Bab 10

Seseorang datang mengetuk kaca mobil Hani. Alam pun mulai waspada, dia pergi ke kursi belakang.

Saat pintu Hani menurunkan kaca mobilnya itu, seseorang yang baru saja mengetuk mobilnya itu meminta agar Hani keluar dari mobilnya.

"Eh? Memangnya ada masalah apa, Mas?" tanya Hani yang bingung dengan orang yang tidak dikenalnya itu.

"Heh? Memangnya aku perlu alasan untuk memberitahumu? Tuan Muda kami ingin kau pergi menemuinya, jadi kamu hanya perlu ikut bersama kami!" seru seorang pria itu.

"Ti-tidak!"

Alam yang sedang bersembunyi di belakang itu segera berbisik dengan suara yang hanya dapat didengar oleh Hani.

"Ikut mereka saja! Tenang, aku akan menyelamatkan mu, kesayangan!" bisik Alam dengan senyumnya yang membuat Hani berdebar.

"Sialan! Kesayangan apanya! Apa mungkin ini semua salahnya? Tapi, mereka bilang bahwa akulah yang dicari, itu artinya memang aku. Aku tidak boleh memberikan masalah kepada bocah tengik ini, bagaimana pun aku adalah orang yang tidak bisa disinggung di dunia ini?" batin Hani memikirkan tentang keselamatan mahasiswanya itu.

"Hmph! Baiklah! Tapi, kita akan pergi kemana?" tanya Hani dengan kesal.

"Kita akan pergi ke Hotel Buckingham Palace!" serunya memberitahu lokasi yang akan mereka tuju.

"Buckingham Palace? Baiklah, jika seperti itu, aku akan pergi dengan menggunakan mobilku!" seru Hani tetap dengan dirinya yang tidak rela.

"Jika begitu, aku harus satu mo—" belum saja selesai berbicara, perkataan dari pria itu sudah dipotong oleh Hani.

"Aku sudah sukarela akan pergi kesana! Jika kamu ingin lebih, aku akan segera memanggil polisi!" ancam Hani yang membuat pria itu enggan untuk berkata-kata lagi.

Pria itu setuju, kembali dengan mobilnya. Hani berada di tengah-tengah dua mobil dari kelompok pria barusan. Meskipun akan melarikan diri, di depan ada yang menghalangi Hani sedangkan di belakang, sudah siap untuk mengejar Hani.

Hanya ada satu pilihan untuk Hani, yaitu ikut dengan mereka pergi ke Buckingham Palace.

Suara deru mobil Hani beserta kelompok yang bersamanya sudah memasuki beranda Hotel Buckingham Palace.

Setelah menuruni mobil, kunci mobil mereka diserahkan kepada para petugas parkir untuk dipindahkan ke tempat parkir mobil yang memang ada tempatnya.

"Eh? Masih ada orang?" terkejut seorang petugas parkir dengan sedikit berteriak.

Salah seorang kelompok pria itu bingung dan bertanya, "Orang apa maksudmu?"

Untungnya, Alam dengan cepat bertindak. Alam menutup mulut si petugas parkir dan menjawab pertanyaan dari salah seorang kelompok pria itu.

Setelah rombongan mereka pergi, Alam melepaskan tangannya yang baru saja menutup mulut petugas parkir itu.

Menuruni mobil dan langsung ditahan kembali oleh petugas parkir barusan.

"Hei Kamu! Mau kemana? Kamu pasti pencuri!" seru petugas parkir itu dengan waspada.

"Iya aku adalah pencuri, aku mencuri apapun di hotel ini sepertinya ide yang bagus!" kata Alam yang mulai meremehkan petugas parkir tersebut.

"Ternyata jujur juga, jangan harap kau bisa—"

Petugas parkir itu langsung mencoba untuk menangkap Alam. Hanya saja, petugas parkir itu tidak bisa menangkapnya karena tenaga Alam yang masih muda itu ternyata sangat kuat.

Deru mobil kembali terdengar, mobil Lamborghini Aventador memasuki area Hotel Buckingham Palace.

Melihat bosnya sedang ditahan oleh petugas parkir, dia segera tancap gas dan langsung turun dari mobil.

"Bos!" hormat dari seorang gadis yang baru saja menuruni mobil Lamborghini Aventador itu.

"Manager Tari? Eh—" kata petugas parkir itu terkejut karena ternyata Bosnya itu adalah seseorang yang dia tahan.

