Ammar berhasil menangkap Anisa saat Anisa sibuk mencari kunci.
"Percuma! Percuma kau mencari kunci kamar ini karena kuncinya ada bersamaku!" Ammar tersenyum licik.
"Lepaskan aku! Lepas!" teriak Anisa sambil memberontak.
Ammar mengangkat tubuh Nisa dan memaksanya naik ke atas ranjang.
"Sebaiknya kau menurut, jadi aku akan memperlakukanmu secara lembut."
"Aku bukan budak pemuas Anda! Lepaskan aku!" Anisa terus berteriak hingga urat lehernya menegang.
Ammar menuli'kan telinga dan dia melepas paksa hijab pashmina yang Anisa pakai.
"Jangan! Aku mohon hentikan!" Anisa kembali memohon ketika Ammar ingin membuka kancing bajunya.
Ammar membungkam mulut Anisa menggunakan bibirnya.
"Hmpph! Emmp!" hanya ucapan tidak jelas yang berhasil lolos dari bibir Anisa.
Setelah dirasa nafas Anisa sudah hampir habis, Ammar langsung melepaskan tautan bibir itu.
Anisa menangis tersedu-sedu. "Tuan, aku mohon kasihanilah aku." mohon nya untuk yang kesekian kali.
Ammar tidak peduli dan dia berhasil membuka pakaian Anisa dengan kasar lalu dia membuka pengait yang membungkus buah melon milik Anisa.
Glek!
Ammar menelan saliva dengan sulit karena terpesona dengan keindahan yang ada di dalam diri Anisa.
Anisa hanya bisa menangis dan berontak, tetapi apalah daya karena tenaga Ammar lebih kuat darinya.
Ammar tidak berniat mencicipi buah melon itu, dia hanya ingin memuaskan juniornya saja.
Ammar membuka kasar celana panjang Anisa dan dia mulai membuka pembungkus yang menutupi harga berharga milik Anisa.
"Hiks, jangan! Aku mohon!" Anisa mendorong tubuh Ammar tetapi Ammar malah memegang kedua Nisa.
Ammar melu*mat bibir Nisa seraya memasukkan tombaknya ke dalam kantong Semar milik Anisa.
Jleb!
Anisa tidak bisa berkata apapun lagi ketika Ammar kembali menyetubuhinya, Anisa benar-benar ingin mati sekarang juga.
Air mata pun ikut membanjiri are pipi Anisa.
Satu jam kemudian permainan selesai tetapi Ammar mengulanginya lagi dan lagi hingga Anisa jatuh pingsan.
🌺🌺🌺🌺🌺
Pagi hari.
Amman telah bersiap untuk pergi ke kantor tetapi seperti biasanya dia akan menyempatkan diri untuk ke rumah Anisa, tentu saja dengan membawa sarapan.
"Audrey, aku pergi ke kantor dulu ya?" Amman menghampiri Audrey yang sedang berada di taman.
Audrey mengangguk dan tersenyum tipis. "Hati-hati ya, kak."
Amman tersenyum sambil mengangguk sekilas.
Setelah itu dia berlalu pergi ke mobilnya.
"Sudah satu Minggu pernikahan kami tetapi kak Amman belum menyentuhku, apa dia benar-benar tidak mencintaiku dan hanya nama Anisa yang ada di dalam hatinya?" Audrey bergumam, entah mengapa baru satu Minggu tidur bersama dengan Amman, mengobrol dan bergurau mampu membuat Audrey nyaman dengan Amman.
Audrey pun sepertinya sudah lupa dengan Ammar sang kekasih, menurut Audrey, Amman adalah pria yang bisa berpikir dewasa dibandingkan Ammar.
Tiga puluh lima menit.
Amman telah sampai di rumah Anisa.
Tok! Tok!
"Nisa! Anisa!" Amman berteriak sambil mengetuk pintu rumah.
Keadaan masih sepi yang menandakan Anisa tidak dirumah.
Leo yang ingin pergi ke cafe langsung menghampiri Amman.
"Tuan?" panggilnya sambil menepuk pundak Amman .
Amman menoleh dan melirik Leo sekilas. "Apa Anda melihat Anisa? Tumben sekali sudah siang begini dia belum bangun."
"Anisa sepertinya tidak pulang, Tuan."
Amman tercengang. "Tidak pulang? Maksud Anda?"
"Ya, saya tidur pukul dua belas malam dan tidak melihat Anisa pulang ke rumah. Saya rasa dia tidur di tempat kerjanya karena lelah atau terlalu malam untuk pulang."
Amman berpikir. "Baiklah, terima kasih. Saya akan mengeceknya terlebih dahulu."
"Permisi, assalamualaikum." Leo berlalu setelah Amman menjawab ucapan salamnya.
"Kemana Anisa? Tapi apa benar dia menginap di butik?" Amman bergegas pergi menuju butik.
Di apartemen.
Anisa membuka bola matanya dengan berat.
"Ssh!" dia merintih karena merasakan sakit di area sensitifnya. "Ya Allah, sakit sekali." ucapnya sambil meneteskan air mata.
Anisa merasa hidupnya benar-benar sudah hancur, dia tidak tahu harus bagaimana lagi setelah ini.
Perlahan Anisa mengedarkan mata untuk mencari keberadaan Ammar, namun ternyata pria berhati iblis itu sudah pergi.
"Setelah menghancurkan hidupku dia langsung pergi begitu saja. Hiks ..." Anisa meremas selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Dengan susah payah dia mencoba beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, Anisa ingin membersihkan diri setelah itu pulang ke rumah dan dia berniat untuk mengundurkan diri dari butik agar bisa pergi ke luar kota atau luar negeri.
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Tia Chintya
iya Nisa..pergi sejauh jauh nya..biar si iblis Ammar merasa menyesal
2023-05-14
0
Srimurni Nurjanah Sitorus
thor buat Ammar dapat karma
2022-11-17
1
Eka Ibu'e Ogy
aku doakan Nisa semoga ada orang baik yg mnolongmu untuk pergi yg jauh,,,agar Ammar bisa sadar dengan apa yg dia perbuat sama kamu Nisa ..semoga aja kamu pergi yg jauh Ammar baru nyesel, dan skalian stres tuu sih Ammar nyariin kamu kemana" GK ktemu"....stelah pnyesalan datang, amar sadar,,dan yg tk diduga bklan ktemu lagi sama kmu nisa,,,tapi Nisa hidup dengan buah hatinya dan di tolong dengan orang baik ...yaaa aku halu kak🤣🤣🤭🤭
2022-11-10
6