Zaskia, 17 tahun. Adik dari Alam, dirinya biasa dipanggil Kia oleh siapapun.
Kali ini, Kia sedang berada di sebuah bioskop bersama dengan kedua sahabatnya yaitu Kinan dan Nayla.
Mereka menonton sangat film horor disana, Kia yang dengan ekspresi datarnya, membuat kedua sahabatnya iri karena Kia tidak takut sama sekali dengan film horor.
Mereka tidak tahu, saat ini Kia sudah tidak kuat menahan pipisnya karena menahan rasa takut. Kia sengaja menampilkan sosok terbaik dari dirinya agar Kia bisa tampil hebat seperti kakaknya itu.
Saat film masih belum selesai, Kia berpamitan kepada kedua sahabatnya dikarenakan KIA akan pergi ke toilet.
Di kursi lainnya, sosok pria terus memperhatikan Kia. Saat Kia bangkit dari duduknya, pergi ke arah luar. Dia mengikuti Kia dari belakang.
Syah, 18 tahun. Sosok yang baru saja pergi mengikuti Kia dari belakang.
"Rupanya, dia adalah gadis yang selama ini aku cari? Imut juga!" gumamnya melanjutkan langkah kakinya mengikuti Kia.
Melihat Kia masuk ke dalam toilet wanita, Syah berdiri dengan menyenderkan punggungnya ke dinding dan mulai mengeluarkan ponselnya.
Menunggu Kia keluar, Syah mengoperasikan ponselnya, bukan untuk apapun. Syah hanya membuka WhatsApp meskipun tidak ada satu pun pesan yang belum dia baca maupun status seseorang.
Bukannya dirinya tidak populer, tapi Syah lebih suka dengan ketenangan. Dia tidak pernah memberikan nomor ponselnya ke sembarang orang.
Jika tidak ada keuntungan untuknya, dia tidak perlu repot-repot untuk saling bertukar nomor ponsel. Syah memiliki kepribadian yang super misterius. Tidak ada yang bisa mengetahui jalan pikirnya.
Sesaat setelah Kia keluar dari toilet wanita, Syah mencegah Kia untuk melewatinya. Dengan tetap ekspresi datarnya, Syah bertatap muka dengan Kia.
"Eh? Siapa pria tampan ini? Tidak! Tidak! Pria tertampan adalah kakakku! Pria ini hanya sedikit tampan! Ya, benar! Hanya sedikit tampan!" pikir Kia yang langsung membandingkan ketampanan kakaknya dan pria yang ada di depannya.
Meskipun Kia menilai lebih pada kakaknya, tapi rona merah di wajahnya itu tidak bisa membohongi pikirannya.
Kia terpesona dengan ketampanan dari pria yang baru saja mencegat dirinya. Sebelum Kia akan membuka pembicaraan, pria di depannya telah lebih dulu melakukan sesuatu.
Syah melihat ada ponsel di tangan kanan Kia, dia mengambil ponsel itu dengan lemah lembut, memasukkan nomor ponselnya ke ponsel Kia.
Tanpa mendapatkan persetujuan Kia, Syah langsung menulis nama dari nomornya "Be Mine" yang membuat Kia menjadi lebih terkejut.
Setelah mengirim pesan ke nomor Syah, Syah membuka ponselnya dan ikut kembali menuliskan nama dari nomor Kia menjadi "Be Mine" sama seperti yang dilakukannya pada ponsel milik Kia.
Setelah selesai, Syah langsung membalikkan badannya dan segera pergi meninggalkan Kia. Sedangkan Kia berjalan kembali ke dalam bioskop dengan perasaannya yang campur aduk.
"Sebenarnya siapa pria itu?" batinnya yang sangat kebingungan.
❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️
Alam menarik keluar Loty dari kelas dengan izin terlebih dahulu kepada Hani.
Saat setelah berada di luar kelasnya. Alam belum menyadari bahwa tangannya masih menggenggam lengan Loty.
Loty yang mengenal Alam, dia tidak keberatan sama sekali, karena bagaimanapun Loty merupakan wanita yang masih single dan juga cantik.
Loty, 19 tahun. Seorang mahasiswa di perguruan tinggi yang sama dengan Alam. Sebelumnya, dia bisa mengenal Alam pada saat perlombaan matematika tingkat nasional di kota A.
