Kinara tiba di toko Bu Amina, dan menyerahkan pesanan kuenya, lalu mengambil hasil pesanan kemarin, "Nara, kamu gak mau cari pegawai? semakin hari pesanan toko semakin banyak, kalau kamu kelelahan bahaya buat bayi kamu.."
Kinara mengangguk "Saya sedang memikirkannya Bu, dan juga karena pesanan yang tidak menentu saya memilih pekerja lepasan saja, saya belum mampu jika harus membayar pegawai tetap."
Bu Amina mengangguk "Begitu juga bagus, setidaknya saat pesanan banyak kamu masih bisa sedikit istirahat"
Kinara mengiyakan.
Pintu toko terbuka lalu masuk sosok jangkung yang tak Kinara kenal kedalam toko "Permisi"
"Silahkan.." Kinara menggeser tubuhnya agar pria itu bisa memesan kue dan melihat etalase.
"Apa yang paling enak disini?" Pria itu melihat kearah Kinara.
Kinara mengerjapkan matanya tak menyangka bahwa pria itu akan bertanya padanya "Semuanya enak Pak, untuk mencoba biasanya toko menyediakan tester.." Kinara bergerak kearah etalase dan mengambil kue yang bisa di coba oleh pelanggan sebelum dibeli.
Bu Amina mengangguk lalu mempersilahkan Kinara melayani pelanggan baru mereka, Kinara memang tak jarang ikut membantu jika toko Bu Amina sedang sibuk, jadi Kinara sudah terbiasa.
"Ini enak, tapi anak saya suka kue brownies, apakah ada yang spesial disini?"
"Ah, kami punya Pak. Dan baru saja dibuat jadi masih fresh, dan rata-rata pelanggan kami menyukainya."
"Apa boleh saya mencoba?"
"Maaf pelanggan hanya boleh mencoba kue buatan toko, karena orang yang menitipkannya tidak memberikan tester.." Bu Amina melihat kearah Kinara yang menipiskan bibirnya.
"Ah, baiklah kalau begitu saya ambil satu, tapi jika ini tidak disukai anak saya, saya akan mengembalikannya" Bu Amina meneguk ludahnya kasar lalu melihat Kinara yang tersenyum kecut.
"Dan jika anak anda menyukainya anda harus membayar dua kali lipat!" Kinara tak suka dengan orang sombong di depannya ini, dia fikir siapa dia belum tahu rasanya sudah meremehkan.
Pria itu mengangguk lalu membayar sesuai harga, dan pergi dari toko "Apa maksudnya itu! menyebalkan.. mana ada orang seperti itu, kalau ragu kenapa harus beli.." Bu Amina tersenyum.
"Itulah kenapa saya menyediakan Kue untuk di coba, agar apapun yang mereka beli mereka puas dan suka.."
"Tetap saja kenapa harus ada kata-kata mengembalikannya" Kinara cemberut.
Bu Amina hanya terkekeh, baginya melayani pelanggan yang menyebalkan sudah biasa, hanya saja dia sedikit tertegun saat tatapan pria muda itu begitu tegas dan mengintimidasi, tapi anehnya Kinara tak terpengaruh sama sekali.
.
.
.
Abi baru saja turun dari mobilnya, dan membawa sebuah kantung dengan kotak kue di dalamnya, di dalam rumah dia melihat Asistennya sudah ada dan bermain bersama Arumi.
Sejak kejadian Arumi hilang Abi memperbanyak kehadirannya dirumah, karena Arumi juga menjalani homeschooling jadi Abi juga sebisa mungkin mengerjakan pekerjaannya dirumah untuk menemani Arumi.
Berawal dari Riana yang tak mau repot mengantar Arumi ke sekolah atau menghadiri acara orang tua murid, karena itu Arumi sekolah di rumah.
Abi memberikan kotak kue pada pelayan "Potong dan bawakan keruang tamu!"
"Baik Pak" Abi berjalan mendekat kearah Asistennya dan Arumi.
"Kamu sudah datang?"
"Ya, Pak" Asistennya menegakkan tubuhnya dan mengangguk pada Abi.
"Kamu bawa yang aku minta?" Asisten mengangguk.
