Bigantara Mansion
Suasana mansion pagi itu terlihat berbeda,para maid terlihat keheranan melihat tuan muda mereka Rio,sudah menyantap sarapannya sedangkan anggota keluarga lainnya sama sekali belum turun ke meja makan untuk sarapan.
"Dini,tolong siapkan teh hi-" Rian yang sedang menuruni anak tangga tidak melanjutkan kata-katanya. Dia terpaku beberapa saat ketika melihat saudara kembarnya sudah berada di meja makan.
"Tuan muda?" Maid yang namanya dipanggil oleh Rian tadi mendekatinya.
"Oh iya, tolong buatkan aku teh hijau ya." Ucap Rian.
"Baik tuan muda,saya akan segera siapkan."
Dini pergi dari hadapan Rian menuju dapur untuk membuat teh yang diminta oleh Rian. Rian melanjutkan jalannya menuju meja makan.
"Apakah kau sakit Rio? Sepertinya kau sedang tidak sehat."
Rian duduk dikursi sebelah Rio,dia memperhatikan Rio yang sedang makan.
"Sepertinya kau yang sakit." Ucap Rio sambil melihat ke arah Rian.
"Aku tidak sakit. Justru kau itu yang aneh jam segini sudah disini,biasanya kau masih berada diatas."
"Ehemm,aku sudah selesai sarapan. Aku akan berangkat."
Rio segera meninggalkan meja makan setelah menghabiskan makanannya.
"Wah pengaruh bos kecil itu memang hebat ya." Rian tersenyum sambil melihat sosok Rio yang sudah mulai menjauh.
"Tuan muda ini tehnya."
"Terimakasih,kau juga tolong buatkan kue strawberry nanti aku ingin mengunjungi adikku yang sedang sakit."
"Baik."
Dini dan beberapa maid yang ada disana merasa sedikit heran dengan tingkah Rian,pasalnya Rio baik-baik saja. Atau memang pikirannya yang sedang sakit?.
Bigantara Grub
Vannesa berada di ruangan sekretaris menggantikan Cakra hari ini untuk urusan meeting dan juga pekerjaan kantor,pasalnya Cakra hari ini tidak masuk. Jadi pekerjaan Cakra diserahkan kepada Vannesa.
"Bagaimana persiapan meeting nya?"
Vannesa terkejut dengan kedatangan Rio secara tiba-tiba. Dia mencoba menormalkan kembali detak jantungnya yang berdetak cepat.
"Semua berkas sudah disiapkan pak. Apakah mau berangkat sekarang?"
"Tidak masalah. Kita berangkat sekarang saja."
"Baik pak."
Vannesa mengikuti Rio dari belakang,dia membawa berkas yang akan digunakan untuk rapat hari ini. Cakra mengatakan hari ini akan ada 2 rapat,jadi Vannesa disarankan untuk membawa berkasnya sekaligus.
Di dalam mobil, Vannesa dan Rio sama-sama diam,mereka sibuk dalam pikirannya masing-masing.
15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di perusahaan Adinata Grup.
"Pak Rio,kita sudah sampai." Ucap supir Rio.
Vannesa tersenyum melihat perusahaan itu, perusahaan yang merupakan tempat kerja pertamanya setelah datang ke daerah ini.
Ketika Vannesa ingin keluar dari mobil, Rio menarik tangan Vannesa. Dan Vannesa refleks menoleh.
"Tidak boleh berbicara diluar pekerjaan."
Setelah mengatakan hal itu Rio segera keluar,dan Vannesa masih memikirkan maksud perkataan Rio barusan.
"Kau ingin tetap tinggal? Aku akan menyuruhmu menemani pak Didi disini."
Vannesa segera tersadar dari lamunannya,dia segera keluar mobil menyusul Rio yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Huh orang macam apa kau itu Rio." Maki Vannesa dalam hatinya
"Pak Rio ini,sudah ada perkembangan." Pak Didi tersenyum melihat Rio dan Vannesa dari belakang.
Ketika masuk kedalam perusahaan Adinata,ada beberapa karyawan yang memperhatikan mereka berdua,termasuk bagian penerimaan tamu.
Vannesa berdiri didepan meja resepsionis,tapi karyawan itu tidak mengindahkannya dan masih melamun.
"Haloo?" Vannesa melambaikan tangannya tepat didepan mata resepsionis itu.
"Eh iya,oh Vannesa ada yang bisa dibantu."
Rio memicingkan matanya kearah resepsionis wanita itu.