Loty sendiri mendapatkan juara kedua, karena itulah, Loty tidak dapat melupakan Alam yang merupakan satu-satunya lawan yang dia anggap sangat kuat.
Loty sedikit senang dengan Alam yang menggenggam tangannya. Loty tidak berbicara, itu adalah kesempatan yang baik untuknya.
"Hum, Loty kan? Bisakah kamu merahasiakan tentang kelebihanku?" pinta Alam meminta persetujuan Loty dengan satu pertanyaannya.
"Boleh saja, tapi apa yang aku dapatkan?" tanya Loty yang mulai meminta sesuatu kepada Alam.
"Hm... Baiklah! Aku akan memberikanmu sejumlah uang? Bagaimana?" tanya Alam.
"Aku bukanlah orang yang kekurangan uang, bagaimana jika minggu depan kamu ikut aku nonton bersama?" tanya Loty yang memberikan satu-satunya pilihan kepada Alam.
"Bagaimana ini?" pikirnya bingung untuk menjawab.
"Baiklah! Kita akan nonton di minggu depan nanti!" setuju Alam dengan permintaan dari Loty.
Tidak cukup hanya itu, Loty langsung meminta nomor ponselnya Alam dengan alasan agar nanti tidak ada kesalahan komunikasi untuk nanti di hari perjanjian mereka.
Setelah selesai, mereka kembali ke dalam kelas. Hani, tidak merasa curiga sedikitpun. Dia hanya tidak senang dengan Alam yang menggenggam tangan dari wanita lain.
"Uhuk! Uhuk! Jika kalian ingin terus berpacaran, maka kalian bisa meninggalkan kelas ini!" ujar Hani dengan ekspresinya yang datar.
Mendengar peringatan dari dosennya itu, Alam terkejut karena lengannya masih menggenggam lengan Loty.
Belum sempat dia yang melepaskan, Loty terlebih dahulu melepaskan genggaman tangan Alam dengan tergesa-gesa.
Alam menahan rasa malu, benar-benar pertama kalinya seorang wanita menolak pesonanya. Hanya karena dia terlambat melepaskan genggaman tangannya, Alam merasa sedikit terintimidasi.
Dengan sedikit kekecewaan, Alam kembali duduk di kursinya. Meminta maaf kepada dosennya, Hani.
Meskipun sedikit kecewa, tapi Alam masih tetap senang karena identitas dirinya masih bisa diselamatkan, tidak terbongkar oleh Loty.
"Sebenarnya, Loty itu siapa?" bingung Alam dengan melanjutkan untuk memperhatikan dosennya ya g mengajar.
Benar, memperhatikan dosennya mengajar bukan untuk memperhatikan pelajaran matematikanya.
❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️❣️❤️
Setelah kelas usai, seperti biasanya Hani langsung meninggalkan kelas. Banyak mahasiswa yang masih berusaha untuk mendapatkan Hani.
Hanya saja, Hani tetap dengan dinginnya menolak apapun ajakan maupun hadiah dari para mahasiswa itu.
Waktu berlalu, Alam menunggu Hani keluar dari kantornya. Baru saja Hani selesai dengan urusannya, Hani segera mengemasi berkas-berkasnya dan mempersiapkan dirinya untuk pulang.
Hani dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depan matanya saat dia baru saja membuka pintu kantor.
Melihat sosok pria tampan yang dikenalinya, Hani pun mengingat pada saat-saat dia dicium oleh Alam di cafe Ivela pada hari sebelumnya.
Sosok Alam yang tampan itu membuat Hani sedikit terpesona, hanya saja.
"Untuk apa kau berdiri disana, dasar bocah tengik!?" seru Hani berteriak kecil, kesal karena pria itu adalah Alam.
"Bu Hani! Aku sedang menunggumu disini! Mari ku antar pulang?" tanya Alam yang langsung mengajak Hani untuk pulang bersamanya.
"Aku tidak akan pulang bersamamu! Aku membawa mobilku sendiri! Jadi, aku akan pulang seorang diri! Lebih baik, kamu belajar matematika lebih giat lagi agar nanti kamu bisa lulus!" ketus Hani yang langsung memalingkan wajahnya dan pergi menuju ke arah parkiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Sulaiman Efendy
MASAK PONSEL GK ADA PASSWORDNYA, GK MASUK AKAL SEKALI .
2023-06-28
0