Aku terkejut dan tidak bisa berkata-kata, melihat sosok wanita yang sangat jelas kuingat di dalam pikiranku.
Menatap terkejut hingga pada saat wanita itu melihat ke arahku, dia membalas tatapanku dengan ekspresi jijiknya.
Benar, mungkin itu karena saat aku menatapnya, aku mengingat kembali dengan jelas setiap lekuk tubuhnya. Bibirnya yang menggoda membuatku ingin melahapnya.
Sosok wanita itu benar-benar membuat hatiku campur aduk, entah benar-benar apakah ini yang dinamakan cinta, aku pun tidak yakin.
"Namaku adalah Hanifah, salam kenal semuanya! Tidak perlu ada keributan lagi, aku sudah mendapatkan informasi tentang kalian, jadi pelajaran akan ku mulai sekarang" kata wanita itu yang ternyata bernama Hani.
Dosen cantik nan seksi itu pun memulai kelas pertama untuk mahasiswa baru jurusan matematika.
Hanya ada keheningan saat pelajaran berlangsung, semua mahasiswa tertib mengikuti kegiatan belajar mengajar. Namun, saat setelah kelas selesai.
Para mahasiswa laki-laki langsung berlarian mengejar dosen Hani itu. Dengan banyaknya pertanyaan dari para mahasiswa itu kepada dosennya.
Aku mendengar suatu hal yang membuatku merasa bahagia, tentunya yang kudengar adalah kabar yang sangat baik.
Hanifah Azzahra, seorang dosen di Universitas Negeri Karmabakti dengan usia tiga puluh tahun dengan statusnya saat ini adalah lajang.
Aku sangat terkejut, wanita cantik seperti dia tidak ada orang yang melamarnya, atau mungkinkah dia memiliki kelainan?
Tapi, aku langsung membuang jauh-jauh pikiran jelekku itu. Saat aku akan meminta nomor ponselnya juga, aku tidak bisa masuk ke dalam keriuhan mahasiswa yang juga meminta nomor WhatsApp milik dosen itu.
Drrttt Drrrtt Drrtt
Hingga saat ponselku bergetar, aku melihat nama si penelpon itu yang membuatku harus mengabaikan sosok dosen cantik itu.
"Dek, ada apa?" jawabku yang baru saja menerima panggilan dari adikku yang bernama Kia. Lebih tepatnya adalah Zaskia.
"Kak! Apakah kakak ada waktu? Kami sekarang sudah ada dirumah, kami akan mengikuti perlombaan matematika bulan depan" pinta Kia dengan memastikan kesibukan kakaknya itu.
"Oke! Kakak baru selesai kelas, kakak akan langsung pulang ya?" jawabku yang tidak bisa menolak permintaan satu-satunya adikku dan satu-satunya anggota keluargaku yang tersisa.
Saat setelah sampai dirumah, aku baru saja memarkirkan motorku di halaman depan rumaku. Lalu, aku disambut oleh dua gadis cantik, mereka ada teman sekolah adikku.
"Halo Kak Alam, siang Kak!" sapa mereka sopan secara bersamaan.
Benar, namaku adalah Alam dengan umur sembilan belas tahun kurang, karena hari ulang tahunku akan segera tiba di tahun ini.
"Halo dek Kinan dan dek Nayla!" jawabku menyapa mereka berdua dengan lembut dan ramah serta tidak lupa menyebut nama mereka. Aku mengingat nama mereka karena mereka memang sering berkunjung ke tempat tinggal kami.
Setelah sapaan itu, aku masuk dengan melepaskan alas kaki ke dalam rumah dengan diikuti oleh kedua gadis cantik itu.
"Kakak! Kami dipilih untuk ikut perlombaan matematika di bulan depan nanti! Pokoknya, Kakak harus membimbing dan mengajari kami!" pinta Kia dengan manjanya.
Zaskia, setelah kematian orang tua kami yang mengalami kecelakaan. Zaskia semakin manja kepadaku karena aku adalah satu-satunya keluarganya. Kami sudah menjalani kehidupan mandiri ini semenjak tiga tahun lalu. Di saat kelas satu SMA, kedua orang tuaku mengalami kecelakaan yang begitu tragis.
Aku tidak habis pikir, kecelakaan itu tidak seperti kecelakaan pada umumnya. Karena berita tentang kecelakaan mereka malah ditutup-tutupi oleh pihak kepolisian.
"Iya dek! Tenang saja! Hanya masalah kecil ini kok!" jawabku dengan sembari mencubit hidung kecil milik adikku.
Meskipun usia kami hanya berbeda dua tahun, tapi kami benar-benar menjadi sepasang kakak beradik yang cukup romantis jika dikatakan oleh orang yang tidak mengetahui kebenarannya.
Adikku adalah seorang siswi tercantik di sekolahnya, bukan hanya cantik tapi adikku adalah seorang yang cerdas. Mungkin itu karena DNA kami berasal dari ibunda kami yang memang memiliki wawasan yang sangat luas.
"Bi.. Apakah Bibi sudah menyiapkan makan siang?" tanyaku berteriak menanyakan tentang makan siang kepada seorang asisten rumah tangga di rumahku.
Bi Alin namanya, dia sudah menjadi asisten rumah tangga semenjak aku masih kecil di keluarga ku.
"Sudah Alam!" teriaknya menjawab pertanyaanku.
Berbeda dengan panggilan Bibi Alin kepadaku yaitu "Alam" yang menyebut namaku. Bi Alin memanggil adikku dengan sebutan "Non" atau juga bisa disebut "Nona Muda".
Bukan karena Bibi Alin tidak mau memanggilku "Den" atau "Tuan Muda", sebenarnya itu karena permintaanku kepada seluruh para pekerja di rumahku untuk memanggil namaku secara langsung.
Karena aku sadar, bahwa aku adalah seorang yang lebih muda dibandingkan dengan mereka.
Aku meletakkan tasku ke kamar, meninggalkan adikku, Kinan dan Nayla di beranda dengan memberikan arahan untuk segera menungguku di ruang makan.
Karena gerah, aku pun mandi terlebih dahulu sebelum untuk pergi makan lalu mengajari adikku dan temannya pelajaran matematika.
***
Seorang wanita yang cantik sedang berputar-putar berjalan di kantornya. Dia adalah Hanifah Azzahra atau kita panggil saja Hani.
Dengan lelah setelah sekian lamanya berputar-putar. Hani duduk dan menjatuhkan dagunya ke meja yang dibawahnya tergeletak banyak sekali berkas-berkas.
"Hm? Kenapa aku bisa bertemu dengan bocah sialan itu disini? Bagaimana jika dia mengatakan yang sejujurnya kepada semua mahasiswa?"
"Akankah reputasiku hancur dibuat olehnya?"
"Argh!"
Hani mengacak-acak rambutnya dengan kesal memikirkan seorang anak kecil yang mesum itu.
Secara ajaib, dia melihat berkas tentang informasi pribadi milik mahasiswa kelasnya itu di depan matanya.
Melihat foto mahasiswa itu, dia melihat informasi pribadi milik mahasiswa yang ternyata adalah milik Alam.
Tertulis sebuah keterangan dengan kertas yang tersisip di berkasnya menjelaskan bahwa Alam masuk ke universitas itu dengan mengandalkan jalur belakang.
Senyuman tipis terukir di mulut Hani, dia langsung melihat layar ponselnya dengan memasukkan angka-angka nomor ke dalam dial panggilan sambil melihat kearah berkasnya.
Saat telah selesai, Hani menyimpan nomor tersebut dengan nama Alam di dalam penyimpanan kartu SIM miliknya.
Panggilan WhatApp pun diluncurkan, Alam yang sedang berada dikamar mandi melihat ponselnya berdering.
Bingung melihat sebuah nomor yang tidak dikenalnya, dia mengabaikan panggilan tersebut.
Bergegas untuk menyelesaikan mandinya, Alam berpakaian dengan cepat dan tanpa perlu menyisir rambutnya. Alam langsung pergi ke dapur untuk makan siang bersama adiknya dan kedua temannya itu.
Keseruan pun tercipta, dengan metode pembelajaran Alam yang tidak membosankan karena membuat perumpamaan matematika dengan kehidupan sehari-hari, membuat adiknya dan kedua temannya mudah mengerti apa yang dijelaskan olehnya.
Tidak terasa hari sudah berlalu, Kinan dan Nayla pamit pulang kepada Alam dan tentunya Alam meminta supirnya untuk segera mengantar kedua teman adiknya itu pulang ke rumahnya masing-masing dengan selamat.
Zaskia juga pamit pergi ke kamarnya untuk beristirahat dan mengisi sisa waktunya untuk rebahan.
Alam yang sadar bahwa sebelumnya ada panggilan masuk dari nomor asing, Alam penasaran dan langsung mengecek nomor WhatsApp si pemanggil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Tari Gan
bercinta dengan murid x yah 😁
2023-01-04
0
aprilynngsh7
mau langsung loncat ke bab 12 aja soal dah tau alur nya🦭
2022-11-19
1