Lusi pun memasukkan card tersebut ke dalam mesin pas di depannya.
"Terimakasih." dan terdengar suara dari arah mesin Pass card itu menandakan bahwa kartu yang di pegang Lusi telah bisa ia pakai.
"Jika sudah, yuk kita kembali setor," ucap Tony seraya menarik kembali tangan Lusi. Di pertengahan jalan menuju setor, Lusi melepaskan tangan laki-laki itu. Sehingga Tony pun juga menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanyanya bingung karena Lusi melepaskan genggamannya.
"Tidak apa-apa kak, hanya saja aku tidak terlalu suka jika tanganku di pegang orang," ucap Lusi dengan tersenyum kecil ke arah Tony.
Meskipun lusi terbilang masih remaja yang tidak tau dunia percintaan, tapi gadis itu tahu maksud dari sikap laki-laki di depannya ini. Lusi pun pergi lebih dulu melewati Tony yang masih berdiri di tempatnya.
"Eh, sudah datang? Kau sudah Pas card, 'kan Lusi?" ucap kak Sun saat melihat Lusi telah memasuki setor.
"Sudah kak, tadi kak Tony sudah memberikannya kepadaku," ucapku sembari meletakkan kotak bekal ku di atas meja.
"Oh gitu, lalu di mana Tony kok gak kelihatan?"
"Aku di sini kak," sahut Tony dari ambang pintu.
Lusi melihat Tony yang juga melihat ke arahnya dengan tatapan yang sulit gadis itu artikan. Lusi pun memilih untuk mengalihkan pandangannya pada kotak bekal yang kak Amber bawakan untuk ku. Lusi membukanya dan memakannya. membuang pikiran aneh yang memenuhi otak gadis itu.
"Guys semangat ya buat kerjanya, dan kamu Tony! Kamu ikut kakak membersihkan lift," ucap kak Sun yang diangguki oleh Lusi dan juga Tony.
beberapa jam kemudian pekerjaan pun akhirnya selesai juga, dan Lusi melihat jam di layar ponselnya ternyata pekerjaan gadis itu telah selesai lebih awal. Karena ini masih awal untuknya masuk ke dalam setor, akhirnya Lusi memutuskan untuk duduk di belakang tempat gudang mesin.
Lusi bersandar sambil menghirup udara segar di sana, tidak lupa juga di depan gadis itu terdapat pagar besi perbatasan gedung Evenue 8 dan gedung PJ 8 di mana gedung PJ 8 jauh lebih besar daripada gedung tempat ia bekerja. Membuat gadis itu lebih leluasa melihat pemandangan gedung di depannya yang memiliki taman luas di area itu.
"Sedang apa?"
Lusi membalikkan badannya ke arah belakang mencari sumber suara, ternyata Tony dengan dua es krim yang dipegangnya. Lusi melihatnya mendekat ke arahnya.
"Nih, buat kamu." ucap Tony sembari menyodorkan es krim yang ia pegang kepada Lusi.
Lusi melirik ke arah Tony yang menyodorkan es krim kepadanya, Lusi pun mengambilnya dan membuka es krim tersebut karena memang cuaca saat ini begitu panas sehingga sangat cocok untuk menikmati es krim tersebut.
Lusi dan Tony duduk saling berhadapan sehingga dapat membuat Lusi tahu bahwa laki-laki di hadapannya itu terus menatanya sedari tadi.
"Kak, tolong jangan menatapku seperti itu!" tegur Lusi saat Tony terus memandanginya.
Laki-laki itu menunduk seraya tersenyum. Lusi yang merasa sedikit risih segera berdiri untuk berniat kembali menuju setor karena memang sudah waktunya untuk turun ke bawah. Namun, langkah kakinya terhenti saat laki-laki itu mengucapkan kalimat yang tidak ingin gadis itu dengar.
"Lusi aku menyukaimu," ucapnya, sembari menghampiri Lusi dan berniat meraih tangan gadis itu.
Namun, Lusi segera menepisnya seraya membalikkan badan menghadap Tony. "Maaf kak Tony tapi kita baru kenal dua hari yang lalu, dan kak Tony langsung bilang bahwa kakak menyukaiku?"
"Aku serius Lusi, sesama satu kampung aku tidak mungkin membohongimu," ucapnya memberi penjelasan.
Lusi tak mengucapkan sepatah katapun. Karena gadis itu langsung pergi meninggalkan Tony begitu saja. Karena tak ingin menanggapi hal itu, Lisa pun meninggalkannya. Karena gadis itu datang kesini untuk bekerja mencari uang agar cepat kembali ke kampung halamannya. Bukan ingin berpacaran karena itu bisa menghambat kepulangannya.
"Lusi, Tony mana? Bukannya dia bilang ingin menghampirimu?" ucap kak Sun saat melihat ku hanya datang seorang diri.
"Kak Tony masih ada di atas kak," ucap Lusi, lalu Lusi pun menghampiri kak Sun untuk makan bersama dengannya sehingga beberapa saat Tony muncul dengan wajah sedikit menunduk.
"Ton, kenapa wajahmu basah?" tanya kak Sun.
"Aku cuci muka kak," ucapnya.
"Oh, yaudah sini makan bersama," ajak kak Sun sembari menepuk kursi di sebelahnya. Namun, laki-laki itu menolaknya, ia bilang bahwa ia masih kenyang sehingga laki-laki itu memilih untuk tidur di sofa saja.
Lusi melirik ke arah Tony yang menutupi wajahnya dengan tangan kanannya. Lusi tau bahwa laki-laki itu sedang terluka akibat dirinya, Lusi pun beberapa kali nampak menghembuskan nafasnya, ia merasa tidak enak hati atas laki-laki yang kini sedang merebahkan tubuhnya.
"Maafkan aku kak Tony." gumam Lusi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments