Sesampainya di rumah Anisa, Ammar melihat ke sekeliling terlebih dahulu.
"Sepertinya aman karena sekarang juga sudah larut malam." ucap Ammar sambil turun dari mobil.
Setelah dirasa aman, Ammar segera membopong tubuh Anisa dan meletakkannya di depan teras.
Sebelum pergi, Ammar menyempatkan diri untuk tersenyum dan menatap Anisa dari atas sampai bawah.
"Aku rasa kejadian seperti ini bisa diulang lagi." ucapnya karena merasa ketagihan.
Ammar segera bergegas pergi karena takut ada yang memergokinya, untung saja dia mengecek alamat yang ada di KTP Anisa, maka dari itu dirinya tahu tempat tinggal Anisa.
Ammar melajukan mobil pergi dari rumah Anisa.
Sementara dia kamar pengantin baru.
Pasangan pengantin baru itu telah selesai membersihkan diri dan mereka saat ini duduk di atas ranjang.
"Kak, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Aku juga!" sambung Amman.
"Baiklah, kakak saja duluan." Audrey mengalah.
"Tidak, kamu saja.''
Audrey menghela nafas dan mulai berbicara. "Aku tau pernikahan ini didasari atas perjodohan, tetapi aku minta agar kakak tidak membenci aku karena aku menerima perjodohan kita ini."
"Lalu?" sahut Amman.
"Diam lah dulu sebelum aku selesai berbicara." Audrey mengerucutkan bibir.
"Ya, lanjutkan."
"Sebelum aku menerima perjodohan ini, aku sudah mengatakan kepada Papa jika aku sebenarnya telah memiliki seorang kekasih dan kami berniat untuk segera menikah."
"Benarkah? Lalu siapa kekasihmu itu? Dan bagaimana reaksinya ketika dia tahu jika kamu ingin menikah dengan pria lain?"
"Kekasihku, dia—, dia adalah adik kandungmu."
"APA!" Amman sangat terkejut karena mendengar ucapan dari mulut Audrey. "Kamu tidak berbohong?"
Audrey menggeleng. "Aku sudah mengatakan kepada Papa tetapi Papa tetap bersikeras menjodohkan aku denganmu, aku sebagai putri satu-satunya hanya bisa menuruti ucapan Papa. Aku tidak ingin membuat Papa kecewa karena hanya akulah harapan beliau."
Amman menjambak rambutnya dengan kasar. "Kamu tau, aku juga sebenarnya memiliki pilihan sendiri untuk aku jadikan istriku. Tetapi kedua orang tuaku tidak ingin mendengarkanku, mereka tidak ingin menanggung malu karena perjodohan batal. Aku sudah mengatakan jika Ammar saja yang menikah denganmu sementara aku akan menikah dengan wanita pilihanku."
"Jadi? Kakak juga?"
Amman mengangguk cepat.
"Mungkin inilah takdir kak, kita gak tau apa yang Tuhan rencanakan untuk perjalanan hidup kita."
"Ya, aku rasa." sahut Amman dengan lesu.
Amman tidak tahu bagaimana perasaan sang adik saat ini ketika kenyataan mengatakan jika kekasihnya telah menjadi kakak iparnya. Amman juga yakin pasti Ammar sangat membencinya.
"Mungkin aku harus bicara dengan Ammar besok, agar dia tidak salah paham."
"Aku rasa tidak perlu, kak. Aku tidak ingin Ammar menjadi semakin marah."
Amman melirik wajah Audrey. "Kenapa kamu tidak mengatakan padaku terlebih dahulu jika kamu adalah kekasihnya Ammar?"
"Bagaimana bisa, sementara aku tidak punya nomor ponsel kakak dan kita juga bertemu hanya sekali waktu kakak melamarku."
Amman berdecak kesal.
"Tapi biar bagaimanapun, kamu sudah menjadi suamiku kak." Audrey menunduk.
"Tidak perlu saling menyalahkan dalam hal ini."
Audrey mendongak guna menatap wajah suaminya yang sangat mirip dengan mantan sang kekasih.
"Satu hal lagi! Jika kakak ingin menyentuhku ataupun meminta aku layani, aku pasti akan menuruti ucapan dan permintaan kakak, karena kakak adalah suamiku."
Amman tersenyum tipis, dia tidak menyangka jika Audrey bisa sabar dan menerima semuanya.
🌺🌺🌺🌺
Pagi hari.
Pukul setengah enam pagi.
Leo baru pulang dari mesjid, saat dia tidak sengaja melirik ke arah rumah Anisa ternyata dia melihat Anisa tergeletak di teras rumah.
"Nisa!" pekiknya seraya berlari menghampiri Anisa.
"Anisa! Nisa!" Leo menepuk pipi Anisa dengan pelan.
Perlahan kelopak mata Anisa terbuka dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah manis milik Leo.
"Aaa!" teriak Nisa histeris ketika dia menatap wajah Leo yang sangat dengannya.
"Nisa! Anisa ada apa denganmu?" Leo menjadi khawatir karena melihat reaksi Anisa yang seperti ketakutan.
Anisa mengedarkan pandangan dan dia sadar jika dirinya sudah berada di rumah.
"Mas!" Anisa memeluk tubuh Leo, inilah pertama kalinya dia memeluk tubuh pria lain yang bukan muhrimnya.
"Nisa, ada apa dengan kamu?"
"Mas! Aku—, aku..." Nisa tidak meneruskan ucapannya karena dia sadar pasti dia akan tekena masalah jika mengatakan bahwa seorang pria telah melecehkannya.
"Kenapa kamu tidur di teras?" Leo mengulangi pertanyaannya.
"Aku, aku tadi malam ingin pergi ke pesta dan di tengah jalan motorku mogok. Seseorang datang dan dia ingin merampokku, aku berlari terus sampai ke rumah, hingga saat ingin membuka pintu aku langsung jatuh pingsan.'' bohong Nisa dengan air mata yang mengucur deras, Nisa memegang lengan Leo dengan erat.
"SST! Sudah sudah, yang penting kamu selamatkan? Dan aku akan mencari motormu. Kamu katakan saja dimana motormu tadi malam." Leo mengusap kepala Anisa dengan lembut.
Anisa hanya mengangguk dan terus menangis karena mengingat kejadian tadi malam yang membuat kesuciannya terenggut.
Leo adalah pria berusia dua puluh tujuh tahun, dia tetangga Anisa. Leo mempunyai cafe sendiri dan dia juga masih singel, dia sebenarnya menyukai Anisa tetapi tidak berani mengungkapkan perasaannya. Leo juga anak yatim-piatu, Ayah dan Ibunya meninggal karena kecelakaan saat mereka ingin pulang ke luar kota.
Wajah yang manis, hidung mancung, alis tebal, bibir indah membuat Leo banyak digemari kaum wanita di desa tersebut. Tetapi Leo hanya tertarik dengan Anisa seorang, bagi Leo gadis bernama Anisa itu sangatlah baik, rendah hati, ramah, dan tidak sombong dan juga Sholeha.
Amman Arsalaan
Ammar Arsalaan
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPAKAN JEJAK 🥰**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🅣🅗🅐 ᨶꪖꪑꪱׁׁׁׅׅׅ̉ꪶᧁ݊ꪀ
ammar kamu jahat sekali , tidak punya rasa kasihan sama sekali
2022-11-14
2
ᵉˡ̳༆yuli@_sm 💜💜💜💜
𝘈𝘶𝘥𝘳𝘦𝘺 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘮𝘮𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘭𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢,,,,
𝘺𝘨 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘯𝘪𝘴𝘢,, 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘥𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘮𝘶.....
𝘴𝘮𝘯𝘨𝘵 othorrr😊😊😊
2022-11-09
1