Brian menatap wajah Audrey dengan iba dan bingung.
"Papa ingin menjodohkan kamu dengan salah satu putra dari keluarga Arsalaan."
Audrey mendongak dan menatap wajah sang Papa. "Keluarga Arsalaan?"
Brian mengangguk. "Amman Arsalaan, dialah yang akan menjadi calon suami kamu."
Audrey menggeleng. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan Amman sementara kekasihku adalah Ammar, adiknya Amman!''
Brian terkejut dengan ucapan Audrey.
"Kamu tidak salah 'kan?"
"Aku tau jika Ammar mempunyai kakak Kembar yang bernama Amman, aku tidak bisa menikah dengan Amman Pa, tidak bisa." Audrey menitikkan air mata.
"Maafkan Papa, nak. Papa tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena Papa sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Amman."
"Tapi, Pa—"
"Papa mohon, nak. Kamu anak Papa satu-satunya, jangan membuat Papamu ini malu di depan Tuan Arsalaan dan keluarganya." pinta Brian dengan melas.
Audrey hanya terdiam dan pikirannya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
🌺🌺🌺🌺
Sementara dikediaman Arsalaan.
Amir telah tiba di Indonesia pukul tiga sore dan saat ini dia pulang dengan hati bahagia karena ingin menyampaikan kabar gembira kepada istri dan kedua Putranya.
Keluarga kecil itu berkumpul di ruang tamu, Ammar saat ini memutuskan tidak pergi ke diskotik lagi ataupun minum-minum hingga mabuk. Bukan tanpa sebab tapi itu semua demi Audrey dan juga karena ada sang Ayah dirumah.
"Mas, ada apa kamu meminta kami untuk berkumpul disini? Apa ada hal yang sangat penting?" Aresha mengangkat suaranya terlebih dahulu.
"Ya, aku membawa kabar gembira untuk kalian semua terkhusus Amman."
"Aku? Mengapa harus aku?" Amman menatap anggota keluarganya satu persatu.
"Ayah langsung saja mengatakan kabar baik ini ya? Kemarin, Ayah dan rekan bisnis Ayah telah sepakat untuk menjodohkan Amman dengan putrinya."
"APA!" Amman syok bukan main.
"Ada apa, Nak? Bukankah usia kamu sudah mencukupi untuk menikah? Lalu apa lagi?"
"Putri siapa yang akan kamu jodohkan pada Amman, Mas?"
"Putri Tuan Miller, namanya Audrey Miller."
JEDUAR!!!
Bagaikan disambar petir disiang hari hati Ammar saat ini, kekasihnya akan dijodohkan dengan kakak kandungnya sendiri. Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Ammar sekarang.
"Tapi, Yah! Aku sudah memiliki pilihan sendiri untuk menjadi istriku."
"Mengapa kamu tidak mengatakan dari awal? Ayah sudah melakukan kesepakatan dan tidak mungkin Ayah batalkan. Ayah tidak ingin Tuan Miller sakit hati dan akhirnya memutuskan kerjasama antar perusahaan."
"Ayah bisa saja menggantikan aku dengan Ammar, wajah kami sangat mirip dan Ammar juga pasti bersedia untuk menikah dengan Putri Tuan Miller. Benarkan, Mar?" Amman melirik sang adik kembar sejenak.
Ammar hanya mengangguk sejenak, pikirannya saat ini melayang entah kemana. Ammar tidak menyangka ketika dia benar-benar mencintai seorang wanita, tetapi perjalanan cintanya akan sadis seperti ini.
"Tidak, bisa! Ayah tidak ingin berbohong kepada keluarga Miller dan memulai hubungan yang diawali dari kebohongan."
"Tapi, Yah—" ucapan Amman terpotong karena sang Mama menyelanya dengan cepat.
"Amman, kamu anak yang baik dan pengertian. Mama mohon turuti permintaan Papa kamu saat ini, apa kamu mau keluarga kita menjadi malu? Dan, siapa memangnya gadis yang kamu cintai dan ingin kamu jadikan istri?" Aresha berbicara dengan nada lembut agar sang Putra tidak tersinggung.
"Anisa, manager di butik milik Mama."
Semua mata tertuju kepada Amman.
Ammar beranjak dari sofa dan dia bergegas menaiki anak tangga dengan hati yang hancur. Niatnya ingin mengatakan kebahagiaan karena dirinya akan menikah, tetapi nyatanya semua malah kebalikan dari kebahagiaan Ammar.
"Ammar!" teriak Amir memanggil tetapi tidak dihiraukan oleh Ammar.
Amir kembali menatap Amman. "Apa kamu dan Anisa sudah menjalin hubungan?"
Amman menggeleng. "Aku ingin meminang Anisa tanpa berpacaran, aku berpikir akan langsung menikahinya saja. Tetapi semua khayalanku hanya akan menjadi sia-sia karena Ayah sudah menghancurkan semuanya."
"Kenapa kamu malah menyalahkan Ayah? Jika dari awal kamu mengatakan bahwa kamu ingin menikah dengan Anisa, pasti Ayah tidak akan mencarikan jodoh untukmu." Amir mengapa sang Putra dengan emosi.
Amman hanya diam saja dan beranjak dari sofa, menurutnya percuma saja bicara kepada sang Ayah karena pasti Ayahnya itu tidak akan mau kalah dan tetap pada pendirian.
"Amman!" teriak Amir memanggil sang Putra yang sudah menaiki anak tangga.
"Mas!" Aresha menghampiri Amir dan mengelus pundak suaminya itu.
"Bagaimana ini, Re? Aku mohon kamu bujuk Amman untuk menikah dengan Audrey."
"Kamu tenang saja, aku nanti akan bicara padanya pelan-pelan." Aresha menenangkan sang suami.
Amir hanya melirik ke arah kamar kedua Putranya dan dia juga menghela nafas berat.
•
•
**TBC
HAPPY READING
MOHON DUKUNGAN SERTA TINGGALKAN JEJAK, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐Vita Shafira𝆯⃟ ଓε💞🌏
biarlah anak anak yg memilih pasangan nya sendiri,, orang tua cm mengikuti nya
2022-11-28
1
Srimurni Nurjanah Sitorus
makanya tanya dulu anak apa udah ada pilihan
2022-11-17
1
ᵉˡ̳༆yuli@_sm 💜💜💜💜
𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢 𝘮𝘮𝘨 𝘮𝘢𝘶 𝘺𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘶𝘵𝘬 𝘢𝘯𝘢𝘬2 𝘯𝘺𝘢.. 𝘵𝘱 𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘴 𝘥𝘯𝘨𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘰𝘳𝘣𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘣𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘬𝘯𝘺𝘢??? 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘨 𝘵𝘶𝘢 𝘹 𝘢𝘯 𝘵𝘥𝘬 𝘴𝘭𝘢𝘩.....
2022-11-09
1