Sesuatu

Seminggu telah berlalu. Kini, detik-detik malam yang dinantikan pun telah tiba. Safira sedang melakukan perawatan diri di rumah tersebut. Sebelumnya, mereka telah menyepakati bahwa mereka akan tidur terpisah sampai malam itu tiba. Dan ketika bertemu di meja makan maupun saat berpas-pasan, mereka hanya saling tersenyum tanpa berbicara. Kata Rayden, hal itu dapat membuat malam nanti menjadi lebih berarti.

Jantung Safira semakin berdebar kencang. Ia masih memikirkan malam ini. Bagaimana rasanya, malunya, sakitnya, ia masih tidak bisa membayangkannya.

"Nona, jangan menutup muka dengan tangan terus, nanti maskernya berantakan," ucap seorang pelayan yang sedang memoles wajah Safira dengan masker.

Safira langsung melepas tangannya dan si pelayan kembali memoles masker lagi.

Dari pagi, ia sudah melakukan perawatan tubuh maupun wajah. Rasanya sangat lama, tetapi itu adalah perjuangan agar tampil cantik.

Setelah perawatan tubuh selesai, tubuh Safira terasa sangat segar dan bugar. Ia pun pergi ke salah satu kamar gantinya. Memilih pakaian yang tepat.

Pilihannya jatuh kepada sebuah pakaian terusan berwarna merah dan hijab berawarna hitam agar tidak terlalu mencolok.

Ia pun mencobanya, ternyata sangat cantik.

Ia masih ingat saat sang kepala pelayan memberikan saran agar ia memakai pakaian seksi saja. Tetapi, Safira memilih menjadi dirinya saja. Meskipun di depan suami, ia masih merasa malu jika berpakaian minim dan membuka auratnya.

Malam pun tiba.

Tepat jam ini, menit ini, dan detik ini, Safira dan Rayden sedang makan malam di dalam kamar sebelah dengan nuansa yang romantis.

Tampak Rayden sangat tampan memakai tuksedo berwarna abu-abu. Rambutnya cepak, wajahnya klimis. Ia sepertinya juga melakukan perawatan diri sebelum malam ini terjadi.

"Kau cantik sekali malam ini," puji Rayden.

Safira tersipu malu. Untuk pertama kalinya, Rayden memujinya dalam keadaan sadar.

"Kau juga sangat tampan, Mas," balas Safira.

"Apa saja persiapan mu selama ini?" tanya Rayden.

"Hanya perawatan dan edukasi sedikit saja."

"Bagaimana perasaanmu sekarang?"

"Aku gugup." Safira menunduk malu.

Rayden hanya tersenyum mendengar jawaban Safira.

"Oh ya, jika yang pertama ini gagal, apa kita akan mencobanya terus?" Pertanyaan Rayden mampu membuat pipi Safira merona. Ia benar-benar malu ditanya seperti itu oleh Rayden yang sudah jelas suaminya sendiri.

"Sampai tujuan kita tercapai, Mas." Akhirnya Safira mengesampingkan rasa malunya.

Rayden hanya tersenyum. Ia pun sebenarnya sama gugupnya dengan Safira. Terlebih lagi, mereka tidak ada perasaan sama sekali. Dengan Hana yang sudah jelas ia cintai pun, ia hanya pernah mencium kening dan pipinya saja.

Selesai makan malam dan mengobrol seputaran kuliah dan pekerjaan, Rayden mengajak Safira ke kamar mereka.

Di dalam kamar, suasana romantis sudah tercipta dengan suasana penerangan yang agak redup, ranjang yang dipenuhi kelopak bunga, dan musik lembut yang seakan menambah keromantisan di kamar itu.

"Apa kau pernah berdansa?" tanya Rayden yang tiba-tiba mendekati Safira sambil meraih tangan kanan Safira ke pundaknya.

"Aku tidak mengerti." Safira menggeleng.

"Seharusnya kau mempelajari ini sebelumnya," bisik Rayden sambil menarik pinggang Safira agar lebih dekat dengannya.

Safira semakin gugup karena kini wajah mereka semakin dekat. Bahkan kini ia dapat mencium aroma napas Rayden yang segar seperti mint.

Mereka pun mulai berdansa dengan irama musik yang lembut.

"Katakan padaku, selama kita tak bertemu, apak kau merindukanku?" bisik Rayden.

