Bab 8

Hani mengabaikan Alam dan pergi untuk pulang menggunakan mobilnya itu. Bukannya kecewa, Alam dengan pasrah ikut masuk ke dalam mobil milik Hani.

"Hei! Apa yang kau lakukan disini?" ketus Hani setelah melihat Alam yang membuka pintu mobil belakang dan duduk disana.

Alam tidak sadar, seharusnya dia duduk di depan bersama Hani. Wajar saja, sedari kecil kecil, Alam sudah biasa memiliki seorang supir.

"Eh?" terkejut Alam dan langsung berpindah ke kursi depan dengan melewati celah kursi bagian depan.

"Hei! Maksudku untuk apa kamu menumpang disini? Bukankah kau membawa motormu?" tanya Hani dengan kesal.

"Oh! Sebentar!"

Alam membuka ponselnya, menekan salah satu kontak WhatsApp nya dan mulai melakukan panggilan.

Baru saja beberapa detik, panggilan itu langsung terhubung dengan si penerima.

"Tu-Tuan Muda—" baru saja si penerima berbicara, Alam sufah memotongnya.

"Benar! Tuan Muda Leo tadi menyuruhmu untuk segera pergi ke rumahnya! Bukankah tadi kamu akan meminjam motorku? Cepatlah! Sudah kutinggalkan di parkiran kampus!" seru Alam dengan percaya diri.

Sementara disisi lain, Leo salah seorang bawahan Alam bingung dengan apa yang baru saja dikatakan oleh bosnya itu.

Hingga saat salah seorang pria di sebelah Leo, mengambil ponsel itu dan mengeluarkan perkataannya, "Terimakasih Alam sudah mau meminjamkan motormu pada kita!"

"Baguslah! Aku tutup panggilan ini!" puas Karma mendengar suara dari anak buahnya.

"Oke! Alam!"

Panggilan pun berakhir.

"Hei kenapa kamu memanggil Tuan Muda dengan menyebut namanya langsung?" tanya kesal dari Leo karena tiba-tiba saja ponselnya diambil alih dan langsung bertindak tidak sopan kepada tuan mudanya.

"Hehe... Dapet bonus! Akhirnya aku bisa membeli ponsel!" katanya tanpa merasa bersalah sedikitpun dan malah melompat girang dengan apa yang telah dia lakukan.

Leo hanya bingung tidak bisa berkata apa-apa.

Kembali lagi di dalam mobil, Hani melempar Alam dengan sebuah boneka yang ada didepannya.

Bukannya merasa bersalah, Alam menangkap boneka itu dan memainkannya.

"Lucu juga ini boneka!"

"Sebenarnya apa maumu, Bocah Tengik?" tanya Hani dengan nada kesalnya.

"Bukankah sudah jelas? Aku ingin menumpang Dosenku yang cantik!" jawab Alam yang mulai menggoda Hani.

"Ba... Baiklah! Beritahu aku saja alamatmu!" seru Hani dengan terbata-bata.

🏵️💮🌼🏵️💮🌼🏵️💮🌼🏵️💮🌼🏵️💮🌼🏵️

Angin lepas menghembus kesejukan di pagi hari, sejuknya memberikan noda namun tak ada kata penolakan.

Sosok pria tengah duduk di ujung gedung pencakar langit. Tanpa ada rasa ketakutan melihat jauh ke bawah, dia fokus menatap foto yang sedang dipegangnya itu.

Melihat sosok gadis cantik dia berkata, "Ini pasti salah mereka kan? Aku jadi kehilanganmu! Tapi, tenang saja! Aku akan membalaskan dendam ini, kamu yang tenang disana ya, Adikku yang sangat cantik!"

Foto itu disimpannya ke dalam dompetnya, menatap langit-langit, melihat jauh ke bawah. Dia tetap dengan ekspresi datarnya, melihat sebuah bangunan yang berdekatan ada di bawahnya, dia melompat kesana tanpa rasa gugup sama sekali.

Terus melompat ke bawah dengan keberaniannya.

Hingga sampailah dia di lantai dua puluh lima, hotel Buckingham Palace.

Masuk ke kamar presiden suit nomor enam puluh sembilan miliknya. Mengambil susu yang sudah dia buat sebelumnya, masih terasa hangat ditangannya.

Kembali ke atas kasur, membalik laptopnya dan memulai pengoperasian laptopnya tidak lupa untuk menyeruput susu hangatnya.

