Kehidupan setelah menikah

Pagi menjelang. Kumandang suara Adzan di ponsel Safira terdengar. Dengan segera, Safira pun bangun dari tidurnya, mengambil wudhu, lalu melaksanakan sholat subuh. Untungnya ruangan itu dilengkapi sajadah, petunjuk arah kiblat, dan juga yang terpenting adalah mukena.

Selesai melaksanakan sholat, Safira membaca Alquran mini yang selalu ia bawa kemanapun. Melantunkan ayat-ayat suci yang begitu merdu hingga membangunkan Rayden.

"Suara siapa itu?" gumam Rayden sembari mengucek matanya yang masih berat untuk terbuka lebar.

Setelah memastikan suara yang ia dengar, ia pun duduk di atas ranjang, menikmati lantunan ayat suci dari Safira yang memang sangat merdu dan indah. Tak heran jika Safira sering memenangkan Tilawatil Qur'an. Kemampuannya tak diragukan lagi.

Lama Rayden menikmati suara Safira, ia pun segera tersadar akan hal yang tak boleh ia lakukan. "Kenapa aku malah mengaguminya?" guma Rayden. "Ah, tapi itu ayat-ayat suci. Ingat Rayden, kau hanya kagum dengan lantunan ayat-ayat suci, bukan pada orangnya."

Setelah memantapkan hatinya, Rayden pun pergi ke dalam balkon hotel untuk menikmati pemandangan pagi yang sangat indah. Begitu indahnya sampai ia lupa waktu terus berlalu.

"Mas," sapa Safira yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Rayden.

Rayden terkejut dengan keberadaan Safira yang tiba-tiba itu.

"Mas, kenapa di sini? Tidak mandi?" tanya Safira lagi saat melihat pakaian Rayden yang masih memakai pakaian biasa.

"Oh, iya, aku akan mandi." Rayden pun pergi ke dalam. Mencari kamar mandi, lalu menyegarkan dirinya.

Selesai mandi, Rayden melihat Safira yang sedang menggantikan posisinya tadi di balkon kamar. Ia menikmati pemandangan indah hari ini.

"Safira, ayo sarapan," ajak Rayden yang langsung mendapatkan anggukan dari Safira.

Mereka pun pergi ke restoran hotel. Sepanjang makan, Rayden hanya fokus pada makanannya. Ia tak memperdulikan Safira yang hanya diam saja melihat menu makanan mereka pagi ini.

Lama ia menikmati, barulah ia sadar bahwa makanan Safira masih utuh.

"Kenapa tidak dimakan?" Rayden menatap heran.

"Maaf, Mas, aku tidak terbiasa memakan makanan ini."

"Oh, kenapa tidak bilang? Hana paling suka sarapan omelette. Dia bisa menghabiskannya dalam beberapa menit. Dia sangat lucu saat memakan makanan kesukaannya," ucap Rayden di sela senyumannya. Sepertinya ia teringat masa lalunya bersama Hana.

Lagi-lagi hati Safira bagai terisi. "Maaf, Mas, aku bukan Mbak Hana," ucap Safira pelan.

"Ya, setidaknya, kau bisa belajar menyukai apa yang dia suka. Setidaknya kehadiran mu bisa membuat aku terus mengingatnya."

"Maaf, Mas, aku adalah Safira, dan selamanya akan menjadi Safira, bukan Hana." Safira mempertegas kalimatnya.

"Sudah aku bilang dari awal, menikah denganku hanya akan membuatmu sakit. Seharusnya kau sudah memahami dan mengendalikan perasaan mu ketika aku mengatakan ini." Rayden menatap serius.

Safira menutupi kesedihannya dengan sebuah senyuman tipis. Rayden benar, berkali-kali ia selalu mengingatkan Safira, tetapi Safira tetap ingin menikah dengannya. Sayang, Davin datang terlambat. Membuat kedua insan yang baru mengenal itu terpaksa menerima perjodohan ini.

"Aku mengerti, Mas. Lalu, apa kau ingin aku menjadi Hana? Apa itu akan membuat mu merasa lebih baik?"

"Sampai kapanpun, tidak ada yang bisa menjadi seperti Hana. Dia itu sangat istimewa dan berharga."

"Aku mengerti, Mas, kalau begitu, bisakah kita pulang setelah ini? Aku ingin menyelesaikan tugas kuliahku." Safira berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tapi kau belum sarapan."

"Tidak masalah, aku bisa makan di rumah nanti. Oh ya, bolehkah aku memasak?" tanya Safira dengan ragu.

"Boleh saja, itu terserah padamu."

"Terima kasih, Mas."

Rayden hanya membalas dengan senyuman kecil.

Selesai makan, mereka pun bersiap untuk pulang. Dengan diantar sopir dan iring-iringan pengawal, mobil melaju ke rumah Rayden.

Sesampainya di rumah itu, Safira dibuat kagum dengan kemegahan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rumah itu bahkan seperti istana. Fasilitas sangat lengkap dan berkelas. Jelas sekali, ia menikahi anak Sultan, tentu dirinya juga akan menikmati hidup mewah mulai sekarang.

Mata Safira terbelalak saat melihat kamar yang begitu luas dan dilengkapi furniture. Ranjang ukuran king size, sofa, beberapa ruang diantaranya ada ruang ganti yang berisikan berbagai lemari dengan jenis-jenis pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris berkelas, meja rias super lengkap dengan make upnya, toilet, ruang kerja, ruang santai, bahkan sampai bioskop mini juga ada. Benar-benar hidup seperti ratu saja, semua serba dilengkapi.

"Di sana kamar mandimu." Menunjuk ruang sebelah kanan. "Dan di sini kamar mandiku." Menunjuk sebelum kanan.

"Jangan pernah memasuki ruang pribadi ku tanpa izin, apa kau mengerti?" Rayden menatap serius.

"Aku mengerti. Kalau begitu, izinkan aku memasak dulu, Mas."

"Ya sudah, aku ingin ke ruang kerja dulu. Perlengkapan kuliahmu sedang diambil beberapa pengawal rumah ini. Kau tidak perlu pulang ke rumah mu untuk mengambilnya."

Safira mengangguk, lalu pergi dengan wajah lega. 'Aku juga tidak ingin ke rumah yang seperti penjara itu,' batinnya.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

yg kuat Safira ya ... tetap tunjukkan dgn sikap tegas bahwa kamu Safira dan bukan Hana.
buat Rayden mata dan hati nya terbuka ...
tapi biarin dia tersiksa dulu krn sudah songong ...
*kesel banget sama Rayden ..

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

aslik pengen getok kepala Rayden pake ujung lancip heels .... biar aja kepalanya bolong ...

2023-08-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

muna kamu, Ray ....
emang apa salahnya jujur sama diri sendiri kalo kamu mengagumi Safira ? 🤪

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!