"Apa kau tidak punya etika? Kau bahkan tidak menyapa kami ketika datang,dan sekarang beraninya memanggil secara langsung nama sekretaris ku!" Bentak Rio kepada resepsionis itu,yang membuat semua orang terkejut.
"Pak,itu tidak masalah. Mungkin karena dulunya aku adalah temannya jadi dia memanggilku dengan namaku." Vannesa menenangkan Rio.
"Alasan masuk akal,tapi tetap tidak bisa diterima. Itu sama saja merendahkan perusahaan Bigantara,karena tidak menghormati karyawan yang berada dibawah naungan perusahaan."
Vannesa benar-benar tidak tau caranya menghadapi situasi kali ini.
"Apa yang akan dilakukan oleh Cakra ketika bertemu dengan kondisi seperti ini?" Tanya Vannesa dalam hatinya.
"Vanny kita pergi dari sini. Aku tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang tidak bisa menghargaiku."
Vannesa tidak bergeming,baru saja Rio memanggilnya Vanny? Sama seperti cara memanggil Rian.
"Ba baik pak." Vannesa tidak tau harus berbuat apa,dia hanya mengikuti kepergian Rio saat itu.
"Pak Rio,maaf atas lancangnya karyawan saya. Saya minta maaf apabila cara penyambutan kami kurang berkenan dihati pak Rio." Desta datang saat itu,sedangkan Rio menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Apakah seperti ini etika kalian dalam menyambut calon rekan kerja?"
Rio berjalan perlahan mendekati Desta.
"Kami benar-benar minta maaf,apabila membuat pak Rio tidak senang."
"Ck,tidak masalah. Kita lanjutkan meeting."
Ucap Rio kepada Vannesa disampingnya.
"Baik pak."
Vannesa mendongak menatap ke depan,sedangkan Desta terkejut dengan kehadiran Vannesa sebagai sekretaris disamping Rio.
"Vannesa itu kau?" Ucap Desta sambil berjalan ke depan. Sedangkan Rio merentangkan satu tangannya sebagai tanda menghentikan Desta.
"Dia sekretaris saya,harap pak Desta bisa menghargai sekretaris saya." Ucap Rio dingin.
Desta menghentikan langkahnya dan berbalik berjalan menuju ruang rapat. Rio dan Vannesa mengikuti Desta.
Sesampainya didepan ruang rapat ada Syerly yang sudah menunggu, Syerly membelalakkan matanya ketika melihat Vannesa ada disamping Rio.
"Pak Rio silahkan masuk terlebih dulu."
Desta mempersilahkan Rio dan Vannesa masuk duluan lalu disusul olehnya.
"Rumor bilang pak Rio itu kejam terhadap perempuan memang itu salah?" Syerly bergumam sendiri,lalu dia masuk ke dalam ruangan.
Meeting berjalan dengan lancar,hanya saja Rio merasa kesal karena Desta selalu melirik kearah Vannesa. Setelah meeting selesai, Rio dan Vannesa berjalan keluar ruangan,tapi tangan Vannesa ditarik oleh Desta.
"Vannesa,kau marah padaku?"
Vannesa menoleh kearah Desta dia tersenyum,lalu melepaskan genggaman tangan Desta.
"Maaf pak Desta, saya tidak ada waktu. Kami akan segera menghadiri rapat lain,permisi."
Vannesa sedikit membungkuk lalu menyusul langkah kaki Rio. Rio diam-diam tersenyum mendengar jawaban dari Vannesa.
Desta merasa kecewa saat ini,dia merasa sangat marah dengan kepergian Vannesa dari perusahaannya bahkan mulai menjauh darinya.
"Pak Anda baik-baik saja?" Syerly mendekati Desta tapi Desta segera berjalan pergi menjauhi Syerly.
"Vannesa kau cukup beruntung ya." Syerly berbicara sendiri.
•
Vannesa dan Rio berjalan menuju pintu keluar perusahaan, Vannesa kebetulan melewati ruangan kerjanya dulu. Dia menoleh kearah ruangan itu tanpa memperhatikan jalan.
Brukk
Vannesa tidak sengaja menabrak Rio yang sedang berhenti.
"Pak?" "Lihat di depan." Vannesa menuruti kata-kata Rio,dia melihat Maya pacar Desta sedang memarahi seseorang. Vannesa memicingkan matanya berharap bisa melihat lebih jelas.
"Astaga dia Hera." Vannesa segera berjalan kedepan berniat membantu Hera. Rio hanya memperhatikan apa yang akan dilakukan sekretarisnya itu.
"Kau memang tidak punya mata!" Maya bersiap menampar Hera. Beruntungnya Vannesa tiba tepat waktu, Vannesa memegang tangan Maya yang akan digunakan untuk menampar Hera.
