Semua mata tertuju pada amplop ditangani polisi yang sejak awal sudah menangani kasus Jumini.
"Baiklah hari drama akan berakhir," ujar polisi itu memandang amplop di tangannya.
Jumini berdebar. Sepasang matanya tak berkedip menatap amplop di tangan di polisi. "Hanya hari ini Pak Dahlan tidak turut menyaksikan, karena beliau kemarin berangkat ke Korea untuk mengecek langsung klinik tempat Saudari Jumini operasi," lalu menatap Jumini.
Jumini terkejut."Oh Abang Dahlan ke Korea. Semoga saja kebenaranku operasi ia temukan di sana," Ada binar penuh pengharapan pada sinar matanya.
"Seorang polisi mendampingi beliau untuk bertemu dengan dokter yang menangani operasi Anda, jika itu benar Saudari Jumi,"
Jumini merasa polisi masih menatapnya dengan penuh curiga.
"Huh benar benar mereka mencurigai aku pembohong, sekaligus penculik Jumi alias menculik diriku sendiri!" Jumini mendengus, tapi hanya di dalam hati saja.
Suasana lengang. Tanpa sengaja Jumini dan polisi yang memeriksanya saling tatap. Jumini bergidik menerima tatap polisi di depannya. Ia langsung menunduk.
"Kenapa, ya, polisi ini kayak nggak percaya padaku," batin Jumini dengan dada berdebar dan hati cemas.
"Tapi pihak polisi akan mengirimkan hasil tes DNA ini pada Pak Dahlan," ujar polisi sambil menunjuk amplop warna putih yang disegel. Ampop itu berlogo rumah sakit ."Sebelum saya baca hasilnya pada Bapak dan Ibu serta Saudari Jumi," ujar polisi itu."Kami akan mengirimkan video hasil tes ini pada Pak Dahlan yang akan disaksikan kita semua,"
Lalu dibantu polisi satunya yang mulai menghidupkan video di ponselnya. Lalu rekaman video dimulai.
Semua mata tertuju pada pemandangan perekaman polisi membuka amplop dan mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop. Lalu polisi itu tanpa melihat atau membaca ketikan pada kertas yang sudah di tangannya mengarakan isi laporan di kertas itu ke rekaman ponselnya.
Berdebar dada Jumini menyaksikan adegan perekaman hasil tes DNA dirinya, begitu juga dengan Zainal dan Narsia sangat gelisah.
Polisi sangat hati hati dalam pengiriman rekaman penentu nasib Jumini itu. Dari mulai rekaman amplop di tangannya, baik secara longshot mau pun zoom. Lalu pada saat penarikan kertas dari dalam amplop, posisi camera medium close. Dilanjut dengan close up pada kertas hasil tes.
Saat posisi close up polisi menahan kertas beberaoa saat.
Saat pengiriman berakhir polisi langsung melipat kertas hasil tes tanpa membacanya.
"Terkirim sudah hasil tes ini pada Pak Dahlan. Jadi beliau orang pertama yang melihat hasil tes ini," ujar polisi menatap pada Jumini dan kedua orang tuanya bergantian.
Jumini menarik napas berat.
Takut
Tegang
Cemas .
Begitu pun dengan suami istri Zainal. Mereka yak bisa tenang. Walau tanpa suara
Tak ada yang bersuara, sehingga semenit kemudian polisi menatap Jumini serta Zainal dan Narsia secara bergantian.
Sungguh saat yang menegangkan bagi Jumini dan Zainal serta Narsia. Terutama Jumini yang sangat khawatir nasib jelek akan berpihak pada dirinya.
Suasana di dalam ruangan kantor polisi itu sangat hening. Polisi yang bertugas membaca hasil tes DNA mengambil jedah untuk beberapa saat.
*
Dahlan yang baru sampai di Korea terhenyak saat membaca hasil tes DNA Jumini yang sangat dicurigainya. itu.
Kedua matanya terbelalak dengan raut muka tegang.
Dahlan masih memandang layar ponselnya yang menampilkan hasil tes DNA Jumini
"Sungguh aku tak menyangkah bisa begini keadaannya," gumam Dahlan lesuh dengan muka pucat.
Polisi yang mendampingi Dahlan menatap lelaki yang syok itu.
Dahlan memperlihatkan layar ponselnya. Dan si polisi pun terbelalak melihat hasil dari tes DNA Jumini.
"Jadi," polisi menatap Dahlan.
"Mau apa lagi, Pak, hasil sudah menunjukkan dan pihak klinik akan memberi kita klarifikasi dan bukti semuanya," nada kecewa jelas terdengar pada suara Dahlan. Gestur tubuhnya menunjukkan jika dirinya sangat tak bersemangat.
Tetap semangat, Pak, apa pun yang terjadi .." ujar polisi memberi kekuatan.
Dahlan mengangguk.
Semua hasil yang diterimanya jelas yang tak diinginkan pada istrinya. Tapi sudah terlanjur mau diapakan lagi.
*
Kembali pada keadaan Jumini di hadapan polisi penyidik dan kedua orang tuanya
"Mari kita lihat isi hasil tes DNA ini,"
Polisi wanita lebih mendekat pada Jumini dengan posisi Lebih siaga dari sebelumnya. Lalu dua polisi lainnya yang berada di ruangan itu pun bergerak mendekat pada Zainal dan Narsia, dengan posisi siaga di belakang kedua suami Istri itu.
Segala kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dari dampak hasil tes DNA tersebut, telah diperhitungkan, dan diantisipasi oleh polisi.
