampai di kamarnya, seperti biasanya setelah dia kembali pulang dia akan minum air terlebih dahulu, hanya saja pintu kamarnya itu didobrak oleh seseorang.

Syah terkejut melihat sosok seseorang yang sudah ada di dalam ingatannya, sosok Alam yang merupakan kakak kandung Kia.

"Eh.. Apa Kakaknya Kia sudah tahu rencanaku? Atau dia tidak mau aku mendekati Kia?" batin Syah bertanya-tanya.

"Eh... Maaf! Aku salah kamar! Nanti, kerusakan akan diperbaiki, maaf kembali!" ujar Alam memohon maaf kepada Syah dan langsung menutup pintu yang sudah rusak dibuatnya itu.

Syah mematung dengan teko yang sedang menuang air ke dalam gelasnya sampai tumpah-ruah.

Alam kembali mendobrak kamar nomor enam puluh delapan kali ini, ternyata Hani sudah berada di dalam pelukan pria itu.

Alam dengan cepat bergegas dengan berteriak, "Lepaskan dia jika kalian ingin hidup!"

Ancaman Alam tidak di anggap oleh mereka, bagaimana pun juga Alam hanya seorang diri sedangkan mereka berjumlah tujuh pengawal dengan satu bosnya.

Mereka berjumlah delapan orang, tentu saja mereka tidak takut dengan seorang pemuda yang kelihatan bau kencur itu.

Alam langsung memukul salah satu pria disana, memukulnya dan menendangnya terus hingga menumbangkan semua pengawalnya itu.

Karena takut, seorang bos pria itu mencekik leher Hani. Dengan mengancam hidup Hani.

Karena sudah situasi mendesak, Alam memberikan kode tangan di belakang punggungnya.

Petugas keamanan Buckingham Palace pun tiba dengan senjata api yang dipegangnya. Alam ditahan oleh petugas Buckingham Palace dan senjata api itu digunakan untuk mengancam hidup dari bos pria tadi.

Setelah selesai, Hani mengejar Alam dan memohon kepada petugas keamanan untuk melepaskan Alam.

Tapi, petugas keamanan itu menolaknya meskipun Hani mencoba memberikan uang kepadanya.

"Kesayanganku tenang saja! Kita bisa bertemu lagi besok! Sepertinya mereka hanya akan mengintrogasi ku!" ujar Alam menenangkan Hani dengan panggilan baru Alam kepada Hani.

"Kesayangan?" batin Hani malu, rona merah diwajahnya mulai menyebar.

Alam pun dibawa pergi oleh petugas keamanan Buckingham Palace pergi meninggalkan Hani.

Sedangkan Hani pergi keluar karena sudah mendapatkan permintaan dari Alam bahwa dirinya lebih baik pulang untuk menenangkan diri.

Saat setelah keadaan membaik, Alam melepaskan dirinya dari petugas keamanan itu.

"Bos! Apa yang sekarang kita lakukan?" tanya petugas keamanan itu kepada Alam.

"Kita kembali kesana!"

Alam pun dengan petugas keamanan itu kembali ke kamar Presiden Suit nomor enam puluh delapan.

Melihat sosok pria yang sedang tiarap itu Alam tersenyum.

"Hei! Siapa kamu?" tanya Alam kepada pria itu.

Pria itu mendongak dan menatap sosok pemuda yang tadi mengalahkan ke tujuh pengawalnya itu dengan menggunakan tangan kosong.

"Ka–Kamu?"

Alam mengambil laptop di sana, membukanya dan mulai membobol kata sandi milik pria itu.

"Tuan Muda Leo, penerus dari keluarga terkaya nomor dua di kota ini?" ujar Alam diikuti dengan sebuah pertanyaan.

"Itu benar! Jika kamu mencelakaiku, maka Ayahku akan membalaskan dendam dan menghancurkan dirimu!" ancam Leo dengan senyum penuh kemenangan.

"Panggil Direktur Davin kemari!" seru Alam berteriak kepada bawahannya.

Setengah jam kemudian sosok pria tua memasuki kamar tersebut.

Melihat sosok anaknya itu yang sedang ditahan dengan injakan kaki oleh salah seorang petugas keamanan Buckingham Palace.

"Hei? Apa yang kau lakukan dengan Putraku!?" tanya marah dari Direktur Davin.

Karena tidak ada yang menjawabnya, dia menyapu pandangannya dan melihat sosok pemuda yang sangat tenang sedang asik dengan ponselnya bermain game.

"Dia, Tuan Muda darimana?" tanyanya dalam batin.

Keluarga nomor satu terkaya di kota B pun dikenalnya, hanya saja pemuda yang sedang tenang memainkan ponselnya itu tidak dikenalnya sama sekali.

"Sebenarnya siapa dia?" batinnya berpikir kembali.

Buckingham Palace, merupakan hotel terbaik nomor satu di kota B. Jika ingin menyewa beranda hotel saja tidak bisa meskipun dengan uang yang banyak dikeluarkan.

Dengan harga sewa permalamnya saja sudah sangat malam, setelah dipikirnya kembali.

Direktur Davin terkejut, bahkan dia pernah mencoba untuk menawarkan harga yang sangat besar untuk menyewa hotel ini. Namun, hanya ada penolakan dan tidak pernah memandang wajahnya.

Padahal dia hanya bertemu dengan manager Buckingham Palace, terlebih lagi sosok pemuda di depannya memiliki aura yang tidak ada sedikit pun penolakan darinya.

Victory

Tulisan kemenangan di layar ponselnya itu langsung membuat Alam mematikan ponselnya.

Dia menatap rendah kepada Direktur Davin.

"Anda sangat beruntung bisa bertemu denganku!" seru Alam dengan nada dinginnya.

"Hehe... Benar, Direktur Muda. Apa yang anakku telah lakukan?" jawab Davin yang berpikir bahwa pemuda di depannya adalah direktur dari hotel ini.

"Anakmu telah menyentuh wanitaku! Kira-kira hukuman apa yang pantas untuknya?" tanya Alam kepada Davin.

"Bolehkah aku?" tanya Direktur Davin meminta izin kepada Alam agar dirinya yang menghukum putranya itu.

Setelah mendapatkan izin dari Alam, Direktur Davin langsung mendekati Leo, putranya.

Memegang pergelangan tangannya, menariknya dan langsung mematahkan pergelangan tangan kanannya itu dengan sembari mengeluarkan air matanya.

Melihat sosok Ayah yang tidak rela untuk mematahkan tangan putranya, Alam meminta Direktur Davin untuk segera berhenti.

Alam pun melepaskan Direktur Davin dan Leo, putranya itu. Sebelum pergi, Alam meminta agar identitas dirinya tidak dibongkar sama sekali kepada siapapun.

Tentu saja, Direktur Davin menerima syarat itu.

Setelah berada di luar hotel, Leo tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Dia menangis dan bertanya kepada ayahnya.

"Kenapa Ayah mematahkan pergelangan tanganku?" tanyanya marah.

"Jika bukan aku yang mematahkan pergelangan tanganmu, takutnya dia mengancam hukuman yang lebih berat! Jadi, Ayah hanya bisa melakukan itu meskipun Ayah tidak tega!" jawab Direktur Davin kepada anaknya.

Karena mendengar hal itu, Leo merasa sedikit tenang. Mereka pun berpelukan.

Terpopuler

Comments

かみぁん

かみぁん

aku langsung loncat bab kesini ya bang , gak papa kan 🤭

2022-11-20

0

aprilynngsh7

aprilynngsh7

ehh ini aku bug apa gmna ya bukan nya berpelukan itu di bab 10

2022-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!