Amman sampai di butik dan dia tidak menemukan Anisa disana, dirinya sangat khawatir takut terjadi sesuatu dengan Anisa.
"Kemana Nisa? Di rumah tidak ada, di butik juga tidak ada." Amman menyugar rambutnya dengan kasar.
Amman baru kepikiran untuk menghubungi ponsel milik Anisa.
Tut Tut
Anisa yang baru selesai berpakaian langsung mencari sumber suara.
"Itu suara ponselku, tapi dimana letaknya?" Anisa terus mencari ponsel miliknya.
Telinga Nisa semakin menangkap suara ponsel yang sangat dekat, dia menunduk dan ternyata tasnya ada di bawah tempat tidur.
Anisa mengambil tas itu lalu dia segera merogoh nya dan mengambil ponsel.
"Nomor baru?" gumam Nisa sambil menjawab panggilan itu.
"Halo, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, Nisa! Nisa, ini aku Amman."
'Tuan Amman? bagaimana bisa dia mengetahui nomor ponselku?' batin Anisa.
"Nisa, apa kamu baik-baik saja? Tadi aku datang ke rumah kamu dan Leo mengatakan jika kamu tidak pulang ke rumah. Kamu kemana aja? Aku sangat khawatir." ucap Amman panjang lebar.
Anisa menghapus air mata yang menitik di pipinya, dia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.
"Aku, aku sedang berada di rumah teman." jawabnya sambil memejamkan mata karena terpaksa harus berbohong.
"Benarkah?" tanya Amman sekali lagi seperti tidak percaya.
"Ya! Tuan, bagaimana bisa anda mendapatkan nomor ponsel saya?"
"Aku memintanya dari pegawai butik." sahut Amman. "Kamu benar baik-baik saja'kan? Aku dengar suara kamu seperti berbeda, apa kamu ada masalah?"
"Tidak, Tuan. Aku baik-baik saja,"
"Ya sudah, aku lega karena mendengar jika kamu ternyata dalam keadaan baik. Kalau begitu aku matikan dulu sambungannya, aku harus segera pergi ke kantor karena ada meeting penting."
"Baiklah, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sambungan terputus.
Anisa terduduk lemas diatas ranjang, dia harus segera pergi ke luar kota agar Ammar tidak menjadikannya budak se*ks.
"Ya Allah, maafkan aku yang sudah kotor dan zina." Anisa tersedu-sedu.
🌺🌺🌺🌺
Malam hari.
Amman masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kusam dan lelah, dia terus berjalan hingga akhirnya sampai di dalam kamar.
Audrey yang setia menunggu Amman langsung beranjak dari ranjang dan segera menghampiri Amman.
"Kak, kamu udah pulang?'' ucap Audrey sambil mengambil tas yang ada di tangan Amman.
"Huft!" Amman merebahkan tubuhnya di sofa. "Hari ini sangat melelahkan, banyak laporan yang salah dan harus diperbaiki."
"Kenapa harus kamu yang mengerjakan?"
"Aku ingin kerjasama dengan perusahaan seberang cepat deal, perusahaan itu menawarkan saham dan penghasilan yang cukup besar. Perusahaan lain juga banyak yang mengincar itu sehingga kami berlomba-lomba untuk mendapatkan tanda tangan kontrak kerjasama dengan perusahaan seberang."
"Begitu rupanya jika menjadi seorang pemimpin ya? Dulu Papa selalu menuntutku untuk menggantikannya menjadi seorang direktur utama."
"Lalu?" Amman mengangkat kaki karena Audrey melepaskan sepatunya dengan telaten.
"Aku menolaknya karena menjadi seorang pemimpin pasti sangat sulit."
"Ya, kamu benar sekali." Amman tersenyum tipis ketika Audrey melayaninya dengan sangat baik.
Audrey terkejut karena Amman memegang kedua pundaknya.
"Duduklah disampingku." Amman menepuk sofa.
Audrey menurut dan duduk di samping Amman.
"Mengapa kamu tahu bagaimana cara melayani suami dengan baik?"
"Sewaktu Almarhumah Mama masih ada, aku selalu melihatnya melayani Papa seperti ini. Jika Papa pulang kerja Mama akan menyambutnya dengan senyuman, obrolan ringan, dan menanyakan hal-hal yang berkaitan tentang perkejaan Papa. Tak lupa Mama juga melepaskan sepatu Papa." Audrey tersenyum sendiri ketika mengingat masa-masa itu.
"Sejak kamu umur berapa Mama kamu tiada?"
"Mama tiada sejak aku usia lima belas tahun." Audrey menunduk sedih. "Sudahlah lupakan, mengapa jadi mellow begini?" Audrey tersenyum tipis.
"Aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu." Amman beranjak dari sofa.
"Tunggu kak! Aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Audrey berjalan mendahului Amman.
Amman hanya menatap punggung belakang Audrey yang telah hilang di balik pintu kamar mandi, ada rasa bahagia yang menjalar dalam hatinya karena melihat Audrey yang sangat bebesar hati mau menerima pernikahan ini dan rasa bersalah yang ada di hati Amman ketika dia memutuskan hendak menikah dengan Anisa.
Sangat sulit bagi seorang Amman untuk memilih salah satu dari kedua wanita itu.
•
•
**TBC
HAPPY READING
SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA
YUK TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGANNYA, TERIMA KASIH 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Eka Ibu'e Ogy
jangan sia" kan istrimu Amman, selagi dia sudah mengikhlaskan semuanya demi kbhagiaan orang tua dan kbhagiaan rumah tangganya kelak
tapi yg apa dpat dri istrimu, cuman mndam rsa kecewa, karena omnganmu buat hati istrimu sakit, tapi istrimu slalu mnunjukan seyumannya agar orang" tau btapa hncurnya hatinya stelah mnikah dengan Amman ..smoga Amman sadar dan mengikhlaskan Anisa dengan mncari pndmping hidupnya...kadang cinta tak harus memiliki ....perjuangkan rumah tanggamu Amman...sebelum terlmbat, kamu bklan nyesel klo di tinggal istrimu pergi jauh....bikin aku 😭😭tau kak
2022-11-11
7
ᵉˡ̳༆yuli@_sm 💜💜💜💜
hargai yg ad d depan mata... lupakan yg gk. mgkin bisa d gapai...
jgn smpk kmu kehilangan keduanya aman....
2022-11-11
3