"Ibu Dahlan pamit pada saya ya Ibu Dahlan yang saya kenal," ujar Karnito Pak erte setempat.
Ya Mas Dahlan Mbak Jumi ya Mbak Jumi yang saya kenal, bukan perempuan itu, kayaknya kita kita di sini nggak pernah tahu deh sama perempuan itu," ujar Bu Surti tetangga depan rumah.
"Memang itu foto siapa Mas Dahlan," seru Nani yang tak mengerti tentang cerita foto yang dibawa Dahlan.
"Cantik amat, yak, kayak artis yang main Di Drakor sore Hari," seru Ibu Hindun yang memang tergila gila dengan drama Korea yang tayang secara bersambung setiap sore di Salah satu stasiun televisi.
"Jadi istri saya tak pernah bareng sama perempuan ini, ya, Bu Ibu?" Tak ada waktu bagi Dahlan untuk menceritakan kronilogi istrinya menghilang.
"Tak pernah Mas Dahlan," seru Bu Mary yang paling tua di gang itu yang paling heboh.
"Siapa dia Mas Dahlan cantik amat," seru Bu Naila sampai melebarkan mata melihat kecantikan foto di tangan Bu Mery.
"Temannya Mbak Jumi," sahut Bu Mery sok tahu.
"Wah Mbak Jumi hebat punya teman secantik artis Korea," desis Hindun.
"Cantik tapi berduri ini perempuan, Bu," gusar suara Dahlan.
Para Ibu saling pandang dengan tatap penuh tanda tanya.
"Pak Erte kenapa perempuan itu, atuh?' Ibu Mery kepo menatap Pak Ertenya dengan tatap ingin tahu.
Yang lain pun berkerumun ingin Minta bocoran pada ketua Rukun Tetangga mereka siapa gerangan perempuan cantik yang fotonya dibawa Dahlan.
Dahlan meninggalkan rumah kontrakan lamanya dengan kecewa dan sedih, karena tak mendapat petunjuk apa pun.
"Berarti dimana mereka bertemu, ya?" Gumam hati dalam tentang perkenalan Jumini istrinya dengan perempuan yang dilaporkan Ke Polisi itu.
Sampai di rumah dalam keadaan hatinya yang galau, sedih dan gusar langsung disambut kedua mertuanya, dengan pernyataan yang semakin membuatnya murka.
"Ya Dahlan Bapak takutnya perempuan itu sudah memindahkan kedua Mata istrimu, karena menurut Emak istrimu mata perempuan itu mirip sekali dengan mata Jumi!"
Dahlan mendidih otaknya sangat murka, hingga mukanya memerah seperti kepiting direbus.
"Ma?" Dahlan menunggu jawab Narsia dengan tegang. Dadanya bagai bedug yang digebuk sekencang mungkin.
Narsia mengangguk Lesuh.
Dahlan terduduk di kursi bagai tak memiliki tulang belulang untuk menyanggah daging di tubuhnya.
"Berarti istriku .... Oh ...!!!" Dahlan menutup muka dengan kedua matanya. Hatinya hancur membayangkan Jumini istri tercintanya dibius diambil kedua matanya. Oh sadis sekali!
Dahlan menangis sesunggukan memikirkan istrinya yang sudah teraniayah. Diambil kedua matanya. Lalu sekarang kalau sudah meninggal jenazahnya dimana?
Melihat Dahlan menangis Narsia pun terisak isak membayangkan putrinya tak memiliki penglihatan lagi.
"Dahlan!" Zainal masih berusaha untuk tegar.
Dahlan segera mengangkat mukanya. Menghapus air matanya.
"Katakan pada polisi paksa perempuan jahanam itu mengaku, apakah anakku masih hidup atau sudah mat!"
"Jika masih hidup biar Emak rawat di kampung, biar Emak urus dia. Jumi anakkuu uuhh .." tangis Narsia sangat memikirkan hati.
Zainal sangat sedih melihat keadaan istrinya. Ia harus kuat tidak boleh lemah harus bisa membuat istrinya just juga.
"Mak jangan terus menerus begini nanti dirimu sakit, kalau Kita lemah nanti siapa yang akan merawat Jumi putri kita ..
" Dirangkulnya Narsia istrinya.
'"Hatiku bukan lagi teriris, Pak, tapi tertunduk rasanya mengingat nasib anak kita, Pak ..." Narsia terisak isak di pelukan suaminya. Rasanya sakit tak terobati oleh dokter mana pun.
"Bagaimana pun keadaan Jumi saya yang bertanggung jawab untuk merawatnya, Mak. Saya cinta Jumi bagaimana pun keadaan dia, Pak, percayalah.." mantap suara Dahlan.
"Tapi bagaimana kalau anakku sudah buta, Lan, apa kamu masih mau menerimanya?" Sangat sedih suara Narsia menatap Dahlan diantara derai air matanya.
Dahlan turun dari kursinya, berjalan dengan lututnya menuju ketempat duduk Narsia.
"Mak," seru Dahlan bersimpuh di depan Narsia, "Dahlan yang membawa Jumi ke Jakarta, sekarang dia buta, tetap Dahlan tak akan meninggalkannya, Pak, sumpah, Mak, Dahlan tetap mencintau Jumi dan tetap akan bersamanya sampai maut memisahkan kami,"
Zainal terkejut menatap menantunya."Bangun Dahlan, bangunlah, duduk di sebelahku," ujarnya dengannada penuh haru.
Dahlan duduk di samping Zainal.
Zainal menepuk pundak Dahlan, "Bapak bangga denganmu, penuh Rasa terima kasih atas cinta dirimu terhadapJumi, rupanya kami tak keliru memilihmu sebagai menantu. Terima kasih ya, Nak, terima kasih,"
"Saya sangat mencintai Jumi, Pak," sahut Dahlan menghapus air matanya.
*
Menunggu hasil tes DNA membuat semuanya tak tenang.
Jumini yang kini hanya tinggal bersama Delia begitu tertekan. Delia selalu menguatkan hati Jumini. Tapi perempuan yang disubukkan dengan perawatan wajahnya akibat cakaran Zainal itu, sangat cemas,bagaimana kalau tiba tiba saja hasilnya negatif?
"Jangan memikirkan yang bukan bukan.Polisi pasti akan bekerja maksimal. InsyaAllah rumah sakit juga akan memeriksa jaringan tubuhnya dengan milik orang tuamu dengan jujur dan amanah sesuai dedikasih mereka di bidang media,"
"Ya Bu saya hanya khawatir saja, jika sampai negatif darimana saya harus memunculkan Jumini yang wajahnya sudah berubah total,"
"Oh ya apakah masih bisa wajah aslimu itu dikembalikan Jum?" Delia asal nyeletuk.
Jumini terkejut oleh pertanyaan Delia.
"Pasti bisakah kan sekarang sekarang jaman canggih?!" Ujar Delia.
"Mungkin bisa ya ..." Gumam Jumini, "Tapi biayanya darimana!"
Jumini tercekat.
Gemetar
Merinding.
Biaya operasi mukanya menghabiskan satu miliyar dua ratus lima puluh juta lebih. Berarti untuk operasi kedua kali dengan permintaan wajah aslinya harus punya uang sebesar itu. Atau bahkan lebih karena dokter ahli kulit Dan kecantikan harus mempertaruhkan ilmu mereka demi mengembalikan kembali wajahnya pada wajah Jumini aslinya.
"Biayanya saya tak sanggup, Bu ..."getir suara Jumini.
"Ya sudah pasrahkan dirimu pada Tuhan, pasrah saja, Dik," tak sampai hati juga Delia melihat perempuan muda yang menderita akibat ulahnya itu.
Selama masa menunggu Dahlan setiap hari ke Kantor polisi. Memastikan perempuan yang dilaporkanmya itu masih Ada.
Tapi ia enggan untuk bertemu dengan Jumini cantik. Nanti saja jika hasil tes sudah keluar akan dibuatnya perempuan itu babak belur jika tidak mengakui perbuatannya mengambil paksa kedua Mata Jumini. Saat ini ia sangat tak ingin bertemu muka dengan penjahat yang telah menyekap istrinya antara hidup dan mati itu.
Walau polisi mengadakan kontak dengan rumah sakit, untuk mencari data pasien bernama Jumini, Dahlan pun mencari ke berbagai rumah sakit kecil, bahkan ke puskesmas, dan rumah sakit di pelisok.
Untuk itu ia .eminta bantuan beberapa orang yang dibayarnya untuk menemukan istrinya itu.
Sedangkan Zainal yang ingin bertemu Jumini di kantor polisi tak diijinkan oleh pihak kepolisian, dengan alasan keamanan.
Polisi khawatir Zainal berbuat anarki, sehingga bisa menghalangi penyelidikan lebih tuntas pada Jumini.
"Saya hanya ingin bertanya dimana anak saya setelah dia operasi matanya untuk dipindahkan ke mata dia yang buta itu Pa!" Zainal berusaha untuk memaksakan kehendaknya pada polisi.
"Maaf Pak, bukan menghalangi atau apa pun tapi biar polisi yang akan introgasi si tertuduh, Pak,'
Zainal terpaksa meninggalkan kantor polisi dengan hati tak puas.
*
Jumini duduk di hadapan polisi dengan pertanyaan atau tuduhan baru.
"Betul Saudari sebelumnya buta, dan mata yang ada pada Saudari ini adalah milik Ibu Jumini yang asli?!"
Bersambung.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments