"Kak, makan dulu yuk! Aku sudah buatkan bubur sama teh manis hangat untuk Kakak," ujar Sella yang datang membawa satu nampa berisi bubur ayam yang dia buat dan juga teh manis hangat.
Bagas berusaha bangkit, dan kini posisinya duduk dengan menyender di kepala ranjang. Meskipun mulutnya terasa pahit, dia tetap ingin makan. Agar dirinya bisa segera sembuh. Dia tak ingin merepotkan adik iparnya terus menerus.
"Sel, kamu kok baik banget sih sama Kakak?" tanya Bagas membuat Sella tersentak kaget. Mengapa Kakak iparnya bertanya demikian. Tentu saja dia seperti itu, karena dia menyayangi Bagas seperti kakaknya. Lagi pula dia melakukan ini, karena perintah sang kakak.
"Karena aku sudah menganggap kakak, seperti kakak aku sendiri. Aku ingin kakak segera sembuh," ujar Sella.
"Makasih ya Sel, kamu sudah perhatian sama Kakak," ucap Bagas sambil mengelus rambut Sella dengan penuh kasih sayang.
Membuat jantung Sella berdegup kencang, wajahnya berubah memerah. Dirinya terlihat gugup. Perasaan itu tiba-tiba saja hadir.
"Maaf," ucap Bagas dan Sella hanya menganggukkan kepalanya. Melihat sikap Sella yang seperti itu, membuat Bagas merasa tak enak hati. Dia mengerutuki kebodohan yang dia lakukan.
Mendengar suaminya sakit, Disya justru memanfaatkan keadaan itu. Kesempatan untuk dirinya bersama Adit. Dia lebih memilih untuk bersama Adit, daripada dia pulang cepat untuk mengurus suaminya. Sebelum pulang, dirinya dan Adit memutuskan untuk check-in terlebih dahulu di hotel.
"Mas, kenapa sih kita tidak menikah saja? Kamu ceraikan Hana dan aku ceraikan Bagas? Lama kelamaan Bagas pasti akan curiga, kalau aku terus menerus menolak untuk memiliki anak. Tetapi, aku takut hamil anak kamu. Sedangkan aku masih berstatus istri Bagas. Mau tak mau aku melayani dirinya, dia akan curiga kalau aku terus menerus menolak berhubungan suami istri dengannya," protes Disya.
Adit terdiam, dia merasa bingung. Karena dia tak suka berhubungan intim menggunakan kon*dom. Namun, dirinya juga tak mungkin menceraikan Hana. Terlebih dirinya sudah memiliki anak di pernikahan mereka. Dia tak ingin anaknya menjadikan korban.
"Mba Disya kemana sih? Kasihan Kak Bagas, sudah jam 11 malam Mba Disya belum juga pulang," Sella menatap wajah sang kakak ipar.
"Sayangnya Kak Bagas suami Mba Disya. Jika dia bukan suami Mba Disya, aku mau memiliki suami seperti Kak Bagas. Mba Disya beruntung banget mendapatkan Kak Bagas. Sudah tampan, lembut, sabar, mapan lagi," Sella bermonolog sendiri dalam hati.
Karena Disya tak juga pulang, akhirnya Sella tertidur di sofa yang berada di kamar Bagas. Dia benar-benar setia menjaga kakak iparnya, membuat Bagas geleng-geleng kepala melihat sikap sang adik ipar.
"Ini anak pasti kalau punya kekasih atau suami, pasti setia banget. Aku saja yang hanya kakak iparnya, dia rela nungguin aku," gumam Bagas. Tanpa sadar dia memuji Sella. Mereka sudah saling memuji.
Bagas memilih turun dari ranjang diam-diam, dia tak ingin Sella terbangun. Dirinya sempat melirik ke arah jam dinding yang menempel di dinding kamarnya.
"Kemana Disya? Sudah jam 01.00 pagi belum juga pulang. Masa iya, dia masih di kantor jam segini? Benar-benar gila," ucap Bagas.
Bagas menyelimuti tubuh Sella dengan selimut. Dirinya tersenyum kala melihat Sella yang tidur meringkuk.
"Lucu banget si kamu," puji Bagas.
Bagas mencoba menghubungi ponsel istrinya. Sekali dua kali, Disya dan Adit belum juga membuka matanya, dan baru ke panggilan ketiga Disya terbangun dari tidurnya. Dia mengangkat tangan Adit yang memeluk dirinya. Membuat dirinya sulit untuk bangun.