Terlihat nama Syah di layar laptopnya, Syah adalah seorang siswa di salah satu sekolah menengah.

Tinggal seorang diri di hotel Buckingham Palace yang merupakan hotel nomor satu di kota B. Meskipun Syah adalah seorang yatim piatu, dia mampu membayar sewa kamar presiden suit di Hotel Buckingham Palace dengan harga sewanya per malam mencapai dua puluh juta rupiah.

Syah sendiri sudah tinggal di hotel ini sangat lama, bayangkan seja berapa total pengeluarannya hanya untuk tempat tinggal.

Bukan karena Syah berasal dari keluarga kaya dan memiliki harta warisan yang sangat banyak, tidak benar. Syah berasal dari keluarga kecil di kota C sebelumnya.

Hanya saja, Syah merupakan seorang jenius muda yang memiliki banyak sekali keterampilan. Mulai dari memasak, komputer, bela diri dan lainnya.

Syah sendiri mendapatkan banyak sekali uang karena dia memiliki keterampilan komputer yang sangat hebat, mulai dari Coding, Linux bahkan hingga Syah bisa meretas salah satu jaringan milik pemerintah.

Meskipun Syah memiliki keterampilan tersebut, bukan berarti uang yang dia hasilkan adalah dari pencurian di dunia internet.

Syah merupakan pelukis terkenal dengan sebuah nama samaran untuk menyembunyikan identitas dirinya.

Harga satu lukisan Syah mencapai hingga satu miliar, paling rendah tawaran yang Syah berikan adalah lima ratus juta rupiah untuk satu pesanan lukisannya.

Kemampuan komputernya dia gunakan untuk mencari tokoh orang kaya yang memiliki harta berlimpah dan melemparkan iklannya kepada mereka, hingga terjadilah transaksi pemesanan lukisan. Licik? Tidak, itu merupakan usahanya untuk mendapatkan penghasilan secara cepat.

Sebelumnya, Syah melempar iklan itu kepada salah seorang pebisnis di Dubai, Syah mendapatkan serangan DDOS karena pihak Dubai tidak tertarik dengan iklannya, bukannya merasa terancam, Syah menyerang kembali pihak Dubai dan meminta ganti rugi atas kerusakan sistemnya kepada pihak Dubai dengan total ganti rugi sebesar lima puluh miliar.

Bukan perampokan namanya, tapi Syah memang terbilang sangat hebat dalam hal memeras. Karena bukan hanya pihak pebisnis Dubai yang ketakutan dengan serangan baliknya, melainkan salah satu rahasia bisnisnya itu telah diketahui oleh Syah.

Mau tidak mau, pihak sana menyerah agar rahasianya itu aman.

Kali ini, Syah mencari data tentang salah seorang pebisnis yang sangat terkenal di kota B. Setelah mendapatkan nomor ponselnya.

Syah langsung mengambil ponselnya yang ada di laci mejanya, setelah laci itu terbuka. Terlihatlah banyak sekali ponsel dengan merk Apple yang berserakan disana.

Syah mengambil salah satunya, mengaktifkan suara samaran lalu mulai melakukan panggilan telepon kepada nomor yang baru saja dia dapatkan.

Hanya menunggu sesaat, panggilan itu langsung terhubung.

"Besok! Akan ada seorang pemuda yang mendaftar di sekolahmu! Ingat! Untuk tidak merepotkan Tuan Mudaku! Jika tidak, aku akan kembali mengambil alih perusahaanmu seperti lima bulan lalu!"

"Ja—" belum saja berbicara satu kata pun, Syah langsung memutuskan panggilannya.

🌼🏵️💮🏵️💮🏵️💮🏵️💮🏵️💮🏵️💮🏵️💮🌼

Kelas sedang dalam keadaan hening, memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Sebuah pesan masuk di WhatsApp milik Kia, "Bisakah kita melakukan panggilan?" tanya pengirim pesan dengan akunnya yang tertulis"Be Mine" itu adalah akun milik Syah.

Kia terkejut, dia dengan refleks mengirim pesan bahwa dia setuju untuk melakukan panggilan itu.

Karena sudah setuju dan ada panggilan masuk, Kia berdiri dari kursinya dan meminta izin untuk diperbolehkan pergi ke toilet.

Baru saja membuka pintu kelasnya, Kia menjadi lebih terkejut lagi. Rona merah di pipinya menyebar membuat dirinya menjadi semakin cantik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!