Bekal

"Dengar, ya. Kalian tinggal di rumahku. Ini rumahku, peraturanku, dan kalian harus menurutinya. Apa kalian mengerti?" Rayden menatap ketiga bocah kembar yang sedang berdiri di hadapannya.

Mereka adalah kembar tiga bersaudara. Yang pertama laki-laki bernama Kaizo, yang kedua juga laki-laki bernama Kiano, dan yang terakhir adalah perempuan bernama Keizha.

Ketiga bocah itu hanya menatap Rayden dengan ekspresi berbeda. Kaizo dan Kiano saling melihat, sedangkan Keizha hanya bertepuk tangan ingin melompat. Bukan tanpa alasan, ia kegirangan karena Safira mendatanginya dengan tiga botol susu.

"Mas, mereka masih batita, umurnya saja masih dua tahun. Mereka hanya tahu tertawa jika senang, dan menangis jika sakit atau merasa tidak senang." Safira mencoba menjelaskan pada Rayden.

Ia memberi ketiga batita itu susu, lalu menarik mereka duduk bersamanya di atas karpet yang telah tersedia berbagai macam mainan aman di atasnya.

Anehnya, jika kepada Rayden mereka sangat anti, lain halnya dengan Safira.

Rayden masih ingat saat tadi kakaknya mengantar si kembar ke rumah mereka. Si kembar langsung akrab dengan Safira yang terlihat sangat lembut dan sabar mengurus mereka sejak satu jam yang lalu.

"Tapi tetap saja, mereka tidak menyukai ku sejak lahir."

Safira menahan tawanya. "Mungkin karena Mas jarang bertemu dengan mereka. Atau semasa hamil, Mas sering membuat Kak Alezha kesal."

"Aku tidak pernah membuatnya kesal. Aku hanya sering memukuli Kaysan saja."

"Nah, mungkin itu juga penyebabnya."

"Oh, jadi kalian disuruh ayah kalian si Kaysan itu? Pintar sekali kalian, ya." Rayden menatap si kembar sambil melotot. Membuat Keizha langsung menangis.

Dengan sigap, Safira langsung menggendongnya dan menenangkannya. Ia menatap Rayden seraya berkata, "Dan ini alasan kedua, Mas. Mas terlalu galak pada mereka. Seharusnya kita lebih bersabar menghadapi anak kecil, karena mereka belum tahu apa-apa."

"Kau jadi pandai ceramah sekarang, ya. Sudahlah, aku mau pergi kerja dulu." Rayden hendak melangkah menuju pintu. Namun Safira memanggil seraya menghampirinya.

"Ada apa? Ceramahnya masih kurang?"

"Berikan tanganmu, Mas." Safira menadahkan tangan kanannya ke hadapan Rayden.

"Untuk apa?"

"Berikan saja."

Meski heran, Rayden pun memberikan tangan kanannya pada Safira. Safira pun langsung mencium punggung tangannya. "Hati-hati, ya, Mas."

Rayden terdiam sejenak, lalu mencoba tersadar kembali.

"Di sini tidak ada mama dan papa. Untuk apa bersandiwara lagi?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mencari pahala dengan berbakti pada suami." Safira tersenyum.

"Baiklah, tapi usahakan jangan terbawa perasaan. Kau bisa melukai hatimu sendiri." Rayden mengingatkan.

Safira hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Aku pergi dulu." Rayden kembali melangkah. Namun Safira kembali memanggilnya.

"Ada apa lagi?" tanya Rayden yang mulai jenuh.

"Tadi Kak Alezha berpesan untuk membawakan mu bekal. Apa kau mau? Aku sudah menyiapkannya, tetapi aku takut kau akan menolaknya," ucap Safira dengan ragu.

"Ya sudah, biar aku bawa. Sudah terlanjur dibuat, sayang jika tidak dimakan. Nanti mubazir."

Safira tersenyum. Ia pun mengambil bekal Rayden yang sudah terletak di atas meja makan.

"Ini, Mas, dimakan, ya." Safira memberikan bekal berwarna cokelat kepada Rayden.

"Terima kasih. Tapi lain kali, jangan mendengarkan ucapannya. Dia begitu karena dulu pola makan Kaysan tidak teratur. Setelah menikah dengannya, barulah Kaysan makan dengan teratur."

"Iya, aku mengerti, Mas."

"Sudah? Tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan?" Rayden ingin memastikan bahwa langkah selanjutnya tidak akan terhenti oleh panggilan Safira lagi.

"Tidak, Mas."

Rayden pun segera pergi dengan tas bekal di tangannya.

Sesampainya di kantor, pandangan mata para pegawai tertuju pada tas bekal yang masih dipegang Rayden.

"Tuan Rayden membawa bekal? Apa sudah jatuh miskin?"

"Hus! Tidak mungkin! Pasti karena disuruh istrinya agar beliau makan makanan yang sehat dan tidak makan junk food terus."

"Perhatian sekali istrinya, aku jadi ingin punya istri lagi." Seorang pegawai laki-laki berceletuk.

Ucapannya pun langsung membuat para pegawai wanita yang mendengarnya langsung menyorakinya dengan jempol yang diarahkan ke bawah.

Sesampainya di ruangannya, Rayden langsung bekerja. Sementara tas bekal ia taruh di atas meja lain.

"Kalau saja masakan mu tidak enak, pasti aku langsung menolak saat kau membawakan bekal ini." Melirik bekal, lalu kembali bekerja.

Hingga saat siang tiba, Arjuna, Erlangga, adik Rayden dan Alezha pun datang menghampirinya. Erlangga berada di perusahaan tersebut karena sedang magang.

"Kak, ayo makan siang bersamaku," ajak Erlangga.

"Tidak, aku sudah membawa bekal." Rayden menggeleng dan kembali fokus pada berkasnya.

"Apa? Kau bawa bekal? Jadi kau sudah sadar tentang hemat agar harta mu tidak cepat habis?" Erlangga tersenyum senang.

"Mau sampai kapan kau berpikir bahwa keluarga kita hidup pas-pasan? Makan siang di luar setiap hari, tidak akan membuat kita miskin." Rayden menggelengkan kepalanya.

"Kak, harta itu hanyalah titipan Allah. Jika hari ini Allah memberi kita harta, maka esok pun DIA bisa mengambil kembali harta kita tanpa sisa." Erlangga menjelaskan.

"Kau itu sama saja seperti Safira. Selalu banyak ceramah." Rayden meletakkan bolpoinnya lalu beralih ke sofa yang ada bekal di mejanya. Ia mengambil air minum, lalu meminumnya.

"Benar, Kak. Aku jadi tidak sabar untuk tinggal di sana."

Rayden terbatuk-batuk saat mendengar kalimat Erlangga. "Apa katamu? Tinggal?"

"Apa mama dan papa tidak memberitahu Kakak tadi pagi?"

Rayden langsung mengecek ponselnya. Dan benar saja, ada pesan online dari Alea.

"Kemarin Mama lupa bilang. Erlangga juga akan tinggal dengan kalian selama kami ke luar negeri. Jagalah adikmu. Dia akan sangat membantu kalian melakukan simulasi menjadi orang tua.

Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Alea.

Raiden memijit pelipisnya. Ia terlihat sangat pusing saat ini. Si kembar saja sudah sangat merepotkan apalagi adiknya yang satu ini? Yang selalu beranggapan bahwa esok harta mereka akan habis.

"Aku akan ke rumah kakak nanti sore. Aku juga tidak sabar mencicipi masakan Kak Safira yang kata mama sangat enak itu. Wah, dia pintar memasak seperti Kaka Alezha," puji Erlangga.

"Sudah, sudah, jangan banyak bicara. Ayo makan." Rayden membuka kotak bekal, lalu mengambil piring dan sendok yang ada di dalam sebuah ruang lain di ruangannya. Ia dan Erlangga pun makan siang bersama.

Erlangga berkali-kali memuji masakan Safira sampai telinga Rayden serasa gatal.

Sementara itu, Safira tengah bermain dengan si kembar. Meski katanya mereka lincah dan aktif, nyatanya, tangan Safira mampu membuat mereka merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak sulit bagi Safira untuk menidurkan mereka bersamaan.

Setelah menaruh mereka di box masing-masing, Safira memperhatikan wajah mereka satu persatu.

"Kalian itu sangat menggemaskan. Kapan ya aku bisa punya anak seimut kalian." Tersenyum lembut, lalu pergi ke luar.

Safira menuju ruang makan karena ia merasa sangat lapar. Dan karena keasyikan menjaga si kembar, ia jadi tak sempat memasak. Mau tidak mau, ia pun memakan masakan pelayan yang sebenarnya tidak ingin direpotkan karenanya. Rasa tidak enak terus muncul karena ia dilayani seperti ratu kerajaan saja. Bahkan saat makan pun, sang kepala pelayan berdiri di dekatnya guna memastikan ia makan dengan tenang tanpa kekurangan apapun.

****

Epilog.

"Kak, kau kan tidak suka makan sayur. Berikan saja sayur ini padaku." Erlangga berusaha mengambil sayur yang tersisa di dalam kotak bekal.

"Tidak, ini untuk bekalku. Aku yang harus memakannya." Rayden mempertahankan kotak bekal yang akan direbut Erlangga.

"Kau jangan serakah, Kak. Kau bisa makan ini setiap hari di rumah." Masi mencoba merampas sayur dari Rayden.

"Tuan, kita akan melaksanakan meeting pukul,,,,,," Ucapan sekretaris terhenti karena melihat Rayden dan Erlangga sedang memperbutkan kotak bekal berisi sayur.

Dengan terpaksa, Rayden melepaskan kotak bekal tersebut, dan mengikhlaskannya untuk Erlangga yang langsung melahapnya sampai habis.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

komporin teros, Er ... 😅😅😅

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ghedegh banget sama Rayden ... 😏
emang dasar nya ya, selalu melihat sesuatu tuh negatif terus ... 🤔

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ealaaa ... si kembar baru 2 thn toh ... trus Rayden udah ngomong segala aturan .. bla.. bla ...
situ sehat, Ray ????? 🤪🤪🤪

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!