Khan keluar dari ruang meeting dengan emosi. Wajah Khan memerah dan seolah ingin menelan bulat-bulat orang yang ada di depannya. Tidak ada orang yang berani menatap jika atasan sedang marah.
Asisten Satria hanya mengikuti dari belakang dengan diam seribu bahasa. Jika tuannya sedang marah dia tidak berani berkata. Dia hanya akan menunggu setelah Khan meredakan emosi duduk di singgasana kursi sambil termenung.
Dalam lamunan Khan, terlintas wajah Vefe. Dalam pikiran masih belum bisa menemukan mengapa saat bersalaman dengan dia Khan tidak berkeringat dingin dan menggigil. Tadi saat Eno hampir memegang lengan langsung berkeringat dingin.
Wajah dan senyum Vefe seolah menari-nari di pikiran. Di mana akan mencari gadis tangguh itu jika tidak mengetahui alamat dia. Mulai dari mana akan mencari akankah memulai dari pemakaman itu.
"Satria ...!" teriak Khan setelah setengah jam duduk termenung.
"Ya Tuan, jadwal Anda hari ini ...?"
Khan memotong ucapan asistennya karena tidak berniat bekerja hari ini, "Tidak perlu kamu bacaan jadwal hari ini, kamu cancel semua!"
"Baik Tuan."
Tolong hubungi security , motor gede dikeluarkan dan dipersiapkan!"
"Baik Tuan."
"Satu lagi, hari ini kamu ikut aku. Jangan lupa memakai jaket!"
Asisten Satria mengerutkan keningnya sambil memandangi wajah tuannya. Ada wajah tenang dan tidak emosi lagi di Tuan Khan saat ini. Tidak biasanya Tuan Khan seperti hari ini, biasanya dia akan jutek sampai sore jika selesai marah.
"Kita mau ke mana, Tuan?"
"Ikut saja jangan banyak tanya."
Asisten Satria langsung menganggukkan badan dan keluar dari kantor. Menghubungi kepala securiity untuk mengeluarkan motor gede milik Tuan Khan. Dan mempersiapkan diri mengikuti tuannya yang tidak di ketahui ke mana tujuan.
Khan berganti baju dari setelan jas dengan celana jeans dan jaket kulit. Sarung tangan dan sepatu kets dan tidak lupa helm standar. Berjalan keluar kantor dengan langkah panjang.
Tidak memperdulikan sapaan karyawan dan kekaguman para karyawan wanita yang memujanya. Sebagian besar karyawan wanita selalu terpana melihat ketampanan wajah blasteran Amerika Jawa. Walaupun galak dan jutek tetap saja menjadi idola.
Eno hanya terpaku saat melihat Khan melintas. Ancaman dan kemarahan Khan tadi cukup membuat dia syok dan kaget. Biasanya Khan marah tetapi tidak pernah menganjam untuk di pecat.
Eno langsung berteriak kepada karyawan wanita bawahannya setelah Khan berlalu, "Jaga mata kamu dari calon laki aku!"
"Maaf ya Bu, jangan menghayal terlalu tinggi, kalau jatuh akan terasa sakit." Salah satu karyawan wanita berlalu sambil mengibaskan tangannya.
"Kami memuja Tuan Khan, selama janur kuning belum melengkung kita tetap akan menjadi pesaing Ibu!" teriak salah satu pengagum Khan.
"Jangan mimpi, Dia tetap milik Eno seorang."
Eno disoraki seluruh karyawan yang ada. Mereka tahu betul Eno tidak pernah di anggap oleh Tuan Khan. Cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.
Khan mulai melajukan kuda besinya diikuti Asisten Satria duduk di belakang. Membelah jalanan ibu kota yang padat dan disertai bisingnya kendaraan yang berlalu lalang.
Mulai dari menyelip kendaraan besar, mencari celah jalanan yang cenderung macet. Sampai melewati beberapa lampu merah tanpa henti. Sampai tiba melewati pinggiran luar jalan tol yang terlihat sepi, Khan terus menuju ke sebuah pemakaman umum.
Berhenti tepat di pintu gerbang pemakan umum membuat Asisten Satria bingung, "Tujuan kita ke pemakaman ini, Tuan. Siapa yang meninggal dunia?"
"Kita mencari orang yang masih hidup bukan orang meninggal," jawab Khan sambil melihat sekitar pemakaman yang sepi.
"Orang yang dicari tinggal di pemakaman, Tuan?"
"Tidak tahu juga."
"Jangan-jangan orang yang Tuan cari orang yang bangkit dari kubur, Tuan."
"Huuus ... Kamu ini ngawur saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
uyhull01
haha lucu juga asisten Satria ini🤭
2023-01-28
1
Serli Ati
ada-ada aja kamu satria, bikin emosi khan aja, semoga cepat bertemu dengan vefe ya khan.
2022-12-30
1
VERALI
Semoga cepet ketemua gadis pujaanmu Khan..
2022-12-03
1