Bab 3

Setelah Alam mengecek nomor asing yang sebelumnya melakukan panggilan WhatsApp, dia terkejut saat setelah melihat foto profil dari nomor WhatsApp tersebut.

Bukan main, nomor tersebut berasal dari dosen Hani, yang saat ini diimpi-impikan oleh Alam. Alam langsung balik melakukan panggilan telepon dengannya.

Drrrttt Drrrtt Drrrttt

Suara getaran ponsel di sebelah Hani membuat dirinya merasa resah.

"Ahh ! Kenapa harus pada saat ini! Padahal ini sedang asik-asiknya aku bermain dengan jariku!"

Di atas ranjang yang empuk Hani sedang melakukan sesuatu yang membuat dirinya keasikan hingga malas untuk mengangkat panggilan dari Alam.

"Nah benar begitu! Ini mantap sekali!"

"Ahhh ..."

"Aku akan keluar?" resahnya.

"Ah sialan aku keluar dengan begitu cepat di permainan ini! Permainan ini sungguh tidak menarik! Hanya karena aku mendapatkan armor dan senjata yang berlevel rendah aku kalah! Sungguh tidak menarik!" kesalnya yang langsung mengambil ponsel di sampingnya.

Panggilan WhatApp itu masih berlangsung, Hani langsung mengangkat kesal ponselnya itu.

"Permisi? Apa barusan anda melepon saya?" tanya Alam setelah panggilan itu terhubung.

"Huh! Memangnya siapa kamu?" tanya Hani dengan kesalnya.

"Eh.. apakah aku harus menceritakan tentang ciuman itu?" tanya Alam yang tidak sungkan membicarakan cerita pada saat di luar negeri.

Hani terkejut dan dengan segera melihat ke layar ponselnya, menunjukkan nama Bedo Alam yang merupakan nama dari si penelpon.

"Ehh kamu! Sialan! Jangan membahas itu lagi! Jadi, begini bocah. Aku akan memberikan kesempatan untukmu agar tidak menyebarkan rahasia tentang ciuman itu kepada mahasiswa lain dan aku juga tidak akan menyebarkan berita tentang kamu yang tidak berpengetahuan masuk ke dalam Universitas ini dengan jalur belakang!" serunya mengancam Alam.

"Ehh? Dia berpikir aku tidak berpengetahuan? Ini menarik!" batin Alam yang mulai diikuti dengan senyuman yang baru saja terukir di wajahnya yang tampan.

"Bagaimana jika aku ingin menceritakan itu kepada salah satu temanku?" tanya Alam yang balas mengancam pada dosennya itu.

"Eh? Kamu berani? Boleh, lakukan saja!" seru Hani dengan tidak percaya akan apa yang ingin dilakukan oleh Alam.

"Baiklah, aku sudah mendapatkan persetujuanmu! Aku akan menceritakannya sore ini juga."

Mendengar hal itu, Hani menjadi merasa tidak nyaman. Dirinya benar-benar merasa terancam oleh seorang Alam.

"Hei! Jangan lakukan itu bocah!" teriak Hani di dalam panggilan yang sedang berlangsung.

"Jika tidak mau, maka datanglah malam ini jam tujuh malam ke Cafe Ivela."

Dengan mengakhiri panggilan tersebut Alam merasakan kemenangan di dalam dirinya. Dia mengambil ponselnya yang baru saja dijatuhkan diatas kasur dan mulai mengoperasikannya kembali.

Mendengar panggilan barusan, dia mulai mengedit rekaman percakapan yang baru saja terjadi dengan senyuman licik yang dilanjut tawa bahagianya.

*****

Di Cafe Ivela. Cafe Ivela merupakan tempat dimana berkumpulnya anak-anak muda maupun orang dewasa lainnya untuk menikmati suasana yang nyaman disana.

Bukan hanya para penikmat ngobrol di zona nyaman saja, melainkan banyak juga pengunjung yang datang hanya untuk mengikuti satu kegiatan yang sangat menarik, yaitu pemburu poin.

Di dalam kegiatan pemburu poin banyak orang yang melakukan pembelian minuman ataupun makanan secara rutin hanya untuk mendapatkan poin.

Karena, setiap orang yang telah mengumpulkan sejumlah poin maka mereka bisa melakukan apapun kepada para pekerja maupun atasan di cafe Ivela tersebut.

Biasanya bagi seorang wanita, mereka mengumpulkan banyak poin hanya untuk bisa berfoto dengan artis terkenal yang memang sudah menjadi tamu VIP di Cafe Ivela, dia bernama Ichan.

Dengan ketampanan Ichan, banyak gadis yang seringkali datang berkunjung hanya untuk melihat ketampanan dari artis dalam negeri tersebut. Mereka tidak dapat menyentuh Ichan dikarenakan keamanan Cafe Ivela sangatlah ketat.

Dengan CEO dari Cafe Ivela yang bernama Rey, mampu membuat Cafe Ivela menjadi maju dan terus berkembang hingga sampai saat ini.

Biasanya pengunjung yang datang kemari berkumpul menjadi satu grup untuk membuat undian layaknya arisan agar bisa mendapatkan kesempatan untuk berfoto dengan Ichan di setiap minggunya.

Ada dari Grup Pena Digital, Grup Winter Dust, Grup Sambo maupun banyak grup yang lainnya.

Berbeda dengan Alam, dia datang seorang diri karena tidak tertarik dengan kegiatan rutin dari Cafe Ivela.

Alam saat ini sedang duduk disebuah kursi dengan satu meja di depannya. Hanya ada satu meja dan dua kursi saja yang dipilih olehnya dikarenakan Alam ingin berduaan dengan Hani di balkon Cafe Ivela.

Suasananya sangat sejuk dilantai atas, berbeda dengan lantai bawah yang banyak sekali pengunjungnya.

Karena di lantai atas adalah tempat khusus yang disediakan oleh Cafe Ivela untuk mendapatkan situasi yang romantis untuk para pengunjung.

Panggilan dari Hani pun dijawab oleh Alam dengan mengarahkan Hani dimana letak lokasinya saat ini.

Sesampainya Hani di lantai atas, Alam terkejut dengan penampilan Hani yang sungguh membuatnya terpesona.

Bukan main, wanita dengan usia tiga puluhan tahun itu masih terlihat sangat muda, bukan hanya itu parasnya terbilang sangat cantik. Dengan tubuhnya yang selalu terbayang dipikiran kotor Alam, dia malah mengabaikan panggilan suara yang masih berlangsung.

Tentu saja Hani kesal, panggilan tidak Alam jawab sama sekali, saat terus mencari keberadaan Alam. Hani terkejut melihat tampang Alam yang saat ini terpaku melihatnya dengan ekspresi mesumnya itu.

Hani semakin jijik dengan Alam, dia berjalan dengan cepat ke arah Alam. Langsung dicubitnya pinggang milik Alam.

"Awww... Sakit!" keluh Alam sesaat terhenti karena melihat sosok Hani yang baru saja mencubitnya itu.

Hani langsung memaafkan Alam dan segera duduk dikursi yang ada didepan matanya.

Saat setelah duduk, Alam memanggil pelayan dan juga memilih pesanan makanan dan minuman dengan mengikuti apa yang Hani inginkan.

Makanan pun telah disajikan, sebelum membicarakan topik tentang saat di panggilan tadi sore, Alam meminta Hani untuk menyelesaikan makan terlebih dahulu.

Pada saat makan, Alam tidak henti-hentinya untuk memandang dosennya itu dengan tatapan mesumnya. Bagaimana pun, Alam telah merasakan rasa dari bibir cantiknya yang manis itu.

Ketika membayangkan ciuman pertamanya itu, Alam terpikirkan sebuah ide.

"Hei Bu Dosen, apakah benar kamu tidak mau aku menceritakan tentang kejadian itu kepada teman-temanku?" tanya Alam yang memulai topik.

"Tentu saja! Jika kamu berani, maka aku akan membongkar rahasiamu itu!" seru Hani yang masih dengan pendiriannya untuk mengancam Alam.

Alam tidak takut dengan ancamannya itu, bagaimana pun juga jika dia dikeluarkan oleh pihak Universitas, maka Universitas itulah yang akan rugi karena tidak memiliki seorang mahasiswa super jenius seperti Alam.

"Sebenarnya aku tidak takut!" seru Alam yang masih tenang menghabiskan Lasagna yang ada di piring nya itu.

"Kamu! Das—" keluh Hani yang dipotong karena Alam menyiapkan satu sendok Lasgna ke mulut Hani dengan cepat.

"Bagiamana? Enak bukan makanan favoritku di Cafe ini?" tanya Alam yang tidak merasa bersalah sama sekali.

"Sebenarnya apa maumu?" tanya Hani yang saat ini kekesalannya berada di level yang lebih tinggi lagi.

"Baiklah! Aku tidak akan sungkan! Hanya ada satu permintaanku!" ujar Alam dengan tenang.

"Apa itu?" tanya Hani yang mulai penasaran menunggu jawaban dari Alam.

"Aku ingin mencoba ciuman dengan Ibu, satu kali lagi!"

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

PASTI LGI ONANI TU SI DOSEN HANI

2023-06-28

0

Tari Gan

Tari Gan

dasar alam omes

2023-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!