Bab 2 - Berpamitan

"Hm ... tumben awal Lusi? Biasanya kau selalu datang telat," ucap Irma temannya dan sekaligus anak dari sang pemilik warung.

"Iya, hanya ingin datang tepat waktu saja," balas Lusi seraya tersenyum dan memulai dengan pekerjaannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam di mana warung sudah tutup. Lusi yang sudah selesai keperjakaan nya dan langsung menuju ke arah bibi Rus sang pemilik toko untuk mengambil gaji karena gadis itu memang di gaji harian.

"Lusi ini gaji mu ya nak," ucap bibi Rus sembari menyodorkan uang kepada Lusi .

"Makasih by ...," ucap Lusi sembari meraih uang tersebut dari tangan bibi Rus.

"Iya sama-sama."

"Bibi," panggil Lusi lagi.

"Iya, ada apa nak?"

"By ... aku hanya ingin bilang bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bekerja di sini by."

Bibi Rus yang sedang menghitung hasil jualannya langsung menghentikannya sejenak, lalu mendongakkan kepalanya. "Loh kenapa nak? Gajimu tidak cukup ya? Bibi tambahkan lagi jika kamu mau."

Lusi menggelengkan kepalanya. "Tidak bibi ... gaji yang bibi berikan sudah cukup."

"Lalu kenapa kau ingin berhenti?" tanya bibi Rus memegang tangan Lusi seraya menggenggamnya.

"Kak Amber menyuruhku untuk menyusulnya bibi."

Bibi Rus pun melepaskan tangannya sambil mengangguk. "Ah, ternyata begitu. Ya sudah kalau begitu bibi tidak bisa memaksa mu lagi Lusi. Bibi doakan semoga berjalan dengan lancar ya nak," ucapnya lalu merogoh kantong plastik yang terdapat uang dari hasil jualannya, ia mengeluarkan uang seratus ribu dan langsung memberikannya kepada Lusi.

" Ambil ini! Gunakan uang ini waktu kamu ingin makan di saat mengurus pasport mu," sambungnya lagi.

"Tap-tapi by ini...,"

"Sudah kamu ambil saja Lusi! Anggap saja ini hadiah dari bibi untukmu."

Lusi pun akhirnya mengambil uang dari pemberian bibi Rus dan mengucapkan terima kasih lalu pamit untuk pulang.

"Aku pulang ... ayah? Aku pulang," sahut Lusi saat sampai di rumahnya. Tapi tidak ada sahutan terdengar dari sang ayah.

Gadis itu masuk ke dalam rumah dan ternyata sang ayah tengah tertidur pulas di sofa depan tv. Lusi menghampirinya dan membenarkan selimut yang terjatuh ke lantai.

Di rumah hanya ada tiga orang karena kedua kakaknya berada di negeri seberang. Sedangkan Sinta kakak keduanya ikut suaminya ke kota tempat sang suami.

Lusi pun menuju kamar dan langsung membersihkan diri, lalu segera beranjak untuk tidur.

****

Keesokan harinya Lusi sudah bersiap-siap dan menunggu kedatangan orang yang akan menjemputnya mengurus persiapan keberangkatan. Tepat jam 8 orang yang di tunggu Lusi pun akhirnya datang dan tanpa menuju lama mereka pun berangkat ke Surabaya.

Di perjalanan ... Lusi bisa merasa bahwa orang di sampingnya yang menjemputnya tengah memerhatikan gadis itu. Lusi yang risih akan hal itu pun menoleh.

"Anda sedang melihat apa?" tanya Lusi dengan wajah datar.

Yang terciduk pun hanya tersenyum. "Tidak aku hanya heran saja, apa benar kau ingin bekerja?"

"Iya."

"Kau masih terlalu muda untuk merantau ke negeri orang."

"Tidak masalah selagi itu bisa pekerjaan halah," ucap Lusi yang sudah menatap pemandangan luar dari arah kaca mobil.

Tidak ada pembicaraan lagi yang keluar dari mulut orang itu. Lusi pun dengan terus memandangi pemandangan luar tanpa berniat mengalihkannya ke arah lain.

Beberapa jam kemudian. Mereka pun telah sampai tujuan dan segera mengambil tiket antrian. Di sana Lusi tidak sendiri karena ada dua orang lain. Yang juga melakukan pengurusan dokumen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!