Di Jalan, Kevin menasehati adiknya.
"Dek, lain kali kalau kamu ke rumbah temen abang, jangan gitu dong. Abang malu sama temen abang." Ujar Kevin.
"Gak papa bang, santai aja. Toh temen abang juga kan gak mempermasalahkannya." Jaawab Alia.
"Ya sih, tapi kan kita gak tau dek, isi hatinya kayak apa. Bisa aja di luarnya dia terlihat santai dan senyam senyum. Tapi di dalam hatinya?" tanya Kevin.
"Aku yakin dia gak mempermasalahkannya kog. Percaya deh bang sama aku. Lagian dia kan kaya, jadi uang segitu mah gak ada apa apanya. Lagian aku di sana kan cuma duduk manis, gak ngapa ngapain. Jadi gak ada yang perlu di buat malu." Jawab Alia yang duduk di belakang jok sambil berpegangan di pinggang abangnya, takut jatuh.
"Iya deh terserah kamu." Ujar Kevin yang percuma saja menasehati adiknya itu.
Sesampai di rumah, Kevin langsung menaruh sepeda motornya di garasi. Dan setelah itu masuk ke dalam rumah bersama adiknya.
"Assalamu'alaikum." Ujar Alia sambil membuka pintu.
"'Waaalikumsalam." Jawab Shareen, Marchel dan juga Richard yang duduk santai di ruang keluarga.
"Eh, adik udah pulang. Bawa apa tuh?" tanya Richard.
"Ini bawa makanan, tadi di belikan ma temen bang Kevin." Jawab Alia.
"Sini dong, taruh di tengah makan bersama." ujar Richard tersenyum.
"Enggak ah, ini kan punya Alia." Jawab Alia gak mau memberikan makanan yang ia pegang mengingat saat Richard memberikan uang yang hanya lima ribu.
"Berbagi itu menyenangkan lho." Rayu Richard.
"Enggak ah, abang beli aja kalau mau. Abang kan punya uang banyak." Ujar Alia.
"Besok abang kasih uang deh kalau kamu mau berankat sekolah." Rayu Richard.
"Enggak. Lagian paling cuma ngasih uang lima ribu lagi." Ucap Alia.
"Enggak deh, tak kasih 10 ribu aja besok, gimana? mau gak?" tanya Richard.
"Enggak, kalau aku di kasih 100 ribu aku mau." Jawab Alia tawar menawar.
"Banyak amat?" tanya Richard.
"Iyalah, ini aja kalau di total lebih dari 200 ribu." Jawab Alia.
"Sama saudara kog perhitungan?" tanya Richard. Sedangkan Shareen, Marchel dan Kevin hanya jadi penonton setia.
"Abang aja perhitungan sama aku. Buktinya gak pernah ngasih aku uang, sekalli ngasih cuma lima ribu. Buat apa?" tanya Alia.
"Kan sudah di kasih sama mama dan papa. Makanya abang ngasih uang segitu, biar gak jajan terus." Jawab Richard cari alasan.
"Sudah ah, emang pada dasarnya abang itu pelit." Ujar Alia masi kokoh gak berani berbagi makanan yang ia punya.
"Iya sudah kalau mama minta, boleh gak?" tanya Shareen.
"Boleh kog ma." Jawab Alia sambil memberikan potongan pizza kepada mamanya dan juga papanya sekaligus bang Kevin, tapi tidak dengan Richard.
"Tega banget kamu dek sama abang." Ujar Richard pura pura sedih.
"Salahnya sendiri, makanya jangan pelit pelit sama saudara kandung." Ucap Alia sewot,
"Iya deh, gak lagi. Janji."
"Benera?"
"Iya bener."
"Iya udah ini." Alia pun memberikan sepotong pizza. Dan sisanya di bawa ke kamar untuk cemilan sambil ngetik buat cerita.
\========================
Pagi harinya, Alia bangun jam setengah lima pagi, ia segera mengambil wudhu dan sholat shubuh. Setelah itu ia langsung mengupload vidio di youtube dan juga di fanpage facebook. Vidio yang di upload adalah vidio yang sudah di edit tadi malam. Sambil menunggu upload an selesai. Alia pun membuka aplikasi Noveltoon dan melanjutkan cerita yang belum terselesaikan.