"Baiklah akan saya bacakan langsung supaya kita semua tahu secara bersamaan,"
Jumini tegang Tak berani memandang pada bapak dan emaknya.
Mereka suami istri Zainal terlihat sangat cemas.
Polisi mulai membaca ketikan yang dibuat oleh pihak rumah sakit, "Maka pada hari ini kami memberitahukan pada Bapak dan Ibu serta Saudara/Saudari bahwa tes DNA yang telah keluar hasilnya ini adalah akurat dan benar serta berada dibawah sumpah kami sebagai tenaga medis. " Polisi memandang Jumini dan Zainal serta Narsia.
Jumini menunduk saat tanpa sadar menoleh pada bapak dan emaknya, sedangkan Zainal serta Narsia membuang muka penuh kebencian.
"Hasil Tes DNA ini adalah positif dan benar adanya ikatan darah pada DNA tersebut." Polisi mengakhiri suaranya.
Jumini terperanjat "Oh terima kasih Allah," lalu ia pingsan.
"Oh!" Segera polisi wanita dengan tanggap menyanggah tubuh.Jumini. Dibantu polisi yang berada di samping Zainal segera membawa Jumini ke bangku panjang untuk dibaringkan.
Sedangkan Zainal dan Narsia tercengang seperti tak percaya.
"Bagaimana ini ni, Mak ..." Bergetar suara Zainal
"Ya benarkah dia Jumi si Jumini?!" Narsia nanar memandang pada Jumini yang berusaha disadarkan oleh polisi wanita.
"Nadinya sangat lemah," seru polisi wanita khawatir.
Melihat kondisi Jumini maka segera dibawa ke ruangan untuk mendapatkan bantuan medis.
Pada ruangan itu di jaga dua polisi pria di depan pintu, sedangkan polisi wanita mendampingi tim medis yang menyadarkan Jumini.
Di ruangan tempat pemeriksaan Zainal dan Narsia masih sangat terpukul. Hasil tes yang menyatakan Jumini yang secantik artis Korea adalah Jumininya yang dulu. Anak yang mereka besarkan.
"Pak,"
"Ya,"
"Perempuan itu Jumi, benarkah?" Narsia ingin lebih meyakinkan. Pikirannya kacau menyadari hal yang tak boleh ditolak jika memang itu kebenarannya.
"Bapak sebenarnya nggak yakin, Mak, tapi ini tes yang dilakukan medis dan dia anak kita," ujar Zainal dengan setengah hati untuk mengakui Jumini cantik putrinya.
"Bapak masih ragu kelihatannya?" Polisi menatap Zainal.
"Terus terang ya, Pak," angguk Zainal.
"Ibu bagaimana?" Polisi menatap Narsia.
Narsia mengangguk, "Ya Pak, tapi bagaimana ya kalau memang begitu kenyataannya,"
Polisi mengerti apa yang dialami suami istri paruh bayah itu."Bapak dan Ibu ini cobaan jadi harap Bapak dan Ibu sabar dan berbesar hati untuk menerima kenyataan bahwa Saudari Jumi adalah putri Bapak dan Ibu yang berarti istri sah Bapak Dahlan," ujarnya berusaha menghibur Zainal dan Narsia bisa menerima kenyataan.
"Ya ini sangat diluar dugaan," gumam Zainal.
"Tapi berusaha menerima kenyataan ya, Pak,"
Zainal mengangguk.
"Yang sabar ya, Bu,"
"Ya," angguk Narsia dengan muka bingung.
"Biarkan sekarang Saudari Jumini ditangani Tim medis," ujar polisi
Jumini sudah siuman masih didampingi polisi wanita.
"Ibu sangat lemah biar di sini istirahat dulu, ya, tekanan darahnya sangat rendah," ujar tenaga medis menatap Jumini.
"Ya, Bu," angguk Jumini.
"Bagaimana perasaan Ibu sekarang?"
"Agak pusing,"
"Ibu menyandar dulu ke bantal ini, ya," polisi wanita itu membantu Jumini untuk duduk setengah bersandar.
"Terima kasih, Bu" Jumini merasa lebih nyaman sekarang.
Seseorang masuk memberikan sepiring kecil bubur putih pada polisi wanita. Lalu polisi wanita memberikan sepiring kecil bubur pada Jumini., "Dimakan supaya ada tenaga ya, Bu,"
"Terima kasih, " lirih suara Jumini.
"Mari saya bantu duduk, Bu," dengan telaten polisi wanita mrmbantunJumini supaya posisi sandaran kepalanya ke bantal agak tegak, sehingga bisa leluasa menikmati bubur.
"Terima kasih," perlahan Jumini mulai menikmati bubur untuk mengisi perutnya. Sejak kemarin memang hanya makan kue sedikit dan air, karena tak tenang menunggu hasil tes DNA.
Sekarang setelah hasil tes keluar Jumini justru tegang dan bingung bagaimana menghadapi Emak dan bapaknya yang semula begitu berapi api membencinya.
Belum lagi jika Dahlan datang Dari Korea. Suami Yang mempolisikan dirinya karena tak percaya jika dirinya Jumini.
Ketakutan tes DNA gagal dari kemarin, tapi setelah tes positif justru malah dia semakin ketakutan menemui orang orang tersayangnya.
Itulah yang terjadi kini pada diri Jumi. Bingung dan bimbang berhadapan dengan mereka. Ada rasa malu dan minder.
"Aku harus bagaimana ini?"
Oh Jumi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments