Jumini dengan percaya diri tinggi mendekat pada Dahlan yang masih berdiri tercengang.
Dengan senyum di bibir merah jambu nan menawan ia dekati suaminya yang masih mematung mengira salah masuk rumah orang.
Jumini terus saja mendekat dengan wajah sumringah menunjukkan kerinduannya. Dan saat sudah dekat langsung saja menghambur ke dada bidang Dahlan, dan kedua lengannya memeluk suaminya yang sangat dirindukannya itu.
"Maaf Anda siapa?!" Dahlan dengan halus berusaha menolak pelukan Jumi.
"Bang Dahlan ..." Tapi Juminii justru semakin manja memeluk ketat Dahlan
"Mbak, Zus tolong lepaskan dulu ..." Sebisa mungkin Dahlan berusaha lepas dari rangkulan Jumini yang sangat asing baginya itu.
Namun Jumi tak sudih melepaskan rangkulannya pada suami tercintanya. Malah justru ia berjinjit untuk bisa mencapai dagu Dahlan yang berbadan tinggi dan tegap itu.
"Aduh maaf, Mbak lepaskan dulu!" Dahlan bergidik ragunya dicium orang asing.
"Bang ini aku istrimu," rengek Jumi mendongak berusaha memberikan ciuman ke pipi Dahlan.
Namun Dahlan menolak dan berusaha melepaskan badannya dari rangkulan Jumini yang ketat itu.
"Lepaskan dulu Mbak, Zus, kita tidak boleh begini!" Dahlan sangat risi dipeluk dan dicium perempuan asing. Tubuhnya bergidik menolak pelukan perempuan yang tak dikenalnya itu.
"Tidak mau, Bang, aku kangen sama Bang Dahlan sudah sepuluh bulan nggak dipeluk Abang ..." Jumini masih memaksakan diri memeluk dan memberikan ciuman pada Dahlan.
Dahlan terkejut. Ia sangat kenal suara manja penuh kerinduan itu. Tapi tak mungkin perempuan yang memeluknya itu Jumini. Jelas sangat beda.
Bukan bukan Jumi.
"Bang aku istrimu," ujar Jumi ingin lebih meyakinkan Dahlan.
Dahlan menunduk memandang perempuan cantik yang masih memeluknya itu
Jumi menatap suaminya.
Mereka saling tatap lekat
"Tak mungkin pasti aku salah masuk rumah orang, maaf Dik tolong lepaskan tangannya dulu, tak baik jika dilihat orang, dan nanti kita ditangkap dibawa berkeliling ditonton orang banyak. Oh tidak, aku tak mau dipermalukan!" Rupanya Dahlan mulai tak sabar mendorong tubuh Jumini supaya melepaskan pelukannya.
Namun sebaliknya Jumini tetap bersikeras memeluk Dahlan. Bahkan kembali menyusupkan wajah ke dada lelaki itu.
Apa boleh buat bagi Dahlan tak ada jalan lain demi keselamatan dan kehormatannya tak tercelah jika sampai tertangkap warga.
Mempergunakan kekuatan tenaganya sebagai lelaki, maka lepas juga pelukan Jumini yang kini menatapnya dengan wajah setengah kesal.
"Maaf, Zus kalau tindakanku menyakitiku barusan," dengan tatap minta maaf Dahlan mundur beberapa langkah.
Jumi maju ke depan Dahlan, "Bang aku istrimu Jumi, lihat itu foto pernikahan kita, Bang Dahlan, itu foto kita waktu menikah, Bang," ujarnya untuk meyakinkan Dahlan jika dirinya memang Jumi istri lelaki yang tak mengenalnya itu.
Dahlan mengikuti telunjuk Jumi kearah foto pernikahannya yang Di gantung Di dinding.
Dahi Dahlan mengernyit pertanda ia kebingungan teramat sangat. Betapa tidak bingung. Foto pengantin yang di gantung itu mempelai prianya memang dirinya. Tapi mempelai perempuannya bukan Jumi tapi justru perempuan cantik yang kini ada di hadapannya.
"Sudah ingat, kan, Bang Dahlan jika itu foto pernikahan kita dua tahun lalu Di kampung, lalu dua bulan kemudian kita metantau ke Jakarta mengontrak rumah petakan milik Pak Gaji Rauf di gang buntu di kampung Jambu dulu," secara terperinci Jumi menyebut kroniloginya mereka tinggal di Jakarta.
Dahlan menatap Jumi lekat. Siapa perempuan ini, kok tahu semua tentang perjalanan Hidupku bersama Jumi awal sampai di Jakarta?
