Bab 9

Kia terkejut, sosok yang memintanya untuk melakukan panggilan itu ada di hadapannya. Benar, sosok di depannya adalah Syah yang sedang mengenakan seragam sekolah sepertinya.

"Eh? Kok?" gugup Kia ketika berhadapan dengan Syah.

Syah menangkap lengan Kia, berjalan memasuki kelas tanpa rasa gugup sedikit pun.

Ketika guru yang sedang mengajar melihat kehadiran Syah, dia mengerti tentang Syah adalah seorang murid pindahan.

Hanya saja, dia terkejut setelah melihat Syah yang sedang menggenggam murid perempuannya itu. Ketika dia ingin menegur Syah, terlihat sosok kepala sekolah yang ada jauh dibelakang Syah.

Tepatnya di luar kelas sedang memberikan peringatan kepada guru itu untuk tidak menegurnya, karena bagaimanapun mereka tidak boleh menyinggung Syah.

Syah tersenyum puas, "Perkenalkan, namaku Syah! Mulai hari ini, aku akan berada di kelas ini! Jadi, jangan mengganggu kenyamananku!"

Bukannya memohon bantuan teman sekelasnya, Syah malah mengancam teman sekelasnya itu dengan nada datar dan penampilannya yang sangat dingin itu.

Murid perempuan menatap ramah kepada Syah, mereka ingin sekali memiliki seorang pasangan yang keren, dengan aura dinginnya itu menambah kesan kewibawaan yang sama sekali tidak ada kata penolakan.

Berbeda dengan murid laki-laki, semuanya kesal dengan tingkah laku seorang murid baru yang langsung menggandeng lengan dari siswa tercantik di sekolahnya itu bahkan di depan guru sekalipun.

Melihat sebuah bangku yang ada di sebelah bangku milik Kia diduduki oleh seorang gadis lainnya. Syah langsung menatap datar ke arah gadis itu.

"Bisakah kau memberikanku kesempatan untuk duduk disini?" tanya Syah dengan nada dinginnya.

Bukan merasa diusir, gadis lainnya itu merasa bahagia karena melihat sosok laki-laki yang sangat keren di depannya memohon kepada dirinya.

Gadis itu langsung berdiri, pindah ke tempat duduk lainnya yang ada jauh di belakang sana.

Kia merasa tidak senang dengan kelakuan dari Syah, dia langsung mencubit pinggang Syah. Meskipun tidak terasa sakit, Syah tetap merasa bersalah.

Dia memohon maaf kepada Kia, "Maafkan aku! Aku tidak akan melakukannya lagi!"

"Jika, aku ingat" lanjutnya yang membuat Kia semakin kesal.

Meskipun begitu, Kia merasa sedikit senang. Ada sebuah perasaan yang campur aduk di dalam dirinya. Entah apa itu, Kia belum mengetahuinya.

Kelas pun dilanjutkan, banyak sekali soal dan pertanyaan yang dijawab dengan mudah oleh Syah. Itu membuat kesannya dihadapan para gadis menjadi sangat baik.

Syah sengaja melakukan itu bukan untuk mencari perhatian lebih, hanya Kia satu-satunya alasan dia untuk memamerkan kebolehannya.

Setelah pembelajaran selesai, Syah menunggu Kia yang sedang bersiap-siap untuk pulang di sebelahnya, tentu saja karena tempat duduk mereka bersebelahan.

Syah melihat datar ke arah Kia, meskipun dia tidak memiliki perasaan, dia tetap harus melanjutkan apa yang sudah menjadi rencananya itu.

Nayla dan Kinan tadinya ingin mengajak Kia pulang bersama mereka, hanya saja ketika melihat Syah, mereka mengurungkan niatnya itu.

Meninggalkan Kia seorang diri dengan pesan WhatsApp yang mengatasnamakan bahwa Kia semoga beruntung dengan Syah.

Kia tentu semakin memiliki perasaan yang campur aduk, dia masih belum mengerti apa tujuan dari Syah.

Kia adalah seorang dari pebisnis terkaya di kota B. Hanya saja, Kia belum mengetahui kebenarannya, yang Kia tahu hanyalah bahwa kakaknya itu Alam memiliki penghasilan yang sangat besar.

Syah mengulurkan lengannya kepada Kia, Kia gugup untuk menerima uluran tangan itu sehingga membuat Syah langsung menangkap lengan Kia dan mulai menggenggamnya.

Syah dengan tenang bergandengan tangan dengan Kia, melewati koridor sekolah. Meskipun banyak guru yang melihatnya, mereka tidak berani untuk mendisiplinkan muridnya itu.

Kecuali satu orang, saat dia melihat sosok Kia yang sedang bergandengan tangan dia kesal dan menghampiri muridnya itu dengan cepat.

"Kia! Siapa dia? Dan Kau! Lepaskan tangan muridku! Kia, sebaiknya kamu fokus saja dengan perlombaan matematika mu nanti!" seru Yaya dengan penuh amarah.

"Ehm .. Kak Yaya, ini sebenarnya—" baru saja Kia akan menjelaskan, Syah sudah memotong pembicaraan Kia.

"Maaf! Sebenarnya saya akan belajar matematika bersama Kia, bisakah—" belum selesai Syah menjelaskan, pembicaraannya pun dipotong kembali oleh Yaya.

"Heh? Kau mau belajar? Tidak perlu Kia ajari, masih banyak orang yang bisa mengajarimu, Kia harus belajar untuk perlombaan nanti, karena itu adalah keinginannya! Jangan kamu menghalangi keinginan Kia!" seru Yaya tegas.

"Hm.. Bisakah kau memberikanku pertanyaan matematika yang sangat sulit?" tanya Syah kepada Yaya.

Yaya bingung dengan ucapan murid yang baru saja dia lihat disekolah itu. Itulah mengapa Yaya meremehkannya.

🏵️🌼💮🏵️🌼💮🏵️🌼💮🏵️🌼💮🏵️🌼💮🏵️

Mobil berangkat dari parkiran, Alam dengan senang hati duduk disamping Hani, dosen cantiknya itu.

Karena Alam yang terus saja melihatnya, Hani merasa risih dengan tatapan cabul dari Alam.

"Sebenarnya apa yang kamu lihat dasar Bocah?" ketus Hani keras seolah dia tidak menyukai tatapan dari Alam.

"Hm ... Selain bibirmu yang ingin kucium, wajahmu dan tubuhmu yang seperti gitar spanyol itulah yang ku perhatikan" jawab tenang dari Alam.

Bukannya senang dengan kejujuran Alam, Hani jadi semakin kesal dengan kehadiran Alam. Rasa malu karena diperhatikan dengan tatapan cabul membuat hati Hani tidaklah tenang.

Hani menghentikan mobilnya pada saat di sebuah jalanan yang sepi.

"Kau benar-benar menyebalkan!" teriak Hani sekencang-kencangnya.

"Heh? Ibu Dosen kenapa berhenti di jalanan yang sepi? Apa mungkin Bu Dosen akan memberikanku ciuman disini?" tanya Alam reflek dan langsung mendekatkan wajahnya dengan Hani.

Plaakk

Satu tamparan mendarat di pipi Alam, jejak tangan Hani berbekas di pipi Alam hingga berwarna merah.

Tentu Alam merasa kesakitan, tapi dia sadar akan kelakuannya itu. Memang benar dia yang salah karena akan melakukan sebuah pelecehan seksual.

Meski begitu, Alam puas dengan dirinya. Alam memberikan senyumannya itu kepada Hani dan berkata, "Akhirnya kamu menyentuhku!"

Mendengar kata-kata Alam, Hani semakin jengkel dan jijik dibuatnya. Hani membuka botol minumannya dan melemparnya kepada Alam hingga Alam basah dengan minuman yang manis itu.

Tubuh Alam pun menjadi lengket, karena kesal Alam mendekati Hani kembali, tangan Hani yang sudah akan menampar Alam itu berhenti karena Alam telah menangkapnya.

Alam mendorong Hani jatuh tersender di pintu mobilnya. Di pegangnya lah kedua tangan milik Hani.

Wajah Alam sudah mendekati wajah cantik milik Hani, rona merah di pipi Hani menyebar. Tentu saja, Alam tidak kuat untuk menahan godaan yang ada di depannya.

Hanya beberapa sentimeter lagi, kedua mulut itu akan bersentuhan. Hani sangat malu, ketakutan namun pergerakannya saat ini telah dicegah oleh kaki dan tangan Alam.

Tap Tap Tap

Ketika mulut itu akan bersentuhan, tiba-tiba.

Tok Tok Tok

Seseorang mengetuk kaca mobil Hani.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!