"Kau! Lepas tanganku,ternyata si pelakor ya,kau bosan hidup hah." Maya memarahi Vannesa, sedangkan Hera tidak tau siapa yang sudah menolongnya,karena posisi Vannesa memunggunginya.
"Kau dan temanmu itu sama saja ya ternyata ya."
"Kesalahan apa yang dia perbuat?"
"Dia itu jalan tidak hati-hati,akhirnya dia menabrakku ya namanya orang tidak jelas,selalu saja cari gara-gara. Sama sepertimu."
Maya mendorong tubuh Vannesa dengan menggunakan jarinya. Kini Vannesa tidak bisa menahan emosinya,tapi dia harus bisa bersikap profesional.
"Sebelumnya maaf kalau saya ikut campur masalah Anda. Tapi mohon Anda perhatikan sikap Anda,barusan sikap Anda sudah membuat CEO saya sakit mata."
Hera yang mendengarnya terkejut,ternyata orang itu adalah sekretaris Bigantara yang kedatangan mereka sudah jelas akan mengadakan rapat kerja sama. Sedangkan Rio tersenyum mendengar Vannesa mengatas namakan dirinya dalam hal barusan. Tapi benar yang dikatakan Vannesa,dia memang sakit mata ketika melihat pemandangan tadi.
"Kau hanya cari alasan saja, tetap saja kau terlalu ikut campur!" Maya tidak terima dirinya direndahkan oleh Vannesa.
"Ada apa ribut-ribut? Kenapa tidak membiarkan kami pergi? Apakah ini termasuk dalam keramahan perusahaan Adinata?"
Rio akhirnya memutuskan untuk membantu Vannesa.
"Pak saya minta maaf atas kejadian barusan." Hera membungkuk untuk meminta maaf kepada Rio,tapi Rio tidak memperhatikannya.
"Ck,kau bukannya orang yang sudah membuat masalah dengan gadisku waktu itu? Nona aku tidak tau masalah apa yang kau alami,tapi kau tidak boleh menyentuh milikku."
Kata-kata Rio membuat atmosfer disekitar berubah menjadi dingin, sedangkan Vannesa merasa sedikit risih dengan kata-kata Rio.
Maya tidak berani melawan lagi,akhirnya dia pergi begitu saja.
"Kita pergi." Rio melanjutkan langkahnya,tapi tidak dengan Vannesa,dia memilih untuk melihat kondisi Hera terlebih dahulu.
"Terimakasih kau sudah menolongku." Ucap Hera sebelum tau bahwa orang itu adalah Vannesa.
"Tidak usah takut,aku selalu di pihakmu." Vannesa berbalik menghadap Hera,dan Hera terkejut melihat Vannesa yang menolongnya tadi.
"Vannesa kau? Kau bekerja di perusahaan Bigantara sekarang ini?" Tanya Hera yang terlihat sangat senang.
"Iya seperti yang kau lihat. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Vannesa khawatir.
"Aku baik-baik saja,apalagi sudah bertemu denganmu. Aku turut senang kau bisa bekerja disana,bahkan CEO dingin itu memanggilmu sebagai gadisnya. Apakah?"
"Sudahlah,kita bahas hari Sabtu saja dirumahku ya,ini alamatku,kau datanglah kesana. Aku tidak bisa berlama-lama disini."
"Hehehe iya aku mengerti, hati-hati Vannesa."
Hera melambaikan tangan kearah Vannesa yang sudah berjalan menjauh.
•
Vannesa masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada Rio yang menunggu. Setelah Vannesa masuk,pak Didi melajukan mobilnya.
"Sudah mengobrolnya?" Nada bicara yang tak asing bagi Vannesa. Sangat cuek dan dingin.
"Iya sudah. Itu terima kasih tadi bapak sudah membantu saya bicara."
Ucap Vannesa yang masih mengatur nafasnya.
"Kau berhutang untuk itu! Kau juga berhutang penjelasan kepadaku."
Vannesa menelan ludah,dia ingat sudah menggunakan nama bosnya tadi.
"Itu tadi aku- Ah" Mobil berhenti secara mendadak, Vannesa tidak jadi melanjutkan kata-katanya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Rio tegas.
"Maaf pak,tapi ada yang tidak beres didepan."
Rio dan Vannesa melihat kedepan,benar saja disana ada beberapa orang yang sengaja menghalangi jalan mereka.
Preman itu berjumlah 5 orang,semua adalah laki-laki yang diperkirakan Vannesa adalah orang bayaran,yang dibayar untuk mencelakai mereka.
