Selesai makan malam dan membicarakan tanggal pernikahan, maka diputuskan, bahwa Rayden dan Safira akan menikah bulan depan dengan menggelar pesta mewah di gedung Armadja yang tentunya sudah direnovasi mengikuti perkembangan jaman.
Keluarga Rayden pun segera pulang ke rumah mereka. Pertunangan akan dilakukan sebelum akad nikah.
Sepanjang perjalanan, Alea dan Reyza terus saja mengobrol, sedangkan Rayden hanya diam mendengarkan.
"Akhirnya, Safira mau menjadi menantu kita, ya, Pa." Alea tersenyum senang.
"Iya, Sayang, aku juga senang. Safira itu gadis yang sangat baik, dia juga Solehah dan cantik, benar 'kan Rayden?" tanya Reyza sedikit menggoda Rayden.
Rayden hanya mengangguk dan tersenyum.
"Kau mengingatkan Papa pada Om David. Pendiam dan datar, begitulah dirimu."
"Karena itu kami selalu cocok jika bertemu di pesta keluarga yang,,,,,," Rayden menghentikan ucapannya saat Alea memelototi dirinya.
"Kau mau mengatakan tentang pesta membosankan, bukan?"
"Maaf, Ma." Rayden menunduk.
"Karena kau sudah menjadi anak yang baik hari ini, maka Mama memaafkan dirimu." Alea tersenyum pada Rayden yang duduk di bangku paling belakang. Sedangkan orang tuanya di bangku tengah, sedangkan sang sopir sendirian di bangku kemudi.
"Ya, benar. Rayden telah menjadi anak yang baik. Dia sudah berumur dua puluh tujuh tahun, namun belum mau menikah entah karena apa. Sedangkan anak Alezha sudah pandai berlari." Reyza menambahkan.
"Pa, bagaimana kalian bisa bertemu dengan kedua orang tua Safira?" tanya Rayden yang masih penasaran dengan sikap Safira tadi.
"Orang tuanya mendatangi kami, meminta suntikan dana untuk perusahaannya yang sedang krisis. Awalnya kami ragu, tetapi, saat kami tahu siapa anak mereka, kami pun menyetujuinya asal mereka mau menjodohkan anak mereka denganmu."
"Memangnya Safira itu siapa, Ma?" tanya Rayden yang semakin penasaran.
"Dia itu adalah seorang Tahfiz Qur'an, sering menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur'an, bahkan sampai tingkat internasional. Jika kau mendengar lantunan ayat-ayat yang dia baca, maka kau akan langsung merinding mendengarnya. Kau harus bangga mempunyai calon istri seperti dirinya." Alea menjelaskan dengan penuh semangat.
"Masa sampai sebegitunya?"
"Kalau kau tidak percaya, lihat saya di internet. Safira Permana, cari saja nama itu."
Penasaran dengan ucapan sang Mama, Rayden langsung mencari sosok Safira di internet. Dan benar saja, ternyata yang dikatakan Mamanya benar. Di beberapa foto, terlihat Safira sedang membaca Alquran, memegang piala kemenangan, hingga saat berjabat tangan dengan tokoh-tokoh besar.
Ternyata, gadis yang akan ia nikahi bukanlah gadis biasa, namun tetap saja, di hatinya hanya ada Hana, sang kekasih yang meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Menorehkan bekas luka yang tak pernah sembuh, karena sebelum kecelakaan itu terjadi, ia terlibat pertengkaran dengan Hana melalui ponsel. Bukan tanpa alasan, sebenarnya ia hanya ingin memberi kejutan kepada Hana karena hari itu menjadi hari jadi mereka yang pertama.
Setelah pertengkaran, ia bermaksud mendatangi rumah Hana, memberinya cincin, lalu melamarnya. Namun sayang, saat Hana tiba di rumah, ternyata ia dalam keadaan tidak bernyawa akibat kecelakaan di jalan tol.
Sejak saat itu, Rayden berjanji akan selalu mencintai Hana, demi menebus kesalahannya. Ia akan mencintai Hana, dan menutup hatinya untuk siapapun.
Kembali ke Rayden, ia memakai headset, mendengarkan sebuah lantunan ayat suci dari Safira. Luar biasa, ia merinding mendengar kemerduan suara Safira, yang dikatakan mamanya benar. Namun tetap saja, Hana yang nomor satu.
*****
"Terimakasih, Safira, kau menyelamatkan perusahaan kita. Mama dan Papa tidak perlu menggelandang karena perusahaan yang nyaris bangkrut. Kalau bukan keluarga Armadja, lalu siapa lagi yang bisa menolong kita. Untung saja kau itu seorang Tahfiz Qur'an, jadi, Tante Alea menginginkan dirimu menjadi menantunya. Kau akan mendapatkan kehidupan yang sangat mewah. Menjadi bagian dari keluarga Armadja adalah impian semua orang, Safira." Ratih, mama Safira menuturkan. Tampak jelas raut kebahagiaan di wajahnya.
"Benar, Safira, kau sangat beruntung." Ali, papa Safira menambahkan.
Safira hanya diam sembari tersenyum getir. "Mau bagaimana lagi, aku tidak punya pilihan, Ma, Pa."
"Sudahlah, jangan munafik, Safira, Rayden itu tampan, kaya, seorang CEO."
"Iya, aku tahu, Ma, aku tidak akan pernah menang berdebat dengan Mama. Oh ya, jika ingin bersyukur, ayo kita sholat, Ma, Pa, kita ucapkan puji syukur kepada Allah."
"Sudahlah, untuk apa kau memikirkan ibadah terus. Sholat tidak akan membuat dirimu kaya."
"Tidak sholat pun tidak akan membuat kita kaya."
"Kau jadi menggurui sekarang. Pergi ke kamarmu. Besok kau harus berhenti mengajar mengaji, kau harus fokus pada pernikahan mu."
"Apa? Tidak, Ma, kasihan anak-anak itu, mereka tidak mampu membayar biaya mengaji, kalau bukan aku yang mengajari, lalu siapa lagi."
"Kau harus menurut! Anak-anak miskin itu bukan urusan mu. Aneh, mengajar mengaji tanpa bayaran."
"Ma, aku,,,,,"
"Diam! Sekarang pergi ke kamar mu! Kau hanya boleh keluar jika ingin kuliah saja. Satu minggu sebelum pernikahan, kau harus mengambil cuti kuliah, apa kau mengerti?"
Dengan terpaksa akhirnya Safira mengangguk. Dengan langkah gontai pula, ia pun berjalan menuju kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
anaknya hafidz qur'an ... tp ortu nya gak sholat ?
barti Safira anak yg luar biasa, gak terpengaruh lingkungan buruk ortu nya ....
2023-08-22
0
HSL
ternyata ortu safira begitu ya ,ga patut dicontoh
2023-03-31
0
Yuli maelany
Safira seperti nabi Ibrahim yang Sholeh meskipun memiliki orang tua yang menyembah berhala......
2023-02-09
1