Vanessa membuka matanya,dia melihat sekeliling dan ternyata sudah berada di kostnya.
"Perasaan kemarin aku ketiduran di mobil Hans,apakah Hans yang menggendong ku?"
Vannesa mengecek hpnya,ada pesan Hans yang mengatakan bahwa dia membawa kunci kost yang satunya.
Vannesa tersenyum dan senyumnya pudar ketika dia ingat jika ada janji keluar dengan Desta "Astaga Desta ini kenapa harus muncul di pikiranku sih."
Dengan langkah gontai Vannesa menuju kamar mandi. Lalu dia bergegas ke kamarnya untuk ganti baju.
"Aku payah untuk ini, baju apa yang harus aku pakai sih?" Vannesa benar-benar tidak tau harus pakai baju apa untuk bertemu dengan Desta. Pasalnya dia tidak pernah keluar dengan laki-laki lain kecuali Hans.
Akhirnya Vannesa asal memilih baju,dia tidak perduli tentang pendapat orang lain. Yang lebih penting adalah nyaman atau tidak.
Vannesa memilih baju dengan warna putih,dia mengepang rambutnya dan memakai make up tipis.
"Vannesa aku membawakan sarapan untukmu." Hans datang dengan membawa nasi bungkus untuk Vannesa.
"Hey Vann,kau mau pergi kemana?" Hans mendekat ke arah Vannesa dan duduk disampingnya.
"Oh Hans, Desta mengajak aku pergi hari ini." Ucap Vannesa,namun tidak terlihat bahwa Vannesa senang tentang hal itu.
"Baiklah,kau senang sedikit ini aku bawakan makanan untukmu makanlah." Hans memberikan nasi bungkus kepada Vannesa dan Vannesa menerimanya.
"Hans kau beli 2? Ini satu untukmu." Vannesa memberikan satu bungkus untuk hans.
"Tidak Vann,itu untukmu,makanlah." Tapi tidak mungkin Vannesa memakannya sendiri,jadi dia memaksa Hans untuk ikut makan dengannya. Akhirnya Hans mengalah dan memakannya.
"Kau terlihat tidak senang kenapa?"
"Kau tau Hans? Aku tidak akrab dengan Desta ini,dia ceo di perusahaan tempat aku bekerja tapi apakah kau tau? Aku tidak pernah pergi dengan laki² lain selain kau." Ucap Vannesa sambil menyuap nasi kemulutnya.
"Hahaha aku tau,tapi itu tidak masalah Vann. Kau jadilah dirimu sendiri,kau sudah menolongnya waktu itu mungkin ini adalah niat baiknya."
Vannesa tersenyum mendengar jawaban Hans,sejak kecil Vannesa dan Hans adalah teman baik. Bahkan bisa dibilang hanya Hans lah teman baik Vannesa.
"Vann,aku sudah selesai makan aku ingin mengembalikan kunci ini padamu." Hans mengulurkan kunci kost itu kepada Vannesa.
"Iya Hans terimakasih,kau tadi malam sudah mengantarkan aku bahkan menaruhku dikamar." Vannesa mengambil kunci dari tangan Hans. Hans tertawa mendengar kata bahwa dia yang menaruh Vannesa itu terdengar lucu baginya.
"Hahaha,sudah tugasku Vann. Aku pamit pergi dulu ya,kau harus bahagia hari ini." Ucap Hans sambil mengacak rambut Vannesa.
"Hey Hans hentikan,nanti bisa rusak." Vannesa memukul bahu Hans pelan,dia mengantar Hans sampai di gerbang kost.
Setelah Hans sudah pergi dengan motornya, Vannesa masuk kedalam kost dan membereskannya.
Bim bim
Suara klakson mobil milik Desta membuat Vannesa sedikit terkejut. Dia segera mengambil tasnya dan keluar kamar.
"Desta kau sudah sampai?" Yang ditanya sudah berada didepan kost Vannesa,dia mengenakan kaos warna putih dan kemeja panjang kotak-kotak warna hitam.
"Iya tentu saja sudah,ayo segera masuk." Vannesa mengikuti Desta dari belakang. Didalam mobil mereka hanya diam,tidak ada niat Vannesa mengajak Desta berbicara,karena memang keduanya tidak sedekat itu.
"Eheem,kau mau pergi kemana?" Ucap Desta memecah keheningan di mobil.
