Ammar telah sampai di rumah, dirinya segera bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri.
"Ammar! Kenapa tadi malam kamu tidak pulang?" Aresha menegur ketika Ammar hendak membuka pintu kamar.
Ammar menghela nafas malas dan berbalik guna menatap Aresha.
"Dari rumah teman, Ma." ucapnya singkat.
"Nak, tidak baik jika kamu terus-menerus seperti ini. Bagaimana jika Ayah kamu sampai tahu kalau anaknya sangat suka kelayapan tidak jelas dan tidak ada manfaatnya."
"Ayah tidak akan tahu jika Mama dan kak Amman tutup mulut."
"Kamu selalu saja menjawab jika orang tua sedang memberi nasehat."
"Jika aku diam pasti Mama akan tambah marah karena aku terlihat tidak memperdulikan." Ammar berbicara dengan nada tenang.
"Astaga, anak ini. Coba katakan pada Mama, kamu pasti habis nongkrong di Diskotik bareng teman-teman gak jelas kamu itu 'kan?" Aresha menatap Ammar.
"Kalau Mama sudah tau lalu untuk apa bertanya lagi?"
"Ammar! Semakin hari sikap kamu semakin semena-mena saja terhadap orang tua. Mama yang sudah melahirkan kamu, Mama yang sudah merawat kamu dengan penuh kasih sayang, apa seperti ini balasan kamu kepada Mama?"
Ammar terdiam.
"Mama tidak tahu apapagi yang harus Mama katakan agar kamu bisa mengubah sikap kamu ini." Aresha memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Apa Mama sudah selesai bicara? Aku ingin mandi dan akan pergi lagi untuk menemui teman-temanku." Ammar langsung membuka pintu kamar dan masuk begitu saja tanpa menghiraukan sang Mama.
Aresha memejamkan mata agar emosinya terkontrol.
•
•
Audrey sedang bersiap karena hari ini dia akan pergi bersama dengan Ammar. Ya, tadi malam Ammar mengirim pesan akan menjemput Audrey dan mereka akan pergi berkeliling ke Mall hari ini.
"Papa!" Audrey menghampiri sang Papa yang baru selesai sarapan.
"Hai nak, masih pagi begini kamu sudah rapi saja. Mau kemana memangnya?" Papa Audrey— Brian Miller, menatap Audrey dengan rasa penasaran.
"Aku ada janji sama teman, Pa." sahut Audrey sambil duduk di kursi sebelah sang Papa.
"Teman atau teman?" Brian ingin memastikan jika sang Putri mempunyai seorang kekasih atau tidak.
Audrey hanya tersipu malu.
"Nak, jika kamu sudah memiliki kekasih tolong katakan pada Papa."
Audrey mengangguk paham. 'Aku dan Ammar belum resmi menjadi sepasang kekasih, jadi sebaiknya aku tutup mulut dulu dan merahasiakannya dari Papa.' batin Audrey.
Ayah dan Anak itu kembali mengobrol seputar pekerjaan dan hari-hari yang Audrey jalani.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Pukul 11.00 Wib.
Anisa berjalan memasuki gedung tinggi nan menjulang ke atas.
Dirinya berhenti tepat di meja resepsionis dan langsung bertanya kepada sang resepsionis. "Apa Tuan Amman ada di dalam?"
"Anda siapa ya?'' Resepsionis menatap Anisa dengan seksama.
"Saya Anisa, manenger di butik AR BOUTIQUE." ucap Anisa memperkenalkan diri.
"Apa Anda sudah membuat janji?"
Anisa menggeleng.
"Baiklah. Tunggu sebentar, saya akan menghubungi Tuan Amman."
Beberapa saat kemudian.
"Mari, saya antar ke ruangan Tuan Amman.'' Resepsionis berjalan terlebih dahulu di depan Anisa.
Anisa hanya melihat ke seluruh penjuru gedung, dirinya baru kali ini menginjakan kaki di dalam perusahaan milik keluarga Arsalaan.
"Silahkan, ini ruangannya." ucap resepsionis dengan senyum tipis dan setelah Anisa mengucapkan terima kasih, resepsionis itu segera pergi dari hadapan Anisa.
Tok tok!
Anisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebagai tanda kesopanan.
"Masuk!" teriak Amman dari dalam.
Anisa membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan milik Amman.
•
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA UNTUK SELALU MENINGGALKAN DUKUNGAN, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
uhuuyyyyyy
Amman itu yg baik perilaku n hatinya...klo Ammar itu yg suka bar bar🤭
2022-12-06
0
༄༅⃟𝐐Vita Shafira𝆯⃟ ଓε💞🌏
yg benar ini siapa namanya Amman/ammar
2022-11-28
1
༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵
kau gak takut aman ammar, audrey..??
2022-11-11
0