"Dan ini cincin pemberian Abang Ada initial D di dalamnya, yang berarti namamu, Bang," lanjut Jumini untuk lebih meyakinkan.
Dahlan menerima cincin yang dulu memang diberikannya pada Jumini. Benar cincin pemberiannya Dua tahun lalu pada Jumi istri tercintanya saat lamaran.
Dahlan menatap lekat Jumi cantik di depannya.
Jumini mengulurkan tangannya. "Udah yakin kalau aku Jumi mu, Bang?"
"Jangan sentuh Aku haram!" Dahlan mundur dua langkah.
Jumini tertegun, "Aku tahu kamu memang lelaki berikan, tak mau menyentuh perempuan yang bukan mahrammu, tapi aku ini istrimu, Bang!" Jumini berusaha meyakinkan Dahlan suaminya.
"Istriku ini Jumi," lalu Dahlan mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Jumi yang sederhana. "Ini istriku Jumi," serunya pada Jumini di depannya.
Jumini sangat terharu pada Dahlan. Betapa foto dirinya selagi Di kampung dengan rambut panjang dijadikan foto profile pada ponsel suaminya.
"Itu juga aku, Bang selagi di kampung. Tapi sekarang ini aku menyesuaikan jaman, ingin tampil cantik bak artis Korea, supaya Abang semakin cinta padaku, makanya aku operasi plastik untuk membuatmu bangga, Bang, punya istri Cantik,"
Dahlan tetap tak percaya. Istriku tak pernah lupa diri, dia selalu mensyukuri pemberian Tuhannya," tampaknya Dahlan mulai kesal."Dimana Jumi istriku?!" Lalu ia menyadari sesuatu.
Sabotase atau kriminal.
Dahlan tercekat. Jangan jangan perempuan ini menyamar menjadi Jumi. Semua tentang riwayat pernikahan mereka sudah didapatnya dari Jumi dengan ancaman tentu saja, lalu dengan keji Jumini disingkirkan.
"Kamu sekarang harus kubawa ke kantor polisi!" Ujar Dahlan langsung memegang kedua pergelangan tangan Jumini ke belakang.
"Apa apaan ini, Bang, aku istrimu!"
"Kamu bukan istriku tapi perempuan jahat yang telah menyingkirkan istriku!!"
"Hah!!" Jumini terperanjat oleh tuduhan suaminya sendiri.
*
Dahlan melaporkan Jumini dengan tuduhan menyembunyikan istrinya, lalu dengan sengaja menjadi Jumini dengan wajah baru.
"Aku Jumi istrimu, Bang ..." Menangis Jumini sedih dan marah karena tak diakui oleh Dahlan.
"Tunjukkan Tanda Pengenal Ibu," seru polisi yang bertugas memeriksa Jumini atas tuduhan Dahlan yang telah melaporkannya secara resmi.
"Ini, Pak," berharap polisi bisa menolongnya, segera Jumini menyerahkan kartu penduduknya yang masih beralamat kampung halamannya.
Polisi memperhatikan kartu kecil di tangannya. Sedangkan Dahlan menyaksikan dari jarak tiga meter dengan raut muka penuh kemarahan.
"Perempuan Itu sudah memegang KTP istriku," gumam Dahlan marah, sayang kamu dimana Jumi, ini Abang sudah pulang membawa rindu padamu," bisik hatinya sedih membayangkan istrinya sudah dianiaya oleh perempuan cantik tapi tak waras itu.
"Nama Ibu?"
"Jumini, Pak," sahut Jumi cepat.
"Lahir tanggal ..."
"20 Pebruari tahun 1996, Pak,"
"Umur sekarang?"
"Dua puluh enam tahun, Pak,"
Polisi wanita yang berjaga jaga di samping Jumi menatap perempuan cantik bak artis Korea itu.
"Darimana Ibu mendapatkan kartu Pengenal milik Saudari Jumini ini?!" Polisi yang memeriksa menatap lekat Jumi.
"Itu KTP saya, Pak,"
"Ibu katakan Yang benar. Jelas fotonya berbeda di KTP ini dengan raut muka Ibu sekarang, lalu ini ada bukti foto Saudari Jumini yang asli, bagaimana mungkin dipercaya Ibu ngibul begini?!"
"Aduh Bapak kenapa malah ikut nggak percaya seperti suami saya?!" Jumi tampak hampir putus asah, harapannya bisa dibantu polisi, eh malah ditelan pula oleh polisi yang menuduhnya mencuri kartu Pengenal dirinya sendiri.
"Bukti sudah Ada. Ini KTP milik Saudari Jumini, ini bukti foto Jumini, jadi siapa pun tak percaya Ibu mengaku aku sebagai Saudari Jumini!" Polisi meninggikan intonasi suaranya.
Jumini menoleh pada Dahlan, berharap suaminya mempercayainya, dan mencabut laporannya.
"Sudah Pak penjarakan saja dia!" Seru Dahlan dengan tatap marah pada Jumini
"Ya Allah kenapa maksud hamba ingin membuat suami lebih sayang memiliki istri cantik, kok jadi begini?"
"Ibu jawab dengan jujur. Berapa lama kenal Saudari Jumini, dan benar demi untuk menjadi istri Pak Dahlan, Ibu menyingkirkan Saudari Jumini yang asli?!"
"Itu tidak benar!" Jumini mengeraskan suaranya. Lalu menoleh pada Dahlan, "Bang Dahlan aku Jumini istrimu, Bang, aku begini cantik karena aku operasi plastik, Bang!"
Pak
Polisi menepuk meja di depannya.
"Ibu jangan berisik. Jawab yang jujur!"
Jumini menitikkan air mata karena tak Ada yang percaya dengan ucapannya.
"Sungguh Pak saya Jumini,"
"Ibu jangan main main, ya, kalau Ibu tak mau mengaku jujur hukuman untuk Ibu akan lebih berat!!"
Jumini terkejut. Air matanya meleleh Di kedua pipinya. Lalu menoleh pada polisi wanita yang berdiri di sampingnya.
"Ibu bicara yang jujur saja supaya proses ya cepat selesai, ya?" Bujuk polwan manis itu membujuk Jumini.
"Sumpah Bu Polwan, saya Jumi, saya mengenal diri saya sejak saya kecil, dan saya tak pernah menyingkirkan siapa pun, Bu Polwan, apalagi menyingkirkan diri saya sendiri, tolong Bu Polwan percaya saya ini Jumi, Bu Polwan, Jumini istri Dahlan Rahman yang itu," tangan Jumi memegang tangan polisi wanita yang sangat memperhatikan wajah cantiknya yang putih kemerah merahan kedua pipinya itu.
"Ibu tak sayang dengan wajah cantik Ibu jika di penjara?" Polisi wanita itu berbicara dengan penuh perhatian, "Tidak enak lho, Bu dipenjara itu, semua serba terkekang, ayo bicarakan yang jujur, ya?"
Jumi menggeleng dengan air Mata berlinang.
"Bagaimana lagi saya harus berkata, Bu Polwan, saya sudah mengatakan yang sebenarnya sayalah Jumini,"
"Pengakuan Ibu sulit dipercaya, Bu, kan foto asli Ibu Jumini sangat beda dengan wajah cantik putih Ibu?" Ujar polisi wanita itu membujuk Jumini supaya merubah pengakuannya.
"Sumpah Ibu Polisi saya si Jumi," tangis Jumi pecah Karena tak ada yang percaya jika dirinya adalah Jumini yang asli.
"Kami kasih waktu satu jam untuk Ibu merenung dan nanti mengakui siapa Ibu sebenarnya, dan dimana Saudari Jumini asli Ibu sembunyikan!!"
"Ya, jika kamu Zus mengakui kesalahanmu, dan mengatakan dengan jujur dimana istriku berada, aku akan memaafkannya dan mencabut laporannya, tapi dengan syarat, asalkan istriku tak kau ciderai, mengerti?!" Dahlan mendekat lalu meninggalkan Jumi keluar Karena ponselnya berbunyi, namun sebelumnya menoleh pada polisi yang memeriksa istrinya itu, dengan isyarat mau menerima telepon keluar ruangan.
Polisi itu pun mengangguk. Lalu polisi itu menekan aerphone.
"Dua orang kesini untuk berjaga,"
Tak lama kemudian masuk dua orang polisi yang tak lain anak buah polisi yang memeriksa Jumi.
"Satu jam awasi dia!" Ujar polisi yang memeriksa Jumini pada dua polisi yang baru datang.
"Siap!" Seru polisi itu bersamaan.
Maka polisi yang memeriksa Jumini bersama polisi wanita keluar dari ruangan.
Jumini membuang muka saat kedua polisi itu memandanginya.
Karena tak juga mau mengaku sesuai permintaan Dahlan lewat polisi, maka malam itu Jumi harus bermalam di tahanan Kantor polisi.
"Kita tahan saja dia!" Ujar polisi yang memeriksa.
Dahlan menatap Jumi dengan sorot mata penuh kemarahan.
"Bang tolong percaya Jumi, Bang!"
Dahlan tak mau memandang pada Jumi yang jelita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments