"Makasih ya Sel, ayo kita makan bersama!" ajak Disya kepada sang adik, saat Sella menyajikan makanan di meja makan.
Disya memaksa Sella untuk makan bersamanya. Awalnya dia menolak, karena merasa tak enak mengganggu kebersamaan sang kakak dengan kakak iparnya. Terlebih dirinya dengan Bagas sempat berciuman mesranya.
"Kuliah kamu bagaimana, Dis?" tanya Disya di sela-sela makan bersama mereka.
"Alhamdulillah Kak, berjalan lancar. InsyaAllah dua tahun lagi lulus," ucap Sella. Bagas hanya menyimak percakapan adik dan kakak. Dirinya sesekali hanya melirik ke arah Disya dan juga Sella secara bergantian. Jika dibandingkan Disya, Sella memang lebih cantik.
"Kamu sudah punya pacar belum?" tanya Disya membuat Bagas tersedak, dirinya tersentak kaget saat Disya membahas masalah pacar.
"Pelan-pelan dong Mas makannya, jadi tersedak 'kan! Ini minum dulu," ucap Disya sambil memberikan satu gelas berisi air putih.
Disya baru saja sampai di kantor, dia berniat membahas hal ini kepada Adit. Dia berpura-pura membawa satu map berisi berkas-berkas ke ruangan Adit. Agar pegawai lain tak merasa curiga kepadanya. Disya mengetuk pintu ruangan Adit terlebih dahulu.
"Ada apa?" tanya Adit, saat melihat kekasihnya sudah berada di hadapannya.
"Aku ingin resign, aku ingin menjalani kehidupan normal bersama Bagas. Aku sudah memutuskan untuk memberikan anak kepada Bagas. Aku rasa hubungan kita memang harus diakhiri, karena akhirnya kita tak akan pernah bersama," ucap Disya membuat Adit terkejut.
Adit langsung bangkit dari kursi kebesarannya dan menghampiri kekasihnya.
"Kamu yakin dengan apa yang kamu ucapkan?" tanya Adit dan Disya langsung menganggukkan kepalanya. Adit menatap wajah kekasihnya yang kini memilih menundukkan kepalanya tak berani menatapnya.
Adit mengangkat dagu kekasihnya, dia ingin melihat mata kekasihnya.
"Tatap mata aku! Kamu yakin mau pergi dari hidup aku?" tanya Adit membuat Disya tak mampu berkata-kata.
"Asal kamu tahu ya! Kamu itu hanya menjadi milik aku sampai kapanpun! Meskipun saat ini aku harus berbagi dengan Bagas, karena pada akhirnya kamu akan menjadi milik aku seutuhnya. Mengapa kamu bicara seperti itu? Apa rasa cintamu untuk aku telah hilang?" tanya Adit, dan Disya justru malah meneteskan air matanya.
Dadanya terasa sesak untuk menjawab pertanyaan dari Adit. Sungguh semua ini bukan yang dia inginkan, dia terpaksa harus melakukan hal ini. Karena Bagas adalah suami sahnya, dan Adit tak pernah memberikan kepastian kepadanya.
"Aku tahu, kalau ini semua bukan yang kamu inginkan. Aku tahu, kalau cinta kamu kepada aku sangat besar," ucap Adit yang kini memeluk tubuh kekasihnya. Membuat Disya menangis sesenggukan.
"Aku bingung. Aku harus berbuat apa? Bagas sudah meminta seorang anak di pernikahan kami. Semalam dia marah besar, dia menemukan pil KB di laci meja rias. Dia merasa kecewa, karena aku tak mau hamil anaknya," ungkap Disya yang masih terisak tangis.
"Baiklah, aku yang akan mengalah. Aku tak akan membuang di dalam lagi, dan sesekali aku akan memakai pengaman saat berhubungan dengan kamu. Agar kamu tak merasa bingung, jika nantinya kamu hamil," ujar Adit.
Bukan suatu solusi yang baik. Adit benar-benar tak mau rugi dan kehilangan Disya. Dia berada di posisi yang salah, dan mau tak mau harus siap seperti apapun.
"Aku mohon, kamu jangan resign! Nanti aku bingung lagi mencari sekretaris yang cocok dengan keinginan aku. Kalau aku kangen sama kamu bagaimana?" rayu Adit, hingga akhirnya membuat Disya luluh.
"Nanti, kalau aku punya anak sama Bagas bagaimana?" tanya Disya yang kini menanti jawaban dari kekasihnya.
"Ya tak masalah, aku juga sama Hana 'kan punya anak. Justru bagus dong, adil," sahut Adit dengan santainya.
