"Yang, besok katanya mama mau main ke rumah kita," ujar Bagas kepada sang istri. Disya tampak bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Dia tampak memoles wajahnya, agar selalu terlihat cantik di depan Adit.
Bagas sering kali protes melihat penampilan istrinya, terlebih istrinya kini semakin berani dalam berpakaian. Bagas merasa tak suka, aurat istrinya umbar secara bebas.
"Mau ngapain si mama kesini, paling juga membahas tentang anak lagi," sahut Disya ketus.
Hubungan Disya dan ibu mertua menjadi renggang, karena Disya merasa tak suka dengan sikap ibu mertuanya yang kerap menyuruhnya memiliki anak.
"Yang, bisa tidak sih kamu tidak berpakaian terlalu mini seperti itu? Lama-lama Mas tak sabar sama aturan bos kamu itu. Suami kamu itu seorang pemimpin, tetapi aku tak pernah bersikap seperti bos kamu. Justru Mas tak suka sekretaris Mas berpakaian seksi, Mas merasa risih," ungkap Bagas.
"Kesukaan bos 'kan beda-beda. Lagi pula bagus dong kalau kamu tak membiarkan sekretaris kamu berpakaian seksi. Nanti yang ada kamu tergoda sama sekretaris kamu. Awas saja kalau itu terjadi, aku tak akan pernah memaafkan kamu," ujar Disya.
Dia selingkuh, tetapi dia tak mau di selingkuhi. Dia tak ingin merasakan apa yang dia lakukan dengan Adit.
"Ya sudah, aku berangkat dulu ya Mas. Sudah kesiangan aku. Nanti aku sarapan di kantor saja. Nanti kamu sarapan sama Sella saja ya. Dah, Mas," ucap Disya sambil melabuhkan kecupan di pipi suaminya. Dia juga langsung meraih tangan suaminya dan mencium tangannya.
Setelah itu dirinya langsung mengambil tasnya dan memasukkan ponselnya, kemudian keluar dari kamar meninggalkan suaminya.
"Sel, nanti kamu temani Kak Bagas sarapan ya! Kakak soalnya sudah kesiangan," pesan Disya kepada sang adik dan Sella mengiyakan.
Seperti beberapa hari kemarin, hanya Sella yang menemani Bagas sarapan.
"Makasih ya Sel," ucap Bagas saat Sella sudah menyiapkan satu piring nasi goreng ditambah telur mata sapi. Sella juga sudah menyiapkan teh tawar hangat. Sella hanya menjawab dengan senyuman manisnya.
"Semenjak Sella tinggal bersama Kakak, berat badan Kakak meningkat. Kebutuhan gizi juga terjamin, karena Kakak ada yang menemani makan. Biasanya Kakak lebih memilih makan di luar atau memilih tidak makan. Pulang kerja langsung mandi dan tidur," ungkap Bagas.
Hubungan Bagas dan Sella awalnya sempat renggang. Sella sempat menghindar dari Bagas, membuat Bagas merasa kehilangan sosok Sella. Hingga akhirnya dia meminta maaf kepada Sella, mengatakan kalau dirinya waktu itu karena khilaf. Perlahan hubungan mereka membaik lagi, seperti saat ini.
"Sel, bisa tidak Kakak minta tolong sama kamu. Besok 'kan ibunya Kak Bagas mau main ke rumah. Bisa tidak kamu tolong masakin makanan untuk kita makan bersama. Karena dia tak terlalu suka masakan restoran," ucap Bagas sambil asyik menikmati sarapan pagi bersama.
"Masak apa ya Kak? Ibunya Kak Bagas suka makanan apa? Suka makanan pedas tidak?" tanya Sella kepada Bagas.
"Dia suka apa saja. Ini uang buat belanja bahan makanan besok, terserah kamu atur saja ya! Maaf ya Kakak jadi merepotkan kamu. Soalnya masakan kamu enak, pasti mamanya Kak Bagas menyukainya," ucap Bagas sambil memberikan lima lembar uang berwarna merah.
Rencananya Sella ingin membuatkan sop iga, ayam goreng, dan sambel. Sella juga ingin membuatkan kue bolu keju untuk puding buah untuk cemilan. Sella mempunyai bakat memasak dan membuat kue yang menurun dari sang mama.