"Setelah tabungan cukup Abang telepon aku untuk mencari rumah yang lebih besar karena Abang akan mempersiapkan ruangan lebar untuk anak kita," lanjut Jumi.
Dahlan mengangguk mengiyakan bahwa apa yang didengarnya benar memang begitu adanya. Kepulangannya kali ini fokus untuk persiapan punya anak. Terlebih lagi perusahaan memberinya waktu tiga bulan di rumah.
"Abang juga bilang padaku bahwa keberangkatan Abang belayar adalah hadiah pernikahan kita, karena tak perlu berlama lama menganggur. Lalu Abang juga mengatakan bahwa rejeki kita sangat besar karena Abang diterima perusahaan bekerja dengan kontrak panjang selama lima tahun, dengan demikian tak perlu Abang tiap tahun mencari kerja setiap habis kontrak, karena sudah langsung kontrak lima tahun, dengan masa kerja sepuluh bulan di laut dan dua bulan di darat."
"Lho kok perempuan ini tahu semua, ya?" Dahlan semakin bertanya tanya Dalam hati.
"Dan Abang bilang setelah selesai kontrak lima tahun Abang mau.ambil Ijazah lagi di sekolah pelayaran untuk mengejar cita cita Abang jadi KKM Di kapal."
"Walah kok benar semua?!"
"Aku anak petani coklat di kampungku, dan Abang anak tunggal Pak Haji Ali dan Bu Hajjah Ruminya, kita dari kampung yang Sama jauh dari Jakarta,"
"Oke semua ucapan Zus ini benar. Biar giliranku yang bertanya," ujar Dahlan akhirnya merasa penasaran juga.
Jumi mengangguk. Ia paham jika Dahlan suaminya tak mengenali dirinya.
"Siapa dirimu kok tahu semua dengan detail tentang diriku?"
"Bang tatap mataku," pinta Jumi hampir mau menangis.
"Untuk apa?!" Dahlan bagai orang bodoh menatap Jumi tak mengerti.
"Abang mata ini asli mataku masa Abang nggak ingat mata perempuan yang Abang cintai, sih?!" Jumini merajuk.
"Lha Zus ini siapa aku tak mengenalnya tiba tiba ngaku istriku Jumi," kesal sudah Dahlan.
"Aku memang Jumi, Bang," ujar Jumini mengulurkan tangannya meraih tangan suaminya lalu digenggamnya, "Abang masih ingat genggaman tangan ini, kan?"
"Aduh semakin bingung aku jadinya," gumam Dahlan.
"Pandang mataku, Bang," pinta Jumini
Tapi Dahlan tak fokus ke Mata Jumi karena pandangannya terpengaruh oleh wajah Koreanya.
"Abang masih ingat suaraku, Kan, ini aku Jumi, Bang,"
"Ju ... Mi?!" Dahlan semakin dibuat bagai orang bodoh.
"Ya Jumini istrimu yangvAbang nikahi tanggal tanggal 20 bulan 2 tahun 2020 dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin kawin emas, serta maharnya kebun coklat,"
"Ohk!" Dahlan terdesak lalu batuk batuk.
Segera Jumini mengambil air untuk diberikan pada Dahlan yang baru selesai dengan batuk.batuknya.
"Tak usah terima kasih," Dahlan menolak, lalu ia mengambil botol air mineral yang ia simpan di bagian luar tas pakaiannya.
Dahlan melakukan beberapa tegukan air dari botol di tangannya.
"Nah Coba sekarang Abang ingat ingat suaraku ini kan suara Jumi istrimu?"
Baru Dahlan menyadari betul jika suara perempuan bertampang Korea ini memang suara Jumi yang sedikit cempreng mirip kaleng rombeng, tapi biar begitu ia cinta.
"Ya kenapa Zus ini memiliki suara seperti istriku?!"
"Karena Aku Jumi istrimu, Bang Dahlan, kalau nggakana.mungkin tahu semua silsilah pernikahan kita,"
Dahlan meneliti perempuan di depannya. Sekarang ini banyak penipuan jangan gampang percaya. Masalah suara barangkali bisa dipelajari lewat alat tertentu mungkin bisa menyamai suara seseorang. Lalu masalah riwayat pernikahannya dengan Jumi, sampai pada nama orang tuanya, bisa saja sudah ditelusuri.
"Dahlan ini jaman canggih kamu harus waspada!" Sebuah suara memperingatkannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yem
Lucu thor.. Lanjutkan..
2023-02-26
0