Setelah seharian mengurus berbagai surat-surat yang harus dilakukan, akhirnya selesai juga. Lusi pun langsung mencari makanan karena merasa perutnya begitu sangat lapar sebelum diantar pulang oleh seorang yang tadi menjemputnya.
Selesai makan Lusi pun menuju mobil. Di dalam mobil masih tetap sama yaitu tetap berdua dengan orang itu, karena dua orang yang juga mengurus surat-surat tadi telah ikut orang yang menjemputnya.
Mobil pun melaju meninggalkan area cap jari tersebut (author lupa nama gedungnya apa, maafkan daku).
Lusi melirik ke arah pemuda yang sedang menyetir mobilnya itu. Dia begitu sangat muda, tadi awalnya Lusi mengira dia hanyalah anak yang mengurus surat-surat nya yang sengaja menjemput gadis itu. Tapi ternyata gadis itu salah. Justru laki-laki di sampingnya itu adalah yang mengurus keberangkatannya.
"Kenapa di pandangi terus bak? Ganteng ya?"
Ucapan itu sukses membuat Lusi berpaling karena ketahuan meliriknya, sungguh gadis itu malu sekali. Bukan karena Lusi tertarik padanya tapi melainkan karena gadis itu hanya penasaran saja, karena dia begitu sangat muda tapi sudah hebat dalam hal ini. Mungkin bisa di pastikan pemuda di sampingnya ini berusia dua puluh dua tahun.
Lusi kembali memfokuskan perhatiannya pada luar jendela. Ini baru kali pertamanya gadis itu memasuki area kota Surabaya, ternyata pemandangan kota dengan kampung desanya sangatlah berbeda jauh. maklum Lusi hanya anak desa yang tidak pernah ke kota sama sekali.
****
Tepat jam tujuh malam akhirnya Lusi sampai di rumah, laki-laki yang tadi mengantarkan gadis itu hanya di depan jalan raya saja, karena rumah Lusi dengan jalan raya berjarak lima puluh meter. Jadi laki-laki itu tidak bisa mengantarkannya langsung sampai depan rumah.
Saat Lusi ingin keluar, laki-laki itu menahan tangannya, Lusi pun membalikkan badan dan menatapnya dengan tatapan tanya. Pemuda di sampingnya itu hanya tersenyum lalu berkata. "Nanti saat paspor mu sudah keluar aku akan menelfon, untuk memberitahu kapan keberangkatan kamu ya mbak."
Lusi yang mendengar hanya menganggukkan kepala. lalu keluar dengan menarik tangannya yang masih di genggam oleh pemuda itu. tanpa berniat mengucapkan terima kasih ataupun selamat malam kepadanya, sungguh Lusi seperti anak tidak tau sopan santun.
"Ayah, aku pulang," ucap Lusi saat sudah di depan rumah dengan suara sedikit di naikkan.
Sang ayah pun keluar dari kamarnya dengan koran yang ia pegang. "Sudah pulang nak? Cepatlah bersihkan tubuhmu lalu pergi tidur."
Lusi mengangguk, lalu meninggalkan sang ayah yang telah terduduk di deras depan. Lusi membaringkan tubuhnya sejenak karena merasa sedikit capek.
"Haaaah ... haruskah aku meninggalkan ayah sendiri di sini?" gumam Lusi pada dirinya sendiri. lalu bangkit dan menuju kamar mandi.
Dua puluh menit kemudian.
Lusi selesai membersihkan diri. Lalu menuju ke arah luar karena ingin memastikan sang ayah apakah masih ada di teras atau sudah kembali ke kamarnya, saat sampai di depan pintu Lusi melihat ayahnya masih dengan koran yang ia baca. Lusi pun menghampirinya.
"Yah," panggil Lusi dan duduk di sebelah sang ayah.
Sang ayah pun menoleh ke arah Lusi seraya berkata. "Belum tidur nak?"
Lusi menggeleng pelan. "Belum ... sebentar lagi aku masuk kok yah. Em, ayah sudah makan belum?"
"Sudah tadi, ayah beli nasi di warung bibi Rus mu itu." ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya pada koran itu.
Lusi mengangguk kecil. "Yah?"
"Hm ...? Kenapa nak?" sahutnya.
"Kalau aku berangkat nanti, siapa yang akan mengurus ayah di sini? Kak Sinta kan ada di ikut suaminya jadi mungkin dia tidak akan bisa pulang untuk mengurus ayah." ucap Lusi pada sang ayah yang masih dengan korannya.
Ayah Lusi menghentikan acara membacanya, lalu menghadap ke arah sang anak sambil menepuk pundak anak gadisnya itu pelan.
"Kamu jangan khawatir ya, ayah kan bisa ke rumah nenekmu jika ayah mau makan," ucapnya menenangkan sang anak yang sudah mengeluarkan air mata.
Lusi mengusap air matanya yang sudah mengalir. "Jika ayah tidak ingin aku berangkat, aku bisa membatalkannya kok yah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments