Malam hari.
Seluruh keluarga kecil Arsalaan telah berkumpul dimeja makan, terlihat Audrey melayani Amman dengan sangat telaten dan itu membuat Ammar sangat murka.
'Bisa-bisanya mereka tampil mesra begitu di depanku. Audrey sudah tidak lagi mencintaiku dan itu semua karena Amman.' batin Ammar.
Tok! Tok!
Pintu rumah diketuk dan Audrey langsung beranjak dari kursi.
"Biar aku saja yang buka." ucapnya dan berlalu menuju pintu.
Art yang bekerja di kediaman Arsalaan tidak menginap, dia datang pukul lima pagi dan pulang pukul enam sore. Jarak antara rumah Art dan rumah Arsalaan hanyalah 300m.
Audrey membuka pintu dan dia terkejut karena melihat Anisa yang sudah berdiri di depan pintu, terlihat wajahnya sembab seperti habis menangis.
"K—kak Anisa?'' Audrey memanggil dengan lirih.
"Audrey! Siapa yang datang?" teriak Amman dari meja makan.
Audrey hanya terdiam.
"Apa Ammar ada dirumah?" Anisa langsung bertanya.
Audrey pun mengangguk. "Silahkan masuk." dirinya memberikan jalan kepada Anisa.
Anisa masuk ke dalam rumah dan menatap lurus ke arah meja makan.
Semua mata mereka tertuju ke arah Anisa.
"Nisa?" Amman tersenyum senang tetapi itu semua berbanding terbalik dengan Ammar.
Ammar bertanya-tanya mengapa Anisa datang kerumahnya saat dia sudah memutuskan untuk pergi ke luar kota.
Mereka semua berdiri dari kursi masing-masing dan berjalan menghampiri Anisa.
"Nisa, kamu kemana aja? Aku sudah mencarimu dan selalu tidak ketemu." Amman memegang pundak Anisa.
Sementara Anisa hanya diam saja sambil terus menatap Ammar.
"Aku datang kesini untuk meminta pertanggungjawaban." ucap Nisa tanpa ingin berbasa-basi.
Glek!
Ammar meneguk Saliva nya dengan kasar. 'Apa maksud perempuan itu?'
Anisa berjalan mendekati Ammar.
Setelah berada di dekat Ammar, dirinya mengeluarkan semua bukti yang dia letakkan di dalam tas.
Ammar terkejut karena Anisa melemparkan amplop berwarna cokelat ke wajahnya.
"Apa-apaan kau ini?" bentak Ammar dengan nada tinggi.
"AKU HAMIL!" teriak Anisa tidak mau kalah.
Amir, Aresha, Amman dan Audrey membolakan mata mereka karena mendengar penuturan dari Anisa.
"H—hamil?"ucap Aresha dengan lirih.
Tubuh Aresha terhuyung ke belakang, untung saja Amir menangkapnya sehingga Aresha tidak jatuh ke lantai.
Ammar membuka amplop itu dengan terburu-buru. Dia membaca kertas yang tadi berada di dalam amplop, matanya mendelik ketika Anisa dinyatakan positif hamil.
"Aku ingin meminta pertanggungjawaban!" teriak Anisa kedua kalinya.
Ammar menatap Anisa dengan tajam, dia merobek kertas itu dan melemparnya ke udara.
"Aku tidak akan menikahimu!" sahut Ammar dengan yakin.
Anisa terkejut dengan jawaban Ammar meskipun dia awalnya yakin jika Ammar pasti tidak akan bersedia bertanggungjawab.
Plak!
Aresha menampar pipi Ammar, matanya memerah dan darahnya naik mendidih. "Mudah sekali kamu mengatakan itu Ammar! Apa kamu tidak berpikir bagaimana kondisi Anisa jika kamu tidak bertanggungjawab? Mama gak nyangka ternyata kamu lelaki yang egois dan jahat!" teriak Aresha dengan penuh emosi.
Ammar hanya diam.
Bugh!
"Dasar brengsek!" Amman tidak dapat mengendalikan emosi dan dia melayangkan tinjuan ke wajah Ammar.
"Mengapa kau memukulku?" Ammar membentak sang kakak.
"Apa yang sudah kau lakukan pada Anisa? Kau benar-benar keterlaluan, Ammar! Kau pengecut! Sialan!" Amman menatap Ammar dengan mata merah menyala.
Anisa hanya menangis saja begitupun dengan Audrey.
"Apa urusanmu, hah! Jika kau keberatan dengan keputusanku, maka kau saja yang menikahi wanita itu!" Ammar tidak mau kalah.
"Ya, akulah yang akan menikahi Anisa!" jawab Amman tanpa berpikir panjang.
Audrey menatap Amman dengan rasa tidak percaya, dadanya terasa sesak ketika Amman masih tetap memutuskan untuk menikahi Anisa.
Plak!
Plak!
Amir menampar pipi kedua Putranya dengan sangat kuat, hingga keluar darah dari sudut bibir keduanya.
"APA YANG KAU KATAKAN AMMAN! KAU TIDAK BERHAK BERTANGGUNGJAWAB KARENA INI SEMUA ADALAH KESALAHAN AMMAR!" teriak Amir dengan amarah.
"Bukan salahku tetapi salah Ayah!"
Amir menatap Ammar yang malah menyalahkannya.
"Ayah tau, Audrey adalah kekasihku dan kami berniat untuk menikah! Ayah juga tau jika kak Amman mencintai Anisa dan memutuskan untuk menikah dengan Anisa!"
Amir mengeraskan rahangnya.
•
•
Anisa
**Audrey
•
TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Eka Ibu'e Ogy
wkwkwk authornya pasti diam seribu bahasa nih,,,karena di keroyok pra emak" yg lgi baca🤣🤣🤣🤣🤭🤭
2022-11-12
2
ᵉˡ̳༆yuli@_sm 💜💜💜💜
stop bertengkar..... mari kita mnta tanggung jawab sma othor aj... tu orgnya anteng2 aj ... 😂😂😂😂😂 bahagia dia liat x an pd saling menyalahkan......
2022-11-11
4
Ayi
bukan salah siapa2 si , kan othor yg nyetir 😁😁🤭
2022-11-11
5