"Tapi, aku tak mau terus menerus menjadi kekasih kamu. Aku ingin menjadi istri resmi kamu," ucap Disya. Memang bodoh kamu Disya, padahal kamu sudah menjadi istri sah dengan Bagas. Tetapi dirinya justru ingin menjadi pelakor yang nantinya di benci banyak orang.
"Sudah ya, kamu tenang! Kita jalani saja dulu hubungan kita ini," ujar Adit dan Disya mengiyakan.
"Ya sudah, aku angkat panggilan telepon dari Hana dulu ya. Nanti kita makan siang bareng ya di luar," ujar Adit.
Menangis pun tak ada artinya, karena kamu yang telah memilihnya menjadi seperti ini. Waktunya makan siang, Adit dan Disya keluar bersama. Kali ini mereka memutuskan untuk naik mobil bersama. Pegawai lainnya tentu saja tak merasa curiga, karena sudah sewajarnya bos jalan berdua dengan sekretarisnya.
Mereka kini sudah berada di sebuah restoran. Adit ingin menyenangkan hati kekasihnya, agar tak meninggalkan dirinya. Mereka terlihat mesra, tak tahu kalau sejak tadi ada yang memperhatikan dirinya. Bagas terlihat mengepalkan tangannya. Hatinya terasa sakit, saat melihat istrinya sedang bermesraan dengan laki-laki lain.
Sejak tadi dirinya terlihat tak fokus, jika saja dirinya tak sedang bersama kliennya. Pastinya Bagas langsung menghampiri pasangan kekasih itu. Adit terkejut saat tersadar, dan melihat Bagas yang kini menatap ke arahnya.
"Kamu kenapa si Mas? Mengapa wajah kamu terlihat panik seperti itu?" tanya Disya kepada Adit.
"Suami kamu di belakang kamu, dia sedang memperhatikan kita," ucap Adit.
Membuat jantung Disya seakan terhenti seketika. Dirinya terkejut dengan ucapan Adit.
"Kamu serius Mas, tak bohong?" tanya Disya untuk meyakinkan lagi.
"Iyalah, ngapain juga aku harus bohong. Pasti suami kamu marah besar sama kita," ucap Adit membuat Disya merasa panik.
Acara meeting telah selesai, sang klien sudah pergi meninggalkan dirinya. Bagas langsung menghampiri istrinya dengan Adit. Disya berusaha menetralkan perasaannya saat ini. Agar tak terlihat gugup saat bicara sama suaminya.
"Jadi ini ya yang dilakukan kalian dibelakang aku? Aku kecewa sama kamu Dis, benar-benar ya kamu. Padahal aku berusaha untuk mempercayai kamu, dan kamu justru malah membuat aku kecewa. Sejak awal aku sudah curiga, kalau kalian memiliki hubungan. Bukan hanya seorang bos dengan sekretarisnya. Namun, selama ini kamu terus mengelak," ucap Bagas ketus.
"Dengarkan aku dulu Mas, Mas salah paham. Aku sama Pak Adit tak ada hubungan apa-apa. Kami hanya sekadar makan siang bersama, tak lebih. Benar 'kan, Pak?" ucap Disya mengelak.
"Bisa-bisanya kamu mengelak. Padahal sudah jelas, aku sudah melihat kemesraan kalian di depan mata kepala aku sendiri. Kalian itu bukan hanya seperti bos dan sekretaris. Apa yang dilakukan kalian sangat mesra, seperti seorang kekasih. Mas saja tak pernah sekalipun bermesraan dengan sekretaris Mas, kami memiliki batasan," ujar Bagas.
"Dengar ya! Apa yang diucapkan Disya itu memang benar. Hubungan kami memang dekat, tetapi tak lebih dari hubungan atasan dengan sekretarisnya. Maaf, jika Anda tadi sempat salah paham melihat kami sangat mesra. Disya sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri," ucap Adit ikut bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
PRIA BAIK2 TDK AKAN MEREBUT MILIK ORANG LAIN,APALAGI SAMPAI BERBAGI,DASAR DISYA AJA YG BODOH,GAK TAU AJA DIA ADIT JADIKAN PEMUAS NAFSUNYA SSELAGI DIA JAUH DARI ISTRINYA..
2025-02-22
0
Greenenly
klo percaya kamu bagas.. kamu bukan lki2 namanya..
2024-08-05
0
Harwanti Unyil
jangan percaya sm mereka dn jangan mau di bohongin terusan" sm istri mu
2022-11-20
1