"Rumi, papa bawakan brownies untuk Rumi diruang tamu, kamu tunggu papa disana ya, ada yang mau Papa bicarakan sama Om Rudi.."
"Ya Papa" Arumi mengangguk dan pergi.
"Ini berkas yang perlu anda tanda tangani, dan ini berkas perceraian anda.." Asisten Abi berdehem "Lo yakin mau bercerai?" Abi melihat kearah sahabat sekaligus Asistennya, dan jika dia bertanya dengan bahasa informal itu berarti Rudi sedang menjadi sahabatnya.
"Gue gak pernah seyakin ini, lagi pula selama ini Riana juga menginginkannya"
"Terus Rumi?"
Abi mengedikan bahunya, kemarin Abi bertanya pada Arumi seandainya Papa dan Mama tinggal terpisah, Arumi akan tinggal bersama siapa? dan jawaban Arumi membuatnya lega, bahwa Arumi akan tinggal dengan Papanya, mungkin karena Arumi juga sudah tau tabiat Riana.
Lagi pula dia tak perlu khawatir karena Riana tidak akan mau mengasuh Arumi, jika pun Riana menggugat hak asuh anak dia akan berjuang agar hak asuh Arumi ada padanya.
"Apa ini karena perempuan bernama Kinara itu?" kemarin Abi memintanya mencari tahu tentang perempuan bernama Kinara, dan semua informasi sudah Abi dapatkan sejak pagi.
Abi mengeplak kepala Asistennya "Bicara sembarangan, Gue cuma pengen tahu orang yang menemukan Arumi, dan lagi apakah orang itu baik atau tidak, jangan sampai dia memberi pengaruh buruk untuk Arumi"
Rudi mendengus dan mengelus kepalanya "Lalu hasilnya..?"
"Lo nanya? kan Lo yang cari tau"
"huh, menurut Lo?, gue kira rumah tangga Lo yang paling menyedihkan, tapi ternyata.." Abi mengacuhkan dan memilih pergi kearah ruang tamu dimana Arumi berada.
Abi melihat Arumi sedang menikmati brownies yang dia beli dari toko kue, yang dia tahu Kinara yang membuat kue itu, Rudi sudah memberikan informasi bahwa Kinara menghasilkan uang dari membuat brownies dan dititipkan ke toko kue di dekat rumahnya, Abi bahkan punya informasi lengkap tentang status Kinara yang seorang janda yang sedang mengandung.
Abi rasa Kinara cukup berani karena bercerai dalam kondisi hamil, disaat wanita lain terpaksa bertahan hanya karena demi anak mereka, tapi Kinara berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Disaat dia saja yang seorang pria, ingin mempertahankan rumah tangga nya dengan Riana demi Arumi, Kinara yang seorang perempuan justru berani mengambil keputusan karena suaminya yang selingkuh, dan tak takut dengan status anaknya kelak, dan itu juga yang membuatnya semakin yakin untuk bercerai dari Riana, Kinara saja yang perempuan bisa, kenapa dia tidak bisa.
"Arumi suka kuenya?"
"Ini enak Pa.. Rumi suka" Arumi menyuapkan kembali kuenya kedalam mulut.
Abi mengangguk sepertinya dia harus menepati janjinya dan membayar dua kali lipat dari harga kue itu.
"Papa mau?" Abi membuka mulutnya dan menerima suapan Arumi "Enak kan Pa?" Abi mengangguk, kue nya memang enak.
Rudi datang dan mendudukan dirinya di sebelah Abi dan tangannya terulur untuk mengambil kue, namun Abi menepisnya "Ini untuk Arumi"
"Ck.. cuma satu Bi, penasaran rasa kue buatan janda.." Rudi menaik turunkan alisnya, dan berhasil mengambil satu potong kue lalu memakannya "Wuaaah benar- benar enak, sepertinya calon duda sudah menemukan seorang janda" Rudi tertawa menang karena berhasil membuat temannya kesal terbukti karena wajah Abi mendadak berwajah masam "Sialan.." gumamnya.
"Papa Janda tuh apa? terus Duda juga apa?" Arumi melihat kearah Abu dan Abi menatap tajam pada Rudi.
...
Yoga memasuki rumahnya dengan langkah tegas, rahangnya mengeras dengan mata merah karena marah.
Saat masuk dia melihat Anita sedang memerintahkan pelayan untuk membuat masakan untuk makan malam, ya sejak dia menikah dengan Anita, Anita meminta agar pelayan bekerja untuk semua pekerjaan, jika dulu Kinara akan memasak untuknya, Anita mengerahkan pelayan untuk memasak, dengan alasan dia sedang hamil dan tak boleh kelelahan.
Tak masalah bagi Yoga, dulu pun dia tak pernah memaksa Kinara untuk menghabiskan waktunya di dapur, tapi Kinara bersi keras, karena dia mau mengurus suaminya sendiri, bahkan tak jarang Kinara sampai memanjakannya dikamar mandi dengan alasan memandikan.
Dan Yoga kini menyadari banyak perbedaan antara Anita dan Kinara, dan semakin hari semakin nampak.
Yoga menyadari harusnya dia tak membandingkan mereka, tapi Yoga merasa kosong dari setiap kebiasaan yang selalu dia lakukan saat pulang bekerja, dan kini dia harus kembali bersitegang dengan Anita, karena Anita yang lancang mendatangi Kinara.
"Mas udah pulang?"
"Apa maksud kamu mendatangi Kinara sama Mama dan mengatakan yang tidak- tidak!" Anita menelan ludahnya kasar.
"Aku sedang berusaha untuk menyakinkan Kinara agar menerima tanggung jawabku menafkahinya selama mengandung dan kamu mengatakan bahwa aku akan mengambil hak asuh anak saat dia melahirkan, kamu gila Anita!" Anita melihat para pelayan yang memperhatikannya lalu pergi dari sana.
"Kinara mengatakan itu sama kamu, Mas?"
"Kamu sadar gak Mas, dengan kamu bicara seperti itu kamu menyakitiku, Aku istri kamu dan dia itu mantan istri kamu, jadi aku gak mau perhatian kamu terbagi, maka itu aku berfikir biar aku yang mengurus anak Kinara saat dia melahirkan"
"Dan kamu fikir Kinara akan memberikan anaknya begitu saja, Astaga Anita.." Yoga mengusap wajahnya kasar "..aku hanya akan membiayayai saat dia mengandung dan selanjutnya aku juga akan menafkahi anakku saja, bukan Kinara, kamu tahu cemburu kamu berlebihan, dan aku muak!"
"Lalu sekarang bahkan Kinara melarangku datang untuk sekedar bertanya keadaannya" Sepulang bekerja Yoga mendatangi Kinara untuk membujuknya dan menerima uangnya agar digunakan untuk keperluannya, agar Kinara tak perlu bekerja, apalagi Dokter menyarankan Kinara untuk tidak terlalu lelah, tapi Kinara semakin menolaknya mentah- mentah.
"Kamu bilang kamu mengerti, harusnya kamu mengerti yang ada di kandungan Kinara juga adalah anakku!"
"Lalu aku?" Anita mendongak dengan mata yang berderai "Yang ada di kandungan ku juga anak kamu Mas, apa kamu pernah bertanya aku mengidam apa, apa sebagai seorang istri aku tidak boleh menuntut suamiku hanya memperhatikan aku, aku bukan Kinara yang akan menyerah hanya karena Suaminya mencintai wanita lain, aku gak akan lepasin kamu meski kamu bilang, mencintai Kinara dan menyesal telah bercerai.."
Yoga terkekeh "Ya, itu perbedaan kamu sama Kinara!"
"Kamu jangan membandingkan aku dengan Kinara!" teriak Anita frustasi.
"Kamu, kamu yang lebih dulu membandingkan diri kamu dengan Kinara!" Yoga pergi meninggalkan Anita yang mengepalkan tangannya erat lalu mengutuk dalam hati.
'Semua ini karena Kinara'
Like..
Komen..
Vote..
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
YuWie
wkwkwk..gimn rasanya anita..setelah digenggaman dan halal ternyata malah sesek kan hatimu.
2025-03-26
0
Ria Lita
dasar Anita nenek sihir dia yg salah malah Kinara yg di salahin buatbanita kapok thor
2024-09-30
0
Ony Syahroni
kasian kinara
2024-04-24
1