"Rayden, antar Safira sampai ke rumah, ya," ujar Alea kepada Rayden.
"Iya, Ma," sahut Rayden dengan santai.
"Davin, kau bawa mobil, 'kan?" tanya Sevina pada putranya.
"Aku naik taksi. Menyetir pada malam hari sangat merepotkan."
"Mama dan Papa ingin pergi ke rumah Oma dan Opa dulu, kau mau ikut?"
"Tidak, aku naik taksi saja."
"Sudah malam, biar sopir kami yang mengantarnya," ujar Alea.
"Untuk apa repot-repot, Davin bisa bersamaku. Rumah mereka searah, tentu ini tidak akan merepotkan siapapun." Rayden tersenyum penuh kemenangan saat melihat Davin mengepalkan tangannya erat. Jelas sekali ia ingin melihat Davin cemburu jika nanti berada satu mobil dengannya.
"Itu ide yang bagus," ucap Alea mengiyakan ucapan Rayden.
Mau tidak mau Davin terpaksa setuju.
Dan kini pun mereka telah berada di dalam satu mobil. Safira dan Rayden di depan, Davin sendirian di belakang. Kini ia merasa menjadi penjaga nyamuk saja.
"Oh ya, Davin, aku masih penasaran dengan tipe wanita yang kau sukai itu. Apa sampai sekarang kau belum menemukan sosoknya?" Pertanyaan Rayden sukses memecah keheningan malam itu.
Davin terkejut, begitu juga dengan Safira. Kini keduanya menjadi gugup.
"Aku tidak suka membicarakan masalah pribadi ku kepada siapapun. Aku kira, dua puluh tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk mengenal bagaimana kriteria ku, adik sepupuku." Davin tersenyum, namun sorot matanya menunjukkan sebuah kekesalan.
"Hahaha, maaf, aku 'kan hanya bertanya saja, kenapa jadi sensitif? Apakah karena ada Safira?"
Safira yang mendengarnya hanya bisa menunduk. Ia tak ingin mencampuri urusan dua saudara itu.
"Ada siapapun, aku tetap tidak suka menceritakan tentang diriku." Berbicara dengan wajah datar.
'Kak Davin memang sangat berbeda ketika berbicara denganku, dan juga dengan keluarganya. Aku sampai terkejut mengetahui sifat asli Kak Davin seperti ini," batin Safira.
"Oh ya, lalu, kenapa kau terlihat tidak suka? Ada yang salah dengan ucapan ku?" Rayden tersenyum miring. Ia berhasil membuat Davin kesal saat ini. Hal yang tak pernah ia lihat sejak dulu, yaitu melihat Davin berekasi.
Lalu sebenarnya, apa yang membuat Rayden mengibarkan bendera persaingan mesti tak pernah digubris Davin yang sudah puas akan pujian.
Kisah ini bermula saat Davin telah lulus kuliah sampai S2 di luar negeri dalam waktu yang cepat. Ia pun mengambil pendidikan S3nya dan menjadi kebanggaan keluarga.
Setiap ada pertemuan keluarga, pasti hanya Davin yang menjadi bahan pujian oleh keluarga konglomerat itu. Davin sangat berprestasi, Davin kebanggaan keluarga kita, Davin adalah anak yang sempurna. Hanya itu yang selalu Rayden dengar.
Kecemburuannya pun bertambah saat Davin dengan sengaja menjadikannya bahan yang di cap sebagai produk gagal.
"Aku sebaik itu, Rayden lah yang pantas di puji. Dialah kebanggaan keluarga kita."
Begitulah ucapan Davin yang langsung menuai protes dari semua keluarga. Tak terkecuali orang tuanya sendiri. Karenanya, setiap ada pertemuan keluarga, ia sangat malas datang kecuali ada yang ulang tahun. Itupun hanya sebentar saja, karena ia tak ingin berlama-lama dengan segala pujian yang akan didapatkan Davin.
Memang umur mereka berbeda sekitar empat tahun, tetapi, Rayden ingin ia diakui dan tidak terus menjadi bayang-bayang Davin di mata keluarganya.
Safira melihat jelas wajah kesal Davin di belakang melalui kaca spion.
'Gawat, jika tidak dihentikan, Mas Rayden pasti akan membuat Kak Davin marah,' batin Safira.
"Dengar, ya, aku,,,,,"
"Emmm Mas, aku sedikit haus, bisakah kita menepi di minimarket?" tanya Safira yang berusaha melerai mereka.
"Baik, Safira, kita akan menepi di depan," ujar Rayden.
Tepat saat mereka menemukan minimarket, Safira langsung turun dan membeli beberapa botol minuman.
Sementara itu, Rayden yang merasa bosan memilih merokok di luar mobil. Hal itu membuat Davin marah besar.
"Apa yang kau lakukan?" Davin keluar mobil, menarik sebatang rokok yang tengah Rayden hisap, lalu membuangnya.
"Apa? Aku hanya merokok."
"Sejak kapan kau merokok?" Davin menatap serius.
"Setahuku, itu bukan urusan mu." Rayden tersenyum.
"Safira itu benci pria perokok. Harusnya kau tidak melakukan ini!" Davin merampas sebungkus rokok yang dipegang Rayden lalu membuangnya ke sembarang arah.
Rayden tersenyum senang. Ternyata dugaannya benar, Davin akan marah ketika melihat hal yang dibenci Safira ada padanya.
"Bukankah bagus? Kalau Safira membenciku, maka kau akan punya kesempatan untuk bersamanya."
"Tutup mulutmu itu. Bukan hal seperti ini yang aku ingin. Mamamu pasti akan sangat kecewa jika kalian tidak menikah."
"Kalau begitu, berhentilah mencampuri urusanku."
"Jangan melakukan hal yang Safira benci atau kau akan tahu akibatnya." Davin masuk ke dalam mobil, meninggalkan Rayden yang tersenyum puas.
'Ini menarik. Sekali tepuk, dua nyamuk yang tertangkap," batin Rayden.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
biarin aja Dav ... biar Rayden rasain sendiri akibatnya ...
*emang apa yak ? 🤭
2023-08-22
0
Yuli maelany
entar malah kamu yang cemburu sendiri lho den.....
2023-02-09
0
Elizabeth Zulfa
g nyangka loh klo rayden seorang pendendam bahkn ma kluarganya sndiripun sprti itu ... sungguh g asyik
2022-12-06
0