"Aku terserah mu, lagipula kau yang mengajak aku." Jawab Vannesa tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan.
"Kita ke mall saja ya." Tanya Desta dan hanya di angguki oleh Vannesa
Setelah sampai di mall Vannesa diajak berkeliling untuk melihat-lihat,tapi Vannesa tidak terlalu tertarik dengan yang dilihatnya. Dia merasa lapar.
"Desta aku lapar." Vannesa tanpa sadar menarik tangan Desta.
"Baiklah ayo kita makan." Vannesa yang melihat tangannya menggandeng Desta langsung dilepaskan.
"Apaan kau ini sembarangan saja,dia buka Hans ingat itu." Gumam Vannesa pelan.
...****************...
"Ada apa? Kau yakin tidak cemburu?" Tanya Rian kepada Rio yang kebetulan berada di mall dan melihat Vannesa juga Desta bersama.
"Tidak. Aku haus ingin cari minum." Rio segera meninggalkan Rian sendiri,dan Rian tertawa melihat saudaranya itu. Jelas terlihat Rio sangat cemburu,tapi ditutup-tutupi.
Vannesa duduk bersama dengan Desta mereka sudah memesan makanan,sedangkan Rian dan Rio mereka tidak melihat ada tempat duduk lain yang tersisa kecuali didekat Vannesa.
Rian menarik Rio kearah meja Vannesa,yang ditarik terpaksa ikut karena memang tidak ada tempat lain.
"Hai Vanny,kau mengingatku?" Ucap Rian kepada Vannesa.
"Oh hai Rian,tentu saja aku ingat kau. Tapi namaku bukan Vanny."
"Tidak tidak,biarkan aku memanggilmu demikian,aku suka nama Vanny untuk memanggilmu." Ucap Rian dengan tersenyum.
"Ah itu,baiklah terserah kamu. Em kalian duduklah dengan kami." Tanpa menunggu lama Rian sudah duduk disana,dan menarik Rio untuk ikut duduk.
"Kalian perkenalkan ini adalah Desta,dia adalah atasanku." Rian melihat kearah Desta.
"Wah iya,bukanlah dia yang waktu itu di cafe denganmu?" Ucap Rian sambil melirik Rio. Yang dilirik hanya memasang wajah tidak perduli.
"Iya dia." "Aku Desta senang bertemu denganmu lagi." Ucap Desta sambil mengulurkan tangan kepada Rian.
"Iya Desta,aku juga senang bertemu denganmu lagi. Ini adalah saudara kembarku namanya Rio,kau pasti sudah kenal dengannya." Ucap Rian memperkenalkan.
"Ah itu? Sepertinya tidak." Rian sedikit heran dengan Desta, bagaimana mungkin sesama ceo tidak kenal? Apalagi Rio adalah orang yang cukup terkenal.
Cukup canggung diantara mereka ber empat, Vannesa memilih bermain ponsel dan begitu halnya dengan Desta.
"Aku pergi dulu." Rio langsung berdiri dari tempat duduknya dan disusul oleh Rian.
"Ah aku akan memesan buah dulu saja ya." Keduanya pergi,kini tersisa Desta dan Vannesa.
"Vannesa kau kenapa mengajak mereka bergabung?" Desta buka suara pada akhirnya.
"Kenapa Desta? Mereka bukan orang jahat,aku mengenal mereka,itu bukan masalah." Jawab Vannesa ketus.
"Tapi itu.." Belum selesai Desta berkata tiba-tiba ada seorang wanita datang kearah mereka.
"Dasar wanita licik! Beraninya merebut pacar orang lain." Wanita itu memakai dress pendek warna hijau toska.
"Maaf,saya tidak mengenal Anda. Apa maksud Anda ini?"
"Maya kamu ini apa-apaan!" Desta mencoba membuat Maya tenang tapi tidak bisa.
"Desta diam. He jelas-jelas kalian duduk berdua saja bagaimana kau menjelaskan ini semua?!" Bentak wanita itu,banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Maaf ya,tapi saya bukan merebut pacar Anda." Vannesa mengatakan yang sebenarnya,tapi wanita bernama Maya itu tidak percaya.
"Alah udah gausah mengelak kamu." Maya ingin menampar Vannesa tapi tangannya dipegang oleh seseorang.
"Wanita lancang! Siapa yang memberikan keberanian kepadamu!"
Rian dan Rