"Aku tidak terima Mas diperlakukan seperti ini! Aku akan buat Sella menderita, seperti yang aku rasakan saat ini. Semua gara-gara dia," umpat Disya.
Disya meraih ponselnya dan segera menghubungi ibunya di kampung. Dia ingin memberitahu kelakuan jahat Sella kepadanya.
"Assalamualaikum, Ibu. Hiks ... hiks ... hiks." Disya berakting sedramatis mungkin. Agar Ibunya menjadi tak suka dengan sang adik.
"Waalaikumsalam. Kamu kenapa Nak? Mengapa kamu menghubungi Ibu dan langsung menangis? Sebenarnya, apa yang terjadi dengan kamu? Katakanlah!" Rencananya berhasil, dia yakin kalau sang ibu akan berada di pihaknya. Dia ingin melihat Sella menderita.
Disya mulai menceritakan apa yang terjadi dengannya, tentu saja dia menambahkan penyedap rasa membuat sang ibu semakin merasa geram dengan kelakuan Sella.
"Kurang ajar! Benar-benar keterlaluan anak itu. Tega-teganya dia merebut Bagas dari kamu, ibu akan menghubungi dia dan marahi Sella. Gara-gara dia, Bagas jadi menceraikan kamu. Ibu tak habis pikir, mengapa Sella serendah itu. Apa sudah tak punya anak itu," umpat sang ibu. Tentu saja hal itu membuat Disya tersenyum licik.
"Iya, Ibu. Makasih ya Bu, Ibu memang paling mengerti Disya dari dulu. Nanti Disya transfer uang untuk Ibu ya," ucap Disya.
Disya yakin, kalau Sella akan menolak Bagas setelah ini. Jika dirinya tak bisa memiliki Bagas, Sella pun tak boleh. Semudah itu dia merayu sang ibu, terlebih dengan uang. Ibunya pasti akan bersemangat memarahi adiknya. Disya selalu memberikan uang untuk sang ibu, tentu saja dia akan lebih memilih Disya dibandingkan Sella. Terlebih Ibunya sangat menyayangi Disya.
"Dasar anak tak tahu terima kasih, suami kakaknya sendiri di rebut. Padahal selama ini Disya 'lah yang membantunya sekolah, tahu rasa kamu menyakiti kakak kamu," umpat sang ibu.
Tanpa menunda waktu terlalu lama, sang ibu langsung menghubungi Sella. Tentu saja akan menegur Sella.
"Pasti ibu marah besar kepadaku. Mba Disya pasti sudah cerita atas apa yang terjadi. Aku harus apa ya Allah," ucap Sella. Wajah Sella terlihat tegang, dia merasa gugup.
Irwan yang saat itu baru saja selesai masak, merasa bingung dengan ekspresi wajah Sella saat itu.
"Lo kenapa Sel? Kenapa enggak lo angkat teleponnya?" tanya Irwan yang kini berjalan menghampiri Sella.
Sella tampak terdiam, hanya sesekali menatap wajah Irwan. Dirinya merasa bingung, mengapa tiba-tiba saja wajah Sella berubah tegang seperti itu. Lagi-lagi Sella justru malah menangis.
"Sorry ... Sorry, kalau ucapan gue buat lo tak merasa nyaman. Gue tak ada maksud apa-apa Sel, ya sudah lo puas-puasin deh nangisnya sekarang. Setelah itu, lo makan ya. Gue sudah masak nasi goreng sama telor masa sapi. Sorry ya kalau hanya itu yang bisa gue masak. Secara gue disini hanya hidup sendiri," jelas Irwan dan Sella hanya menganggukkan kepalanya.
Untungnya hari ini tak ada kelas, mereka bisa bersantai. Sella masih memilih untuk menutup rapat permasalahan hidupnya, lagi pula dirinya merasa malu kalau Irwan tahu dirinya sudah tak virgin lagi.
Suara dering ponsel Sella terus berdering. Bukan hanya sang ibu saja, Bagas pun berkali-kali menghubungi dirinya. Namun akhirnya Sella memilih untuk blokir nomor telepon Bagas. Membuat Bagas kalang kabut, membuat dia kehilangan jejak Sella. Padahal dia ingin bertemu, meminta maaf, dan mengatakan semua yang terjadi.
"Sel, sorry gue tidur dulu ya sebentar. Mata gue ngantuk banget Sel, semalam gue habis balapan motor. Nanti lo makan saja ya, tak perlu malu. Anggap saja rumah lo sendiri. Kalau lo mau tidur, tidur saja di kamar satunya. Tak perlu takut, gue jinak kok. Untuk sementara waktu lo bisa tinggal disini, tetapi kalau lo tetap mau ngontrak. It's ok, nanti gue antar cari kontrakan sehabis gue bangun tidur," ujar Irwan.
"Iya, kamu tidur saja! Maaf ya, aku jadi merepotkan kamu," ucap Sella. Meskipun Irwan bicara sama Sella lo gue, Sella tetap mengucap aku kamu.
Bagas tampak kebingungan, karena Bagas kehilangan jejak. Bagas akhirnya memutuskan untuk mencari Sella ke kampusnya. Dia yakin Sella tak akan pulang ke kampungnya, Sella pasti akan mempertahankan kuliahnya.
"Ya Allah tolong lindungi Sella dimana pun dia berada, aku benar-benar berdosa kepadanya. Aku benar-benar breng*sek membuat dia menderita. Sella aku mohon, tolong maafkan aku! Aku akan menikahi kamu, mungkin saja benih aku sudah tumbuh di rahim kamu," ucap Bagas.
Bagas sudah dalam perjalanan menuju Sella kuliah, terlihat sekali penyesalan di wajahnya. Dia berharap, dirinya segera menemui Sella. Dia merasa berdosa.
Dengan perasaan kesal, akhirnya Disya pergi meninggalkan rumah yang dirinya dan Bagas tempati selama tiga tahun lebih.
"Aku diceraikan Bagas, aku ingin bertemu sama kamu. Aku tunggu kamu di hotel xxx sekarang," ucap Disya.
"Maaf, aku tak bisa datang sekarang. Aku sedang pergi sama anak dan istri aku. Paling besok aku baru bisa menemui kamu, aku tak mungkin keluar rumah jika tidak bekerja. Hana akan curiga sama aku," ucap Adit.
Disya langsung mematikan panggilan telepon dengan Adit. Dia merasa kecewa dengan Adit. Disaat dirinya membutuhkan Adit untuk sebagai sandarannya, Adit justru lebih memprioritaskan anak dan istrinya.
"Ah, Disya kau benar-benar bodoh! Gara-gara cinta butamu kepada Adit, kau tak bisa melihat siapa yang tulus kepadamu. Kamu telah kehilangan laki-laki terbaik dalam hidup kamu," Disya tampak memukul-mukul stir mobil. Dia sangat kecewa dengan Adit, sejak tadi dia terus mengumpat Adit.
"Aargghhh," teriak Disya.
Kecelakaan pun tak bisa dihindari. Disya tak mampu menghindari mobil di depannya. Disya kehilangan kendali, saat dirinya melamun dan tak fokus.
Air mata Disya menetes, setelah itu dia langsung tak sadarkan diri. Orang-orang yang melihat kejadian langsung berbondong-bondong menolongnya. Disya langsung dilarikan ke rumah sakit.
"Kita harus hubungi pihak keluarga korban," ujar salah seorang yang menolong Disya.
"Waduh di password ponselnya, tak bisa melihat nomor telepon keluarganya. Coba kita cari KTP-nya, semoga tempat tinggalnya sesuai KTP."
Kasus Disya sudah diatasi oleh pihak kepolisian. Polisi yang mendapatkan tugas, langsung bergegas untuk mencari rumah Disya.
"Semoga saja pihak keluarganya berada di rumah. Kasihan wanita itu, harus segera di operasi." ucap seorang penolong dan di iyakan penolong lainnya.
Mereka bergegas untuk pergi ke rumah sesuai alamat Disya. Namun, sayangnya Bagas tak ada di rumah saat itu. Dia masih mencari keberadaan Sella ke kampusnya.
"Maaf Mba, Mba punya nomor telepon pemilik ini tidak? Saya polisi lalu lintas yang menangani kasus kecelakaan saudari Disya," jelas sang polisi membuat Bi Inah merasa terkejut.
"Bu Disya kecelakaan? Kecelakaan dimana, Pak? Sebentar Pak, saya coba hubungi Pak Bagas," ucap Bi Inah.
Siapakah yang Bagas pilih? Disya yang sedang sekarat atau Sella wanita yang sedang dia cari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Greenenly
org yg kek gini perlu dimusnahkan
2024-08-05
0
asmara wati
ya jelaslah Adit pilih anak istrinya, kamu kan hanya pemuas hasrat 😸
2024-01-30
2
SyaSyi
Disya hrsnya. Typo🙏
2024-01-21
0