Bukan hanya ponsel Disya saja yang berdering, Hana istri dari Adit pun mencari keberadaan suaminya. Karena menurut informasi dari scurity kantornya, Adit sudah pulang dari jam 18.30 WIB.
"Mas Adit kemana sih? Apa jangan-jangan dia memiliki wanita idaman lainnya?" Hana bermonolog sendiri.
Jika Hana memilih untuk tidur kembali, hal itu tidak untuk Bagas. Dia merasa tak dihargai istrinya. Tak mungkin istrinya bekerja hingga dini hari.
"Mas, istrimu sejak tadi menghubungi ponsel kamu. Pasti dia mencari kamu," ucap Disya yang mencoba membangunkan Adit.
Niat hati, hanya ingin beristirahat sejenak. Mereka justru malah tertidur pulas. Karena rasa lelah bekerja, ditambah rasa enak setelah bercinta.
"Biarkan saja, besok pagi aku telepon Hana. Mata aku masih mengantuk," jawab Adit. Dia tak sanggup untuk menyetir mobil untuk pulang ke rumah.
Sama halnya dengan Adit, Disya pun memilih untuk tidak menanggapi telepon dari suaminya.
"Keterlaluan kamu Dis, jangan salahkan aku jika akhirnya aku kecewa dengan kamu," umpat Bagas.
Amarahnya mereda, saat dirinya tak sengaja melirik ke arah adik iparnya yang sedang tertidur pulas.
"Andai Disya seperti kamu, pasti aku akan hidup bahagia karena merasa dihargai sebagai seorang suami. Diperhatikan, dan dihargai," ucap Bagas pelan.
Hingga akhirnya, Bagas pun memilih untuk naik ke ranjang kembali. Dia memilih untuk melanjutkan tidurnya, agar dirinya bisa segera sembuh.
Sella terbangun, dan melihat tubuhnya yang diselimuti memakai selimut. Dia sempat menghampiri kakak iparnya. Niat hati ingin memegang kening kakak iparnya, mengecek apakah panas atau tidak. Namun, karena Bagas spontan tersentak kaget dia justru menarik tangan Sella. Hingga dirinya terjatuh ke atas tubuh Bagas.
Jantung keduanya berdegup sangat kencang, saat netra mereka bertemu. Posisi mereka sangat intim. Hingga mereka terbuai. Perlahan bibir mereka mendekat, Bagas menarik sedikit tengkuk Sella. Ciuman pun terjadi. Bagas mencuri ciuman pertama Sella. Bagas mencium bibir Sella dengan penuh kelembutan, membuat Sella yang awalnya diam menjadi ikut mengimbangi permainan bibir sang kakak ipar.
Disaat Bagas tersadar, dia langsung menghentikannya. Dia menyadari kalau apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan, yang tak pantas dia lakukan.
"Maaf," ucap Bagas.
Sella langsung bangkit dan pergi meninggalkan Bagas yang masih merasa tak enak hati kepada Sella.
"Bodoh! Benar-benar bodoh kamu Bagas! Dia itu Sella bukan Disya! Dia itu adik ipar kamu! Bisa-bisanya kamu seperti itu!" umpat Bagas kepada dirinya sendiri.
Sella menangis di dalam kamar, mengapa hal itu bisa terjadi. Bisa-bisanya dia menikmati ciuman dari kakak iparnya. Kakak iparnya yang merenggut ciuman pertamanya. Karena kelamaan menangis, akhirnya Sella ketiduran.
Bagas sudah terlihat segar. Dia berniat untuk keluar dari kamar, untuk beristirahat. Bagas tampak mengerutkan keningnya, saat melihat Bi Inah sedang sibuk memasak.
"Bi, kok yang masak Bibi? Memangnya Sella kemana?" tanya Bagas yang merasa ingin tahu.
"Sepertinya Non Sella masih tidur, Pak," jawab Bi Inah.
"Tidur?" Membuat Bagas penuh tanda tanya. Dia tahu, kalau Sella tak pernah tidur di pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Greenenly
aku jd deg-degan..
2024-08-05
0
Greenenly
anjirrr egoiss banget... bangke lah
2024-08-05
0
nonsk2711
bakalan ada yg playing victim nih...
dy yg selingkuh malah menuduh adik nya pelakor,ada yg kek gt ada....
di tunggu apa kt author 😄
2022-11-17
1