Bab 15 - Ledekan Teman

"Terimakasih banyak," teriak laki-laki itu sembari melambaikan tangannya.

Lusi tak mempedulikan teriakan tersebut, ia terus berjalan hingga ia bertemu dengan sang kakak. "Dek."

"Kak Arya," ucap Lusi saat melihat sang kakak yang sudah berada di hadapannya.

"Kenapa kamu pulang terlambat? Lalu, siapa dia dik?" tanya Arya saat ia melihat seorang laki-laki menahan tangan adiknya.

Lusi menoleh ke arah laki-laki yang bernama Rangga itu. "Bukan siapa-siapa, sebaiknya kita naik saja kak! Kasian nanti kak Amber menunggu kita," Lusi mengajak sang kakak agar kembali ke rumah karena ia tak ingin berlama-lama di luar.

Arya pun hanya mengangguk kecil sambil terus menatap laki-laki di seberang jalan itu.

'Siapa ya laki-laki itu?' batin Arya.

Saat Lusi dan kakaknya menjauh, laki-laki yang bernama Rangga itu membuka helm yang sempat ia pasang tadi, lalu berkata. "Siapa laki-laki itu? Kenapa Lusi begitu sangat dekat dengannya?"

....

"Kak Amber, aku pulang."

"Lusi, kenapa kamu pulangnya terlambat? Kakak kira kamu kenapa-kenapa di jalan," ujar Amber khawatir.

"Maaf kak, tadi di bulatan jalan gasing itu macet jadi sampai sininya terlambat," ucap Lusi jujur.

"Lebih lambat lagi itu, Karena Lusi lagi asyik mengobrol dengan seorang cowok kak di depan, makanya dia jadi makin terlambat pulangnya," sahut Arya yang tiba-tiba cerewet mulut (minta di gorok emang bibirnya).

Amber menoleh ke arah Arya lalu beralih menoleh ke arah Lusi.

"Bener, Lusi?" tanyanya penuh selidik.

Lusi pun hanya bisa mengangguk. "Iya kak, dia mahasiswa di tempat aku bekerja."

"Hm? Lalu ... kenapa dia ada di halte bersamamu, apa dia juga rumahnya di dekat sini?" tanya Arya yang sedang menikmati kue buatan Amber.

Lusi menggeleng kecil. "Aku juga tidak tahu kak rumah dia di mana, dan aku juga tidak ingin tahu. Lagian kak Arya jangan terlalu banyak berceloteh di hadapan ku saja! Cobalah berceloteh di depan umum," ucap Lusi seraya masuk ke dalam kamar. Dapat Lusi dengar bahwa sang kakak tengah meneriakkannya dari ruang tengah.

Lusi langsung merebahkan tubuhnya pada ranjang tipis yang menjadi tempatnya terlelap.

"Aku hanya ingin mengenal kamu lebih jauh, itu saja."

Ucapan laki-laki itu terus berputar di otak Lusi saat ini. Gadis itu hanya menarik nafasnya, lalu membuangnya secara kasar.

Ting!

Terdengar suara pesan masuk dari ponselnya, gadis itu bangun dari tidurnya dan mengambil ponselnya yang ada di dalam tas kecilnya itu. Lalu gadis itu membukanya dan menampilkan nama "Kak Tony" Lusi pun membukanya.

Kak Tony: "Lusi?"

Lusi: "Iya, kenapa kak Ton?"

Kak Tony: "Kenapa, kamu berhenti bekerja?"

Karin: "Tidak ada kak. Aku hanya ingin berhenti saja."

Kak Tony: "Kamu berhenti, karena marah sama kakak kan? Kamu ingin menjauhiku, 'kan?'

Karin: (Read).

...

Lusi mematikan ponselnya tak berniat ingin membalas pesan laki-laki itu, ia merasa tidak enak terhadap laki-laki itu. Beberapa saat ia pun memilih untuk mengambil handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Malamnya terdengar suara pintu di ketuk dari luar.

Tok!! tok! tok!

"Karin?"

"Iya, masuk saja kak, enggak di kunci kok."

"Ayo, makan malam bersama dik," suara Arya terdengar sangat samar namun dapat di dengar di telinga Lusi. Lusi pun langsung membuka pintu kamarnya dan menuju ke arah saudaranya yang berada di depan TV dengan berbagai hidangan masakan yang di masak oleh Amber.

"Nah, makanlah." Arya memberikan tumis kangkung ke piring sang adik yang telah berisikan nasi.

"Makasih kak Arya." ucap Lusi pada sang kakak.

Mereka bertiga pun makan bersama di tambah oleh penghuni rumah di sana yang Lusi sendiri belum mengenalnya. Bagaimana gadis itu mengenal penghuni yang ada di sana? Saat ia sudah berada di rumah, ia akan memilih untuk berdiam diri di dalam kamarnya.

"Selamat pagi cantik." sapa Rangga saat melihat Lusi telah sampai di depan pintu gerbang universitas nya.

Lusi tak menjawab sapaan laki-laki itu, gadis itu terus melangkahkan kakinya dan mengabaikan laki-laki itu. Mungkin merasa tak dipedulikan oleh gadis itu. Rangga menahan tangan Lusi hingga membuat gadis itu hampir menabrak dada laki-laki itu, jika ia tak menahannya dengan tangan kanannya. Sehingga wajah mereka pun saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat.

Lusi segera mendorong tubuh laki-laki di depannya saat suara seseorang terdengar di telinga keduanya. "Cie, cie ... Rangga kamu sudah berani menggoda cewek di depan umum."

Lusi yang tak berekspresi itu menatap dingin ke arah laki-laki itu, ia lalu mengambil tasnya yang sempat terjatuh ke lantai dan segera pergi dari tempatnya. Rangga memanggilnya berulang kali tapi tidak di gubris oleh Lusi.

"Ini semua gara-gara kamu ya. Sekarang lihat! Dia jadi pergi gara-gara kamu," ucap Rangga kesal pada temannya yang tiba-tiba mengacaukan pertemuannya dengan Lusi.

"Sudahlah, nanti kamu juga dapat melihatnya lagi ya, 'kan?" ucap temannya sambil merangkul pundak Rangga.

"Tau ah, males nanggepin orang kaya lu!" ucap Rangga dengan kesal dan menghempaskan rangkulan temannya itu.

"Hei, mau pergi kemana?" panggil Azmi pada Rangga yang sudah menjauh.

"Ke lubang pantat lu!" ucap Rangga dengan sedikit berteriak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!