Bab 4

"Aku ingin mencoba untuk berciuman dengan ibu, satu kali lagi."

Mendengar kata-kata dari Alam, minuman yang ada di atas meja, segera di angkat oleh Hani.

Alam yang menyaksikan itu, menarik lengan Hani hingga Hani ikut tertarik bersamanya.

Tanpa diduga, Alam dengan berani langsung melakukan ciuman dengan dosennya sendiri secara terang-terangan.

Terjadi lagi, perasaan yang sangat nikmat itu dimulutnya Alam. Dia mengeksplorasi segala hal yang di dalam mulut Hani.

Dengan sangat malu, Hani mencoba untuk melepaskan dirinya dari ciuman itu, hanya saja Alam tetap bertahan untuk melakukan ciuman dengan Hani.

Dengan murka, Hani menampar wajah Alam dengan begitu ganasnya.

"Ibu sungguh kejam, padahal aku belum puas sama sekali!" lirih Alam yang baru saja mengusap pipinya itu.

Hani memanggil pelayan disana dan langsung melakukan pembayaran.

"Ibu! aku seharusnya yang membayarnya, aku yang mengajakmu!" seru Alam yang cemas ketika Hani akan membayar pesanan itu.

"Kamu masih mahasiswa, lebih baik kamu tabung uang itu untuk biaya kuliahmu, bukankah kamu sudah keluar banyak uang untuk masuk ke perguruan tinggi kami?"

Perkataan dari dosennya itu membuat hati Alam merasa terinjak-injak, hanya karena dia malas untuk melewati ujian masuk, dia menjadi rendah di mata dosennya itu.

Hani pergi tanpa pamit, menyeka bibirnya yang baru saja berciuman dengan Alam membuat dirinya merasa malu dan resah.

Dua kali dia merasakan ciuman, kali pertama saat panik melihat seorang pemuda yang tenggelam dan membantunya sadar dengan bantuan dari nafas buatan.

Dan kali kedua adalah karena pemuda itu yang langsung dengan tanpa rasa malu, menciumnya di muka umum.

Kedua ciuman itu berasal dari seorang pemuda, mahasiswa yang berada di bawah bimbingannya, Alam.

❣️ ❤️ ❣️ ❤️ ❣️ ❤️ ❣️ ❤️ ❣️

Keesokan paginya, Alam bercermin dengan sangat percaya diri. Dia banyak sekali melakukan gerakan dan pose untuk menampilkan ketampanannya.

"Kak! Sudah Kak! Aku tau Jelek, jadi tidak perlu terus bercermin di depan sana! Menyingkirlah! Aku juga ingin bercermin!" seru Kia yang marah.

"Hehe ... Iya Adik kecilku yang sangat cantik! Padahal Kakak sangat tampan begini, kenapa kamu terus saja berkata bahwa Kakak itu jelek?" tanya Alam yang penasaran dengan adiknya itu sembari menyingkir dari posisinya.

"Kakak tidak perlu menyembunyikan sesuatu dariku! Aku bahkan tau, jika Angelin hanyalah pacar yang kamu sewa!" seru Alin yang membuat hati Alam menjadi sangat sakit.

"Sudah Kak, aku sudah selesai dengan semuanya, aku berangkat dulu Kak!"

Zaskia pun pergi berlari keluar dan langsung menaiki mobil dengan seorang supir yang sedari tadi sudah menunggunya.

"Ayo Pak Kusir! Kita berangkat!" seru Kia yang langsung meledek supirnya dengan kata kusir seakan-akan mengganti profesinya.

"Kok Pak Kusir Non?" tanyanya.

"Hehe... Maaf deh, ayo kita berangkat Pak Jun!"

"Baik Non!"

Mereka pun pergi meninggalkan kediaman, sedangkan Alam kembali memasuki rumah saat setelah melihat mobil yang dimana adiknya baru saja berangkat pergi ke sekolah.

Di perjalanan, di dalam mobil. Kia hanya fokus dengan earphone untuk mendengarkan musik dan buku pelajaran yang ada ditangannya untuk mengulang kembali pelajaran sembelumnya.

Kia selalu mengulang pelajaran sebelumnya, itu kebiasaannya agar nanti pada saat ada soal tentang materi sebelumnya, dia bisa dengan mudah menyiapkan jawabannya.

