Di dalam mobil tidak ada yang berniat membuka suara antara Ammar maupun Anisa.
Ammar menghentikan mobil tepat di jalanan yang sangat sepi dan diyakini tidak ada satupun orangpun lewat dari jalan itu.
"Tuan, mengapa Anda mengentikan mobilnya?" Anisa bertanya dengan jantung yang berdegup kencang.
Ammar tidak menjawab dan dia mengunci mobil dari dalam, setelah itu dia tersenyum smirk dengan menatap Anisa penuh nafsu.
Nafas Anisa tersengal karena Ammar merapatkan tubuh ke arahnya.
"T—tuan, Anda kenapa?" Anisa memundurkan badan hingga membentur pintu mobil.
"Aku sangat membenci pernikahan Amman dan Audrey! Audrey hanya milikku dan Amman dengan mudahnya merebut Audrey dariku."
Anisa terdiam dengan dahi yang mengerut.
"A—aku tidak paham dengan yang Anda katakan."
"Amman mengatakan jika dia mencintaimu dan berniat untuk menikahimu, tetapi semua itu gagal karena Ayah sudah terlanjur menjodohkannya dengan kekasihku yaitu Audrey!"
Anisa terperangah mendengar penuturan dari Ammar. 'Tuan Amman mencintaiku? Tapi mengapa dia tidak pernah menyatakannya?' batin Nisa dengan hati sedih, sebenarnya dia juga tertarik pada Amman tetapi dirinya berpikir jika mustahil bisa hidup bersama dengan Amman.
"Lalu, mengapa Anda berhenti di tengah jalan seperti ini? Bukankah perjalanan kita masih cukup jauh?"
Ammar tersenyum tipis. "Aku ingin melampiaskan segala amarahku padamu, kau adalah wanita yang paling berharga di hati Amman, aku ingin Amman merasakan seperti apa yang aku rasakan."
"Apa!" pekik Anisa kaget. "Kenapa harus aku? Apa salahku? Aku tidak tahu apa-apa jadi jangan menyeretku masuk ke dalam masalah kalian berdua!" lanjutnya dengan suara tinggi.
Plak!
Ammar menampar pipi Nisa.
Anisa terkejut dan dia memegangi pipinya yang terasa sakit, tubuhnya gemetaran dan air mata menetes tanpa permisi dari pelupuk mata Anisa.
"Aku akan mengambil sesuatu yang paling berharga dari dirimu! Malam ini dendamku akan lunas dibayar olehmu!"
Anisa menggeleng dan dia mendorong tubuh Ammar, Nisa yakin saat ini Ammar pasti sedang mabuk karena tercium bau alkohol ketika Ammar berteriak tadi.
"Ya Allah, pintunya tidak bisa dibuka." lirih Nisa dengan air mata yang mengucur deras, dia terus berusaha mencoba membuka pintu tetapi naas pintu tetap terkunci.
"Haha..." Ammar tertawa senang karena melihat wajah ketakutan yang Anisa tunjukkan. "Meskipun dengan sekuat tenaga kau membukanya, pintu itu tidak akan terbuka karena aku sudah menguncinya dari dalam."
Anisa menghentikan aktivitasnya dan dia menoleh kebelakang, bibirnya gemetaran serta tubuhnya serasa lemas ketika Ammar membuka Jas miliknya.
"Ku mohon jangan nekad melakukan hal bodoh ini, Tuan." pinta Anisa dengan memelas.
Ammar membuka dua kancing kemeja bagian atas, dia tidak memperdulikan ucapan Anisa yang terus memohon.
"Aku akan menghancurkan kebahagiaan Amman lewat dirimu." Ammar mendekatkan wajahnya ke wajah Anisa.
Anisa menggeleng dan dia menahan tubuh Ammar agar tidak merapat di tubuhnya.
"Ku mohon jangan mendekat , Tuan. Aku mohon jangan melakukan ini," Anisa semakin lemah karena tidak berhasil menahan Ammar.
Ammar yang sudah gelap mata langsung melahap bibir milik Anisa dengan rakus, Anisa menangis dan dia mencengkeram pundak Ammar dengan kuat.
Ammar sedikit memberikan gigitan di bibir Nisa agar Nisa membuka mulutnya setelah berhasil, Ammar langsung mengakses setiap inci dalam mulut Anisa.