Safira merinding mendengar pertanyaan Rayden.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Aku hanya ingin membuat suasana semakin romantis. Meski tidak ada cinta diantara kita, tapi malam ini kita akan melakukannya."

Tiba-tiba Safira teringat akan kata salah satu pelayan rumah itu. Kata-kata cinta, benar sekali. Ia belum mengatakan apapun.

"Tentu saja aku merindukan mu. Suamiku yang memilik hak atas segalanya dari ku."

"Hak apa?"

"Diriku, jiwa ragaku, tubuhku adalah milikmu."

"Kau belajar dari siapa? Kalimatmu membuat aku sedikit merasa panas." Rayden menarik lebih erat tubuh Safira hingga kini keduanya menempel dalam satu pelukan.

Safira dapat merasakan sesuatu bergerak dibawah perut Rayden.

'Apa itu yang bergerak?' batinnya tak ingin berpikiran kotor.

"Jika tubuhmu milikku, maka malam ini aku akan menguasainya. Aku akan mendekap, memeluk, mencium, dan menuntaskan hasrat bersama mu."

Kalimat Rayden kembali membuat darah Safira berdesir. Jantungnya semakin berdebar kencang.

"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, Mas. Semua yang ada padaku adalah milikmu."

Dengan perlahan, Rayden merenggangkan pelukannya dengan Safira. Ia menatap Safira dengan lekat, lalu mendekatkan wajahnya dengan perlahan.

Bibir mereka pun menyatu dalam sebuah ciuman. Sungguh ini yang pertama bagi keduanya. Tapi Rayden yang memang sudah pernah menonton video edukasi **** tidak terlalu kaku dalam melakukannya.

Ia melepaskan ciuman dan kembali menatap wajah Safira yang kini semerah tomat.

"Kalau kau belum siap, kita bisa lakukan lain kali." Rayden seakan mengerti bagaimana perasaan Safira saat ini.

"Tidak, kita sudah mempersiapkan semuanya. Aku hanya sedikit gugup karena semua sentuhan ini adalah yang pertama bagiku."

Rayden tersenyum. Ia pun membimbing Safira menuju atas ranjang dan melakukan semuanya.

Setelah itu, Rayden pun membantu Safira pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Melakukan mandi yang wajib dilakukan setelah melakukan hubungan badan.

Keduanya sudah bersih dengan keadaan rambut yang sudah kering setelah dikeringkan.

"Semoga saja setelah ini kau langsung hamil," ucap Rayden.

"Semoga saja, Mas." Safira menimpali.

"Apa kau tidak menyesal melakukan ini denganku. Terlebih jika sampai mempunyai anak denganku?" tanya Rayden.

"Semua istri pasti ingin memiliki anak, termasuk aku. Dan yang ku lakukan denganmu ini adalah kewajiban ku, kenapa aku harus menyesal. Lagipula kita tidak akan berpisah. Kita akan bersama sampai menua."

"Bagaimana kalau sampai tua pun kita tidak bisa saling mencintai?"

"Cinta itu bisa datang kapan saja."

"Tapi aku tidak akan mengkhianati Hana dengan mencintai orang lain."

"Ucapan mu ini seperti mempunyai kesalahan dengan Hana sehingga kau ingin menebusnya dengan hatimu."

Rayden hanya diam saja. Ia masih menatap langit-langit kamarnya.

"Selamat malam, Safira." Rayden memiringkan tubuhnya membelakangi Safira.

Safira hanya memandangi punggung Rayden sembari tersenyum. 'Ternyata kau masih dibayang-bayangi kesalahan mu di masa lalu. Artinya kau tidak mencintainya, kau hanya ingin menebus kesalahanmu. Aku rasa, aku masih punya kesempatan mendapatkan hatimu, Mas.'

"Selamat malam, Suamiku." Safira tersenyum dengan posisi yang masih sama. Ia tidak ingin bersiap seperti sebelumnya yang tidur dengan membelakangi Rayden. Ia ingin melihat Rayden meski hanya punggungnya saja. Karena ia telah jatuh cinta pada Rayden.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

iyyeeessss ... selamat berjuang, Safira ... 💪💪✊️✊️🌹🌹

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

hadeeuuuh ... baru juga una ena ...
Hana lagi ... Hana lagi ...
mending kamu konsul ke psikolog ato psikiater deh Ray ....

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

lhoh ... udah selesai aja ?
cepet banget .... 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!