Vidio selesai di unggah atau selesai di upload sekitar jam 6 pagi. Setelah itu, Alia pun mengisi blog yang baru ia buat. Ia ingin menjadi seorang blogger, youtuber, selegram, pengisi vidio di fangpage facebook dan juga menjadi author handal dan professional di aplikasi Noveltoon atau mangatoon. Selain aplikasi itu, Alia juga mengisi beberapa aplikasi lain yang juga menghasilkan uang.
Hingga jam menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit. Alia pun segera mematikan laptopnya dan menutupnya. Setelah itu ia segera mandi dan pakai seragam sekolah. Tak lupa ia menyisir rambutnya dan memoleh sedikit wajahnya dengan bedak. Setelah merasa dirinya cantik, Alia pun memakai hijabnya. Setelah itu ia turun dengan membawa tas dan juga hp yang ia taruh di saku baju. Ia membawa tas biar gak perlu lagi masuk ke kamar. Nanti habis makan ia bisa langsung berangkat sekolah. Toh sepatunya juga ada di rak sepatu depan rumah.
Saat Alia pergi ke ruang makan. Semuanya sudah ada di sana dan tinggal menunggu dirinya.
"Maaf, lama hehe." Ujar Alia cengengesan sambil duduk di kursi.
"Makanya, kalau mau tidur itu pakai alarm. Biar bangunnya gak kesiangan." Ujar Richard.
"Iya ya bang." Ucap Alia cuek.
"Sudah sudah, ayo makan sudah siang nih. Biar gak pada telat semua." ujar Shareen. Mereka pun hanya mengangguk dan langsugn menikmati hidangannya.
Setelah selesai makan, tiba tiba ada suara bel rumah berbunyi.
"Al, bukain dong pintunya." Ujar Kevin.
"Kog aku sih bang?" tanya Alia.
"Karena kamu yang paling muda di sini." Jawab Richard tersenyum.
"Yaelah mentang mentang aku yang paling muda, di suruh suruh mulu." ujar Alia kesal tapi tetap ia berjalan ke arah pintu. "Siapa sih, pagi pagi sudah bertamu kayak gini." gumam Alia.
Saat membuka pintu, ia melihat Dimas yang berdiri sambil tersenyum.
"Eh Pak Dimas." Ujar Alia sambil menutup mulutnya, gak nyangka jika yang bertamu pagi pagi gini adalah Dimas, yang juga teman dari abangnya.
"Assalamu'alaikum." Ucap Dimas.
"Waalaikumsalam. Masuk pak." ujar Alia sambil membuka pintu lebar lebar. Dimas pun mengangguk dan masuk ke dalam rumah terus duduk di sova.
"Bentar ya pak." Ucap Alia sambil berjalan menuju ruang makan di mana keluarganya masih duduk santai di sana sambil ngobrol.
"Bang Kevin, ada Pak Dimas tuh di ruang tamu." Ujar Alia.
"Lho ngapain dia dek ke sini, bukannya hari minggu ya janjiannya?" tanya Kevin.
"Ya mana aku tau bang." Jawab Alia.
"Siapa itu Dimas Al?" tanya Marchell.
"Temennya bang Kevin pa, sekaligus guru baruku di sekolah." Jawab Alia.
"Oh. Ya udah mama buatin teh hangat dulu." Ujar Shareen yang langsung beranjak untuk memanaskan air dan membuatkan teh hangat untuk tamunya.
"Kalau gitu, biar papa dan bang Richard langsung berangkat kerja aja ya." Ujar Marchel..
"Tumben papa dan bang Richard satu mobil. Biasanya juga bawa mobil sendiri sendiri?" tanya Alia.
"Iya mobil papa mogok, jadi numpang sama abangmu dulu." Jawab Marchel.
"Oh."
Richard dan Marfel pun bersiap siap untuk berangkat kerja, saat melewati ruang tamu. Tak lupa Bang Richard dan juga Marfel menyapa Dimas sekedar basa basi. Lalu mereka berdua pun segera berangkat kerja.
Sedangkan Kevin mencuci tangannya terlebih dahulu, baru setelah itu ia menemui temannya.
"Hei bro, tumben pagi pagi ke sini. Bukannya janjiannya hari Minggu ya?" tanya Kevin yang sudah ada di ruang tamu.
"Iya, gue ke sini karena menuruti permintaan adik lho. Kemaren sebelum pulang adik lho minta kursi gantung dan pagi ini harus di anterin. Ya udah gue ke sini sebelum berangkat ngajar." Jawab Dimas.
"Ha!! Seriuh lho, adek gue minta kursi gantung ke lho?" tanya Kevin tak percaya.
"Iya." Jawab Dimas, sedangkan Kevin benar benar tak menyangka adeknya itu nekat meminta sesuatu kepada orang lain.
"Katanya sih mau di taruh di kamar tidurnya." Lanjut Dimas.
Dan tak lama kemudian, Alia pun datang membawakan teh hangat buatan Shareen. Shareen sengaja gak keluar karena masih sibuk dengan urusan dapur.
"Dek, lho beneran minta kursi gantung ke Dimas?" tanya Kevin saat Alia menaruh teh hangat di meja.
"Iya bang, tapi aku cuma bercanda kog bang. Gak serius. Bener dah." Ujar Alia sambil menunjukkan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Tapi saya sudah membelikan kursi gantung seperti yang kamu minta." Jawab Dimas.
"Eh, beneran. Terus ada dimana sekarang?" tanya Alia.
"Tuh ada di depan." Jawab Dimas. Alia pun segera pergi menuju depan rumah dan benar saja, di sana sudah ada kursi gantung seperti yang ia inginkan.
Alia langsung menduduki kursi itu dengan nyaman.
Kevin dan Dimas juga ikut keluar melihat Alia yang duduk santai di kursi gantung.
"Gimana? suka?" tanya Dimas.
"Suka banget pak. Terima kasih ya. Padahal saya iseng lo kemaren tapi di belikan beneran. Makasih lho." Jawab Alia tersenyum. Entah kenapa melihat senyuman Alia membuat wajah Dimas berseri seri. Ada rasa kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan.
"Maaf ya bro, lagi lagi adekku bikin ulah." Ujar Kevin.
"Gak papa, santai aja. Lagian kalau aku gak punya uang, mana mungkin aku belikan adek kamu kursi gantung. Ini mumpung lagi banyak uang jadi pengen bagi bagi." Ucap Dimas ikut tersenyum.
Tiba tiba Shareen keluar, tadinya selesai bersih bersih dapur dan mencuci piring. Shareen mau menyapa tamu anaknya, eh karena gak ada dan mendengar keributan di luar. Akhirnya Shareen pun ikut keluar.
"Eh, punya siapa itu?" tanya Shareen melihat ada kursi gantung di depan rumahnya.
"Kursi aku dong ma." Jawab Alia senang.
"Siapa yang beliin?" tanya Shareen.
"Pak Dimas." Jawab Alia.
"Siapa dia?" tanya Shareen.
"Ini ma yang ada di samping aku. Dia teman aku, alias kakak kelas dulu. Dia senior aku, tapi sudah lulus. Dan sekarang mengajar di sekolah Alia." Jawab Kevin.
"Oh. Makasih ya nak, udah belikan anak tante kursi gantung. Maaf merepotkan." Ujar Shareen.
"Gak papa tante, saya senang bisa membelikan apa yang di sukai oleh Alia." ucap Dimas tersenyum.
"Kamu memang baik, cocok jadi mantu idaman." ujar Shareen.
"Apaan sih ma? Kog bisa bahas mantu idaman?" tanya Alia gak suka dengan ucapan mamanya itu.
"Ya, apa yang di kaatakan mamakan benar. Nak Dimas itu orang baik dan cocok jadi mantu mama." Ujar Shareen.
"Mantu mama? Anak mama di sini yang cewek itu cuma aku? Maksud mama cocok jadi suami aku?" tanya Alia tak suka.
"Ya gitu deh." Ujar Shareen tersenyum. Ia hanya ingin menggoda putri kecilnya itu.
"Ih, aku masih kecil ma. Masih sekolah." Ujar Alia.
"Aku siap menunggu kog." Ucap Dimas tanpa sadar.
"Eh,." Alia, Kevin dan Shareen malah melongo mendengar ucapan Dimas itu.
"Maksud saya, saya sudah menunggu dari tadi. Ayo berangkat sekolah, sudah siang nih. Nanti telat." ujar Dimas yang langsung menyadari kata katanya.
"Lho udah jam berapa ini?" tanya Alia.
"Jam 7 kurang 10 menit." Jawab Dimas sambil melihat jam tangannya.
"Uwaduh, ya udah, aku berangkat dulu ya." Ujar Alia sambil memasang sepatu. Sepatunya ia ambil dari rak sepatu yang ada di depan rumahnya. Untunglah tas sudah ia pakai dan sudah ia gendong di pundaknya. Hp juga sudah aman, ada di saku bajunya.
"Kenapa gak berangkat bareng saya aja. Kita kan satu tujuan." Ujar Dimas.
"Apa yang di katakan Dimas bener dek. Mending kamu numpang sama gurumu ini, kalian kan satu sekolahan." Ucap Kevin.
"Terus gimana dengan kursinya, nanti kalau taruh di luar, di ambil orang." Ujar Alia
"Nanti biar abang dan mama yang masukin kursinya ke dalam." jawab Kevin.
"Ini beneran saya gak papa, numpang di mobil bapak?" tanya Alia.
"Gak papa, santai aja. Ayo nanti malah kesiangan." Jawab Dimas.
"Iya udah. Ma, bang. Aku berangkat dulu ya." Ujar Alia.
"Iya hati hati. Bro, aku titip adek gue ya." ujar Kevin
"Oke bro." Jawab Dimas tersenyum.
"Hati hati ya nak." Ucap Shareen.
"Iya tante. Kami berangkat dulu. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah itu, Alia pun masuk ke dalam mobil Dimas. Dan mereka berduapun berangkat bersama ke sekolah. Kevin dan Shareen hanya tersenyum memandang mereka berdua.
"Mereka cocok ya ma?" tanya Kevin.
"Iya sayang, semoga aja mereka berdua berjodoh. Kayaknya Dimas, anak baik." Jawab Shareen.
"Dia memang baik ma, Di kampus dulu, dia itu gak suka neka neko. Dia orangnya baik banget. Gak sombong walau anak orang kaya. Dia juga sebenarnya punya beberapa usaha, cuman karena ia pengen jadi guru. Jadinya ia melamar jadi guru di sekolah Alia dan Alhamdulillah di terima. Tapi usahanya tetep berjalan lancar sampai sekarang. Aku salut sama dia." Puji Kevin.
"Hemm cocok itu jadi mantu mama. Iya sudah, kamu angkat itu kursi bawa ke kamar adek kamu." Ucap Shareen.
"Tapi bukankah kamar adek selalu di kunci ya ma, kalau gak ada orangnya." Ujar Kevin.
"Iya juga ya, iya sudah taruh ada di ruang tamu. Nanti biar Alia pindahin sendiri."
"Oke, ma."
Kevin pun segera memindahkan kursi gantung ke dalam rumahnya.
"Kamu berangkat jam berapa kulyah?" tanya Shareen.
"Aku masuk jam 9 siang ma. Nanti berangkatnya jam 8 aja." Jawab Kevin.
"Oh, iya udah bantuin mama, ayo."
"Ngapain?" tanya Kevin.
"Bantuin jemur baju. Sudah di cuci tadi pagi, tinggal jemur aja. Ayo bantuin dari pada kamu gak ada kerjaan." Ujar Shareen.
"Hemm mama."
"Gak boleh ngeluh."
"Iya ya."
Akhirnya Kevin pun membantu Shareen menjemur pakaian dan membantu membersihkan rumah. Sampai akhirnya jam 8, ia pun pamit berangkat kuliah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 414 Episodes
Comments
Vivi Lumowa
mantap
2021-06-12
0
Mbok Jamu
Waahhh kevin calon suami idaman banget mau jemur bju segala😂
2021-06-10
0
Rahmawaty❣️
wkwkwk kevin dsruh jemur baju
2021-06-09
0