Berbeda dengan Alam, dia tidak pernah mengulang pelajarannya kembali karena dirinya tidaklah normal.

Setiap materi yang dibaca, langsung bisa diserap ke dalam otaknya itu dengan begitu sangat mudah seperti membalikkan satu lembar halaman.

Pada saat di dalam mobil, Kia terkejut karena mobilnya itu berhenti secara mendadak.

Melepaskan earphone yang dikenakannya, Kia bertanya kepada pak Jun tentang keadaan yang sebenernya terjadi.

Setelah mendengar tentang masalah yang terjadi, Kia baru menyadari bahwa hari ini adalah hari yang meresahkan, bukan karena apa-apa hanya saja di jam pertama pelajaran, akan ada kelas dari guru matematikanya, guru yang dikenal sebagai guru killernya di sekolah.

"Pak Jun! Kalo masih lama, Kia naik kendaraan umum aja ya?" ujar Kia bertanya kepada supirnya.

"Tapi, Non?"

Kia langsung menelpon Alam pada saat itu juga, dengan alasan yang kuat. Alam mengizinkan Alya untuk menaiki kendaraan umum.

Bukannya dianggap remeh saat menaiki kendaraan umum, tapi Alam tidak ingin satu-satunya keluarganya itu akan terjadi apa-apa padanya.

Jadi Alam terus memberikan apapun yang terbaik untuk adiknya tersebut.

Kia berpamitan kepada Pak Jun, dia bergegas berjalan kaki karena pada saat ini. Di jalanan ini tidak akan ada kendaraan umum yang lewat.

Sedangkan untuk pesanan ojek online, Kia tidak mengerti sama sekali karena kemana pun dia pergi selalu naik mobil diantar oleh Pak Jun maupun kakaknya.

Karena sangat terburu-buru, Kia tersandung hingga terjatuh oleh kakinya sendiri.

Sebuah mobil berhenti saat melihat gadis yang mengenakan seragam sekolah itu terjatuh. Dia turun dari mobil, memapah Kia yang baru saja terjatuh untuk berdiri kembali.

Melihat luka di lututnya membekas, wanita yang keluar dari mobil itu bergegas kembali masuk ke dalam mobil untuk mengambil kotak pertolongan pertama miliknya.

Kia hanya memperhatikan gerakan dari wanita cantik yang begitu dengan mudah membantu seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya itu.

Setelah selesai mendapatkan pertolongan pertama, Kia merasa senang dan berkata, "Terimakasih Kak! Aku sudah baikan!"

"Baguslah! Kamu bersekolah di SMA Bintang Harapan rupanya, kebetulan saya akan pergi kesana, apa kamu mau pergi bersama saya?" tanya wanita itu.

"Em ini ..."

"Jika meminta izin dari Kakak, dia pasti tidak akan setuju. Dan aku sudah percaya dengan Kakak ini karena dia begitu jujur, kan?" batin Kia bingung untuk mempertimbangkan pilihannya.

"Jika tidak—" ujar wanita itu yang langsung dipotong oleh Kia, "Aku ikut Kak! Kebetulan aku takut telat, hehe .."

Akhirnya Kia masuk dan ikut menumpang di mobil wanita itu yang ternyata adalah Hani, dosen dari kakaknya sekaligus wanita yang sedang diincar oleh kakaknya itu.

Saat setelah sampai di sekolah, Hani meminta agar dirinya diberitahu dimana dia bisa bertemu dengan Yaya, guru matematika Kia yang julukannya adalah guru Killer di sekolahnya.

Karena kebetulan, Kia membawa Hani ke ruang guru untuk bertemu dengan guru killernya itu, saat setelah sampai akhirnya Yaya keluar.

Melihat muridnya berada di depan ruang guru, Yaya merasa sedikit tidak senang meskipun Kia sendiri adalah salah satu kandidat yang terpilih untuk perlombaan matematika nanti.

"Bu, maaf aku kemari. Sebenarnya, ada yang ingin bertemu dengan Ibu!" sopan Kia kepada gurunya tersebut.

"Yaya! Apakah kamu masih sama seperti dulu?" tanya Hani dengan begitu akrab.

"Ha—Hani? Eh, apa yang kamu lakukan kemari?" tanya Yaya yang tidak tahu apa tujuan Hani datang ke sekolah tempat dimana dia bekerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!