"Yang, aku pengen. Sudah lama 'kan kita tidak berhubungan suami istri. Mas pusing di kantor, semoga saja bisa mengurangi tingkat stres. Mama juga selalu saja menanyakan, kapan kamu kasih keturunan untuk aku," ungkap Bagas selembut mungkin.
Bagas sangat tahu sifat istrinya yang tempramental. Oleh karena itu, dia selalu berusaha untuk berbicara selembut mungkin. Jika tidak, bisa berakibat fatal. Istrinya bisa marah besar dan mendiamkan dirinya berhari-hari. Padahal dulu, Disya selalu bersikap romantis dan bergairah di ranjang.
"Aku capek! Besok-besok saja. Sudah berkali-kali aku bilang, aku tak ingin memiliki anak dalam waktu dekat ini," sahut Disya ketus. Dia langsung membalikkan badannya, memunggungi suaminya.
Hal itu membuat Bagas bertambah tak karuan. Namun, dia memilih untuk memendamnya. Hingga akhirnya memilih untuk keluar dari kamar. Bagas tampak duduk di ruangan TV. Namun, sayangnya bukan dia yang menonton TV. Justru TV yang menontonnya, dirinya hanya duduk termenung dengan tatapan kosong.
"Kak Bagas? Kok belum tidur?" gumam Sella dalam hati.
Sella berjalan menghampiri kakak iparnya, tetapi Bagas tak juga terusik. Membuat Sella merasa bingung. Padahal yang tayang saat itu hanya siaran iklan indomie, tetapi kakak iparnya menatap layar TV begitu serius.
"Kak, Kak Bagas," panggil Sella sambil menepuk bahu kakak iparnya. Membuat Bagas terperanjat kaget.
"Eh, iya Sel. Ada apa?" tanya Bagas, seakan dirinya tak ada apa-apa.
"Kakak kenapa? Kakak sakit?" tanya Sella lembut. Dirinya sedikit merasa khawatir dengan kakak iparnya itu.
Bagas menggelengkan kepalanya. Karena dirinya memang tidak sakit. Hanya saja pikirannya saat ini sedang kacau. Sang istri seakan tak peduli dengan dirinya, dan ucapan sang Mama mengusik pikirannya.
"Orang yang sudah menikah, pastinya akan menginginkan seorang anak di dalam rumah tangga. Jika Disya terus menolak memberikan anak untuk kamu, berarti dia tak mencintai kamu! Lebih baik kamu ceraikan dia, dan cari wanita lain yang ingin mengandung benih kamu!"
Ucapan sang Mama terus terngiang. Namun, Bagas tak mungkin melakukannya. Dia sangat mencinta istrinya. Dia tak ingin hanya karena sang istri belum siap memberikan keturunan, lantas dia akan meninggalkan istrinya. Egois sekali dia, terlebih pernikahan mereka baru berjalan dua tahun. Banyak di luaran sana, yang sudah bertahun-tahun belum juga mendapatkan keturunan.
"Kakak mau kopi? Kalau mau, Sella akan buatkan," ucap Sella dan Bagas mengiyakan. Mungkin saja secangkir kopi mampu menenangkan pikirannya.
Sella langsung berlalu, pergi meninggalkan sang kakak ipar. Untuk membuatkan kopi untuk sang kakak ipar.
"Ini kopinya Kak! Kak aku pamit masuk lagi ya ke kamar," ucap Sella dan Bagas tampak menganggukkan kepalanya. Sella keluar dari kamar, karena hendak ke dapur mengambil minum. Setelah tujuannya selesai, dia langsung masuk kembali ke kamar.
Sebisa mungkin Sella berusaha untuk berpakaian sopan. Seperti saat ini, dia memakai stelan celana panjang. Bagaimanapun Bagas adalah kakak iparnya, dia harus menjaga perasaan sang kakak.
Bagas hanya bisa menghela napas panjang, saat melihat sang istri sudah tertidur pulas. Dia berjalan menghampiri ranjang tempat sang istri tertidur pulas. Bagas duduk di tepi ranjang dan memandang wajah sang istri.
"Mungkinkah ada laki-laki lain yang telah menggantikan posisi aku di hati kamu, Dis?" ucap Bagas lirih. Hatinya terasa sakit, untuk mengucapkannya.
Bagas mengelus rambut istrinya dengan lembut, dan bahkan sampai meneteskan air matanya. Membuat Disya terusik, dan langsung membuka matanya.
"Mas, aku 'kan sudah bilang. Aku ini capek, kenapa sih Mas masih saja menggangu aku? Memangnya Mas tidak mengantuk, sudah tidur sana!" ucap Disya kasar. Padahal dia melihat kalau mata sang suami berkaca-kaca. Namun, tak ada sedikit pun perasaan dirinya untuk merasa iba kepada suaminya.
Hingga akhirnya Bagas memiliki keluar kembali, dan berbaring di sofa depan TV. Perlahan mata dia meredup hingga akhirnya dia tertidur pulas.
Ponsel Disya berdering berkali-kali, membuat wanita itu terpaksa membuka matanya. Kemudian langsung mencari keberadaan ponselnya.
"Iya Pak, eh Mas. Ada apa telepon aku pagi-pagi?" tanya Disya dengan pelan. Dia takut suaminya akan mendengar percakapan dirinya dengan Adit sang bos di tempat dirinya bekerja.
"Cepat kamu siap-siap! Jam 06.00 WIB kita bertemu di Bandara Soekarno-Hatta. Kamu temani aku ke Yogyakarta ya," ucap Adit. Tentu saja Disya tak akan menolak, selain ini adalah tugas untuknya. Ini juga adalah waktu yang pas untuk bersama kekasih sekaligus bosnya. Diam-diam Disya selingkuh dengan bosnya di kantor. Bahkan hubungan mereka sangat dekat.
Disya langsung bangkit dari ranjang, untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Terpaksa dia harus meninggalkan suaminya lagi, untuk bersama Adit.
"Kamu mau kemana?" tanya Bagas dengan suara khas bangun tidur.
"Mas, aku harus segera berangkat menemani Pak Adit ke Yogyakarta. Barusan Pak Adit telepon aku, dia meminta aku untuk menemaninya," ungkap Disya sambil dirinya sibuk memasukkan pakaian ganti dan juga kosmetiknya ke dalam koper.
"Bisa tidak sih bos kamu itu tak mengajak kamu untuk pergi ke luar kota? Harusnya dia mikir, kamu itu sudah berkeluarga. Sudah memiliki suami. Suami kamu ini juga seorang pemimpin perusahaan, tetapi aku sebisa mungkin tidak mengajak sekretaris aku untuk perjalanan dinas. Kecuali benar-benar mendesak," protes Bagas.
"Apa perlu aku yang bicara langsung sama bos kamu? Makanya, kamu itu berhenti saja! Bahkan aku bisa membayar gaji kamu 2 atau bahkan 3 kali lipat dari gaji kamu," ucap Bagas. Bagas mulai merasa lelah dengan sikap sang istri yang keras kepala. Hingga akhirnya pagi ini dia bersikap keras kepada istrinya.
"Mas, aku sedang tidak ingin bertengkar ya sama kamu! Sudah berkali-kali aku katakan sama kamu, aku menyukai profesi ini. Kamu 'kan yang pernah bilang sama aku, kalau kamu tak akan membatasi aku untuk berkarier. Meskipun aku sudah sudah menikah. Sudah Mas, aku harus berangkat sekarang. Aku tak ingin Pak Adit marah sama aku, karena aku datang terlambat. Tenang saja, aku tak lama kok perginya, kemungkinan besok aku juga sudah pulang," sahut Disya.
Disya meraih tangan suaminya, untuk mencium tangannya. Kemudian langsung pergi meninggalkan suaminya begitu saja.
"Aaahhhh, Disya! Kau selalu saja membuat aku kesal!" umpat Bagas.
Bagas terlihat sangat marah dan kecewa. Dia langsung menarik sprei dan melempar semua bantal dan guling yang berada di ranjangnya. Bahkan dirinya tidur di sofa luar saja, istrinya tidak peduli. Untungnya Sella membangunkan dirinya. Jika tidak, dia pasti akan bangun kesiangan dan terlambat ke kantor. Wangi masakan yang dibuat Sella, membuat perut Bagas terasa lapar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Greenenly
naaahh kaaannn.. menjengkelkan syekali
2024-08-05
0
Greenenly
keknya disya telah mendua/NosePick/
2024-08-05
0
Dwi Setyaningrum
baru mampir nih Thor..ini versi istri kurang bersyukur nih kurang apa coba suaminya Bagas sdh mapan,pasti tampan dong perhatian dan cinta banget sm istri lah ini istri malah nyari belaian cowok lain hadehhh🤔🤔
2024-03-29
0