Anisa sudah terlihat hancur ketika dirinya diperlakukan seperti ini oleh Ammar, Anisa merasa dia sudah kotor karena tersentuh oleh pria yang bukan muhrimnya.
Ammar melepaskan tautan bibir itu, dia menyunggingkan senyum ketika menatap wajah Anisa yang sudah berderai air mata.
"Aku yakin Amman akan hancur jika mengetahui perbuatanku ini." ucap Ammar tanpa rasa bersalah.
Ammar menyetel posisi kursi menjadi tidur agar dia dapat leluasa memainkan 'junior' nantinya.
Dengan tidak sabar Ammar membuka resleting celananya dan dia memaksa menyibakkan ujung gamis milik Anisa.
"TIDAK! JANGAN, TUAN! AKU MOHON JANGAN LAKUKAN INI!" Anisa memberontak tetapi apakah daya tenaga Ammar lebih kuat darinya.
Seakan tuli, Ammar masih tetap bersikeras menyibakkan ujung gamis milik Anisa karena dia merasa gamis itu menghalangi jalannya.
Dugh!
Nisa memberikan tendangan di bagian Junior milik Ammar.
Ammar terdorong dan dia memegangi juniornya yang terasa sakit. "Argh! Sial! Berani sekali kau melawanku!" bentaknya marah.
Anisa ingin bangkit dari kursi tetapi Ammar dengan cepat mencekal lengannya.
"LEPAS!" teriak Anisa dengan ketakutan.
"Ternyata kau cukup kuat untuk melawanku. Kau sepertinya sangat suka jika aku bermain dengan kasar ya?" Ammar melirik ke jas miliknya.
Dia segera mengambil jas itu dan mendekat kembali pada tubuh Anisa.
"Apa yang ingin Anda lakukan? TOLONG! TOLONG!'' Anisa berteriak sekencang mungkin tetapi percuma, tidak akan ada yang mendengarnya.
Ammar mengangkat kedua tangan Anisa ke atas, dia mengikat tangan Nisa menggunakan Jas miliknya dan secepat kilat Ammar berhasil menyibakkan ujung gamis yang menjadi penghalang bagi 'junior'nya.
"Aku mohon jangan! TOLONG! TOLONG! Tuan aku mohon buka hati kecilmu sedikit saja, aku mohon..." lirih Anisa dengan tangisan.
Telinga Ammar panas karena mendengar Anisa yang terus berbicara, dia melihat ke dashboard mobil dan menemukan sapu tangan miliknya yang masih bersih.
Ammar membungkam mulut Anisa menggunakan sapu tangan itu dan dia mulai melakukan kegiatan panasnya.
Gairah sudah menjalar di dalam diri Ammar, dia mencoba menusukkan 'junior'nya yang begitu besar dan panjang agar masuk ke dalam kolam milik Anisa.
"Emph! Hmmph!" hanya itulah yang keluar dari mulut Anisa.
Beberapa saat detik kemudian, karena usaha yang Ammar lakukan akhirnya si 'junior' berhasil masuk ke dalam kolam indah milik Anisa.
Anisa terisak dan air mata semakin deras menetes di pipi, bahkan Nisa rasa air mata itu tidak ada hentinya mengalir begitu saja.
'Semuanya sudah hancur, harta yang paling berharga dan selama ini selalu aku jaga untuk suamiku kelak, akhirnya hilang begitu saja dengan mudahnya dan diambil secara paksa. Aku sudah kotor, aku wanita hina, aku benci diriku!' Anisa membatin dalam hati.
Ammar tidak perduli dengan air mata Anisa, dia terus saja memompa buah kenik*matan itu dengan rasa yang sulit untuk digambarkan.
Anisa memalingkan wajah, dia sangat benci dengan kenikma*tan yang terlukis di raut wajah Ammar.
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Tia Chintya
knp Thor.. knp harus Anisa.. kasian Anisa.. dia GK bersalah.. Ammar kau kan menyesaaaal
2023-05-14
0
༄༅⃟𝐐Vita Shafira𝆯⃟ ଓε💞🌏
tega km Ammar memperkosa anisa
2022-12-01
0
Srimurni Nurjanah Sitorus
semoga Ammar punya penyesalan yg sangat dalam thor
2022-11-17
1