"Hey kalian turun!" Teriak salah satu preman.
"Sialan, pencari gara-gara."
Rio terlihat emosi,dia berusaha menghubungi bodyguardnya tapi sayang sekali didaerah itu tidak ada jaringan.
"Kalian keluar jangan bersembunyi!" Gertak preman itu,akhirnya mereka bertiga keluar mobil.
"Kalian mau apa?" Tanya Rio kepada mereka.
"Tentu saja mau menghabisi kalian."
Jawab preman itu dengan wajah penuh dendam,lalu dia maju berniat untuk menghajar.
"Tidak bisa dibiarkan." Vannesa maju melawan preman itu.
"Vann jangan gegabah!" Rio memanggil Vannesa tapi tidak dihiraukan nya.
"Kalian yang mulai duluan."
Pancaran aura membunuh Vannesa sangat terasa,dia menendang,memukul bahkan melukai tubuh preman-preman itu. Rio dan Didi melihat pemandangan itu dari dekat mobil merasa sedikit takut.
Setelah pertarungan yang sengit, Vannesa akhirnya berhasil melumpuhkan mereka. Vannesa mendorong mereka berlima kehadapan Rio. Rio yang mengerti maksud Vannesa langsung mengintrogasi mereka.
"Katakan apa mau kalian." Rio bertanya dengan suara yang sangat tegas.
"Maafkan kami tuan,kami hanya menjalankan tugas." Jawab salah satu preman itu dengan gemetar.
Dukk
Vannesa menendang pemimpin mereka dan menodongkan belati miliknya juga mendekatkan wajahnya kearah preman itu dengan ekspresi menakutkan.
"Katakan,siapa yang membayar kalian untuk ini? Jujur atau kau akan terima akibatnya."
Rio dan Didi menelan ludah mereka,tidak menyangka seorang gadis yang terlihat lemah memiliki sisi menakutkan seperti ini.
"Am-ampun nona,saya katakan. Desta yang menyuruh kami. Kami diberikan imbalan berupa uang dan dia menyuruh kami mencelakai kalian bertiga."
"Mengkambing hitamkan orang lain,memiliki sanksi berat loh." Vannesa melukai wajah preman itu dengan belatinya.
"Ahh! Ampun,baik baik kami memang benar disuruh oleh Desta,dan juga seorang wanita bernama Maya,dia menyuruh kami menghajar habis kalian. Dan dan jika perlu membuat kalian mati. Kami mendapat bayaran ganda saat ini."
"Jadi, dalang dibalik ini adalah sepasang kekasih itu." Rio menatap tajam kedepan.
"Ck, benar-benar kompak." Rio menunjukan smirknya yang berhasil membuat Vannesa terkesan.
"Ehem,kalian aku ampuni. Tapi kalian tau bukan apa yang harus kalian lakukan?" Vannesa memainkan belatinya mengelilingi preman itu. Sedangkan para preman itu saling pandang,mereka tidak tau harus melakukan apa.
"Aku ini gadis yang baik. Kalian cari mereka berdua lalu katakan jika kalian sudah melakukan tugas kalian dengan baik,juga sudah menghilangkan jejak. Maka kalian dapat keuntungan,begitu pula dengan kami. Bagaimana?"
Vannesa tersenyum dengan sangat menakutkan di depan para preman itu. Preman-preman itu mengangguk paham,mereka merasa tertolong saat ini.
Sedangkan Rio,dia tidak mengerti rencana apa yang dipikirkan oleh Vannesa saat ini.
"Baiklah kalian cepat pergi,sebelum aku berubah pikiran."
"Baik terimakasih nona, terimakasih tuan. Kami permisi." Mereka segera lali terbirit-birit.
"Dia melebihi kita para preman. Dia pasti pembunuh bayaran,atau mungkin peri karena masih berbaik hati kepada kita." Ucap preman itu kepada temannya disela larinya
"Vannesa kita benar-benar perlu bicara."
Vannesa menelan ludah,kini Rio pasti akan mengintrogasi Vannesa sampai ke akar-akarnya.
Vannesa dan Rio masuk kedalam mobil dan mobil melaju kembali. Rio melihat Vannesa dengan tatapan mengintimidasi yang cukup kuat,yang membuat Vannesa merinding.
"Maaf pak saya tidak bisa mengatakan tentang masalah saya sebenarnya."
Vannesa mengatakannya sambil menunduk,membuat Rio merasa kasian kepada Vannesa. Rio berfikir jika Vannesa pasti mempunyai masalah yang rumit, ataupun masa kecil yang kurang baik.
...*to be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments