Satu bulan kemudian.
Anisa telah resign dari butik milik Aresha dengan segala alasan karena Aresha tidak memperbolehkannya pergi. Saat ini Nisa berada di kota S dan dia mengontrak sebuah rumah sederhana dengan dua kamar, Anisa juga bekerja sebagai pegawai laundry.
Pukul tiga sore.
Anisa izin pulang cepat karena dia merasa tidak enak badan, tubuhnya terasa lemas dan perutnya seperti ingin terus mual.
"Apa aku kelelahan ya? Kepalaku pusing dan perutku juga rasanya tidak enak." Anisa memijit pelipisnya yang berdenyut.
"Hoek." dirinya lari ke kamar mandi.
Cairan bening seperti air yang keluar dari mulut Anisa, dia memejamkan mata sejenak dan berpikir penyakit apa yang menyerangnya.
Kelopak mata Anisa terbuka, matanya mendelik karena dia mengingat sesuatu.
"Aku sudah terlambat datang bulan semenjak pergi dari kota B."
Pikiran Anisa sangat kacau, dia takut jika hal buruk menimpa hidupnya.
"Aku harus segera ke apotik." Anisa pun pergi ke luar dari rumah.
Dua puluh menit kemudian.
Anisa pulang ke rumah dengan membawa alat cek kehamilan atau sering disebut testpack.
"Bismillah, semoga dugaanku salah dan aku memang hanya telat datang bulan." gumamnya sambil membuka pintu kamar mandi.
Tujuh menit.
Anisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang gemetaran, kakinya seakan berat untuk menumpu tubuhnya sendiri, air mata tak henti-hentinya menetes di pipi mulusnya.
"P—positif, itu berarti?"
Tubuh Anisa luruh ke lantai, dia menggenggam alat cek kehamilan itu dengan sangat erat dan emosi.
"Hiks. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Nisa menunduk dengan berderai air mata.
Anisa bergegas beranjak dari duduknya dan dia segera mengambil tas juga ponselnya. "Aku akan pergi ke rumah sakit untuk mengetahui hasil yang lebih akurat."
Dirinya keluar dari rumah dengan tergesa-gesa, dia juga membawa testpack yang digunakan untuk mengecek tadi.
Sesampainya dirumah sakit.
Dokter mendengarkan keluhan Anisa, dia sudah terbiasa melayani pasien yang mempunyai keluhan sama seperti Anisa.
"Baik, silahkan berbaring dan saya akan mengecek benar atau tidak dugaan saya ini." pinta Dokter kepada Anisa.
Anisa hanya menurut dan dia berbaring di atas brangkar.
Beberapa menit kemudian.
Dokter selesai memeriksa keadaan Anisa, beliau tersenyum dengan mengulurkan sebelah tangan kanannya.
"Selamat, Bu. Anda sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu."
Anisa menerima jabatan tangan Dokter dengan keringat dingin, ternyata benar dia hamil dan itu semua karena Ammar.
'Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus meminta pertanggungjawaban? Ya, aku harus pergi ke kediaman Arsalaan untuk meminta tanggungjawab dari Tuan Ammar, dia tidak boleh hidup enak sementara aku menderita.' batin Anisa bertekad.
Dokter memberikan resep vitamin kepada Anisa, setelah itu Anisa langsung membayar dan pergi dari ruangan Dokter.
Anisa benar-benar bertekad untuk ke pergi ke rumah Ammar, dia tidak peduli dengan apa yang akan menjadi jawaban dari semua keluarga Ammar.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Audrey saat ini telah resmi menjadi istri Amman seutuhnya, dia telah melepaskan kehormatannya untuk Amman.
"Kak Amman kok belum pulang ya? Padahal udah pukul lima sore. Apa dia lembur?" Audrey berbicara sendiri dengan terus melihat ke arah bawah dari balkon kamar.
Suara deru mobil terdengar dan Audrey langsung tersenyum ketika dia melihat mobil Amman yang sudah berhenti tepat di halaman rumah.
"Itu kak Amman." ucap Audrey dan langsung berjalan menuju cermin, dia ingin merapikan kembali pakaiannya agar Amman senang karena pulang kerja disuguhi oleh penampilan Audrey yang sangat cantik.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka.
"Kak, aku pikir kamu lembur hari ini." Audrey menghampiri Amman yang baru masuk ke dalam kamar.
"Aku sangat lelah, Audrey." Amman memberikan Jas nya kepada Audrey.
"Ada apa kak? Apa pekerjaan kantor sangat menumpuk?" sahut Audrey menduga.
"Aku lelah karena sudah hampir tiga minggu mencari Anisa tetapi tidak ada kabar sama sekali."
Gerakan tangan Audrey terhenti ketika dia hendak membuka sepatu milik Amman, ada rasa sedih dihatinya tetapi Audrey tidak ingin berdebat.
"Kenapa kamu diam saja? Aku minta maaf jika kamu sakit hati karena ucapanku, tetapi kamu tau 'kan jika aku sangat mencintai Anisa." Amman menatap wajah Audrey.
"Jika kakak mencintai Anisa, lalu mengapa kakak bercinta denganku? Apa kakak tidak berpikir kalau sekarang kakak sudah mengkhianati Anisa?" jawab Audrey dengan tenaga.
Sangat diluar dugaan Amman, biasanya Audrey akan marah tetapi sekarang Audrey hanya santai dan menjawabnya dengan tenang.
"Ya, aku tau itu! Dan kamu, mengapa kamu mau bercinta denganku sementara kamu tau jika aku masih mencintai Anisa?"
"Karena aku istrimu, jika bukan aku yang melayanimu lalu siapa lagi?" Audrey menegakkan tubuhnya karena dia sudah selesai membuka sepatu Amman.
Amman terdiam seribu bahasa.
"Ya sudah, sebaiknya kakak mandi dulu untuk merilekskan tubuh dan pikiran kakak."
Amman langsung beranjak dari sofa dan berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah Amman pergi, Audrey hanya menatap pintu kamar mandi dengan nanar.
"Sebenarnya hatiku sangat sakit kak, aku sudah berulangkali mencegah kamu untuk tidak memperdulikan Anisa tetapi kamu tidak mendengarkan ucapanku." lirih Audrey sedih. "Aku sangat mencintai kamu, sangat cinta kak Amman." lanjutnya sambil menunduk.
Audrey sudah melupakan cintanya untuk Ammar yang belum terlalu berkembang, dia saat ini hanya sangat mencintai Amman.
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN 🥰
TEMBUS 10 KOMENTAR OTHOR UP 2 BAB LAGI ❣️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Srimurni Nurjanah Sitorus
semoga Ammar yang ngidam berat karena menghamili Annisa
2022-11-18
1
ᵉˡ̳༆yuli@_sm 💜💜💜💜
kenapa selalu wanita yg jadi korban keegoisan lelaki😌😌😌😌....
2022-11-11
3