Sella tampak antusias memasak makanan untuk ibu mertua sang kakak. Berbeda halnya dengan Disya yang justru terlihat uring-uringan merasa tak suka.
"Kamu itu aneh banget si Yang, mertua mau menengok malah tak suka," sindir Bagas.
"Masalahnya, Ibu kamu itu cerewet banget. Kebanyakan mengatur hidup aku. Kalau jadi istri itu harus begini begitu, jadul," cerocos Disya.
Mau tak mau Disya berusaha bersikap baik, karena dirinya masih berstatus istri dari Bagas. Dia sudah berdandan cantik. Dia meras apa yang dilakukan, selalu salah dimata mertuanya. Padahal hal itu demi kebaikan dirinya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ayo Ma, Pa masuk!" Bagas langsung menyambut kedatangan kedua orang tuanya.
"Ma, Bagas panggilkan Disya dulu ya. Dia masih di kamar," ucap Bagas dan kedua orang tuanya menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
Sebenarnya, ibu mertuanya Disya itu baik. Hanya dia sudah menginginkan cucu. Terlebih Bagas anak satu-satunya. Dia juga ingin Disya lebih memperhatikan Bagas. Dia ingin Disya tetap memprioritaskan keluarga, dibandingkan pekerjaannya. Jika Disya tak memiliki waktu, dia menyuruh Disya untuk berhenti bekerja. Lagi pula sang anak sudah mapan, memiliki perusahaan mengapa istrinya harus bekerja di perusahaan orang.
"Sel, tolong buatkan teh manis hangat untuk orang tua Kak Bagas ya," ucap Bagas dan Sella mengiyakan.
Bagas langsung masuk ke kamar menemui sang istri, mengatakan kedua orang tuanya sudah menunggu di ruang tamu. Disya akhirnya turun mengikuti permintaan suaminya. Meskipun dirinya harus terpaksa bersikap baik kepada mertuanya.
"Sella di sini? Sudah lama?" tanya Mamanya Bagas saat Sella membawakan empat cangkir teh untuk kedua orang tua Bagas, Disya, dan juga Bagas. Dia juga mencium tangan kedua orang tua Bagas secara bergantian.
"Iya, Bu. Sella melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Alhamdulillah dapat beasiswa dari pemerintah untuk biaya akademisnya. Makanya Sella menumpang tinggal di sini," ucap Sella sopan.
Sella pamit ke belakang, karena dia sedang menyiapkan makanan untuk mereka makan siang dengan di bantu Bi Inah.
"Seperti Sella dong! Sudah sopan, cantik alami, pintar masak lagi. Istri idaman banget, sayang Bagas tak kenal Sella duluan," sindir sang ibu mertua membuat Disya merasa geram.
"Ya sudah, Mas Bagas suruh nikah saja sama Sella. Susah banget," sahut Disya ketus.
"Jangan bicara seperti itu! Ingat, ucapan itu doa. Jangan sampai kamu menyesal, jika suatu hari nanti ucapan kamu terkabul," sindir mamanya Bagas lagi.
Jika Bagas dan papanya Bagas tak melerainya, dua wanita itu pasti masih akan terus bertengkar.
"Kamu itu jangan nurut banget sama istri. Ingat, kamu itu seorang laki-laki! Laki-laki itu harus tegas, harus bisa mendidik istri kalau salah jalan. Nanti kamu yang dosa, kalau istri kamu tak benar. Makanya istri kamu itu semakin lama semakin kurang ajar, karena kamu terlalu memanjakannya. Cinta sih boleh, tetapi bukan berarti mau saja dibodohi," cerocos sang mama.
Sejak awal sebenarnya mamanya Bagas kurang setuju dengan Disya, karena penampilan Disya yang seksi dan sopan santunnya kurang. Namun, demi kebahagiaan sang anak dia akhirnya menyetujui hubungan anaknya dengan Disya.
"Gimana mau cepat hamil, kalau sifat kamu pemalas seperti itu. Lama-lama suami kamu bisa berpaling dengan wanita lain. Ini di rumah kerjaannya malas-malasan, malah menyuruh adiknya yang masak," sindir mamanya Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
good mama
2024-01-11
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
bener banget mammm
2022-12-22
0
Joveni
btul tuh gas... cinta boleh tapi kalo tersakiti ya bertindak lah jangan cuma pasrah2..
2022-12-16
0