Petugas parkir itu langsung menunduk, meminta maaf dan memohon agar dirinya tidak dipecat karena telah menyinggung perasaan bosnya.

"Aku sedang dalam urusan Tari, kamu tahu apa yang harus dilakukan bukan?" tanya Alam yang langsung meninggalkan Tari dengan petugas parkir tersebut.

"Saya mengerti, Bos!"

Petugas parkir itu pun mulai mengeluarkan keringat dingin di punggungnya.

💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕

Yaya pun membawa Syah dan Kia ke suatu kelas, dia tidak percaya dengan kesombongan salah seorang muridnya itu. Bahkan, Yaya tidak pernah tau bahwa di sekolahnya ada seorang yang pandai matematika.

Itu wajar, karena bagaimanapun ini adalah hari pertama Syah bersekolah disini.

Setelah sampai dikelas, Yaya langsung mengambil spidol dan mulai mencoret papan tulis dengan membuat pertanyaan matematika yang sulit.

"Bu? Bukankah aku bilang soal yang tersulit? Sedangkan yang Anda buat, hanyalah soal dari sarjana tingkat ke satu bidang matematika!" seru Syah yang berkata benar.

"Eh? Ini beneran soal sulit!" batin Yaya yang kembali berkata, "Tidak apa! Jika kamu bisa menyelesaikan permasalahannya matematika ini, maka aku akan membiarkanmu untuk mengajari muridku!" seru Yaya yang meremehkan Syah.

Syah beranjak berdiri, melepaskan genggaman tangannya itu dan mulai mencoret papan tulis itu dengan angka dan variabel yang sangat rapih.

Tulisan tangan Syah benar-benar sangat rapih, membuat Kia dan Yaya menjadi cemburu karena seorang pria memiliki tulisan tangan yang sangat baik.

Setelah selesai, Syah kembali kepada Kia. Bukan duduk, melainkan dirinya langsung mengambil tangan Kia dan meninggalkan ruang kelas dengan Yaya yang sedang mematung melihat jawaban Syah.

"Aku waktu itu mengerjakan soal itu perlu berfikir selama satu hari penuh! Dan dia, dengan mudahnya menyelesaikannya begitu saja!" batin Yaya kalah dibuat oleh muridnya itu.

"Bagaimana Kamu bi—" tanya Yaya yang tidak jadi, dikarenakan sosok Syah dan Kia sudah pergi meninggalkan dirinya seorang diri.

"Si*lan! Murid yang tidak sopan! Hmph!" ketus teriak Yaya karena kesal dirinya dicampakkan.

💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕🍂💕

Syah mengajak Kia untuk pergi ke Cafe Ivela untuk mendapatkan ketenangan. Kia tidak menolak, dirinya malah sudah jatuh perasaan terhadap Syah yang begitu hebat.

Dengan menaiki motor Ninja milik Syah, Kia tersenyum mengabaikan Pak Jun yang sedang menunggu Kia pulang sekolah seperti biasanya.

Motor Syah pun melaju melewati Pak Jun yang sedang memperhatikan makanan yang ada di depannya.

Hap

Sangat lezat, roti pisang dengan taburan coklat dan keju yang menjadi makan siang Pak Jun.

Belum sampai di Cafe Ivela, Syah mendapatkan tawaran pekerjaan dengan bayaran yang sangat tinggi. Dia berhenti dan memohon maaf kepada Kia untuk alasan dia tidak jadi membawa Kia ke Cafe Ivela.

Kia tidak ambil pusing, dia menerimanya. Syah pun kembali bertanya kepada Kia tentang keberadaan tempat tinggalnya, meskipun Syah sudah tahu dimana itu.

Saat setelah mengantar Kia kembali pulang, Syah menarik lengan Kia dan langsung menciumnya.

"Aku harus pergi dulu! Nanti kita akan bertemu lagi!" kata Syah dengan nada datarnya, menambah kesan pria keren dari pandangan Kia.

Syah pun menarik pedal motornya, motor pun melaju pergi meninggalkan kediaman Kia.

Disisi lain, "Eh... Kenapa Nona Muda lama sekali? Biasanya dia sudah pulang? Ini sudah lewat tiga jam bukan?" gumam Pak Jun bertanya pada dirinya sendiri dengan sambil menaruh dagunya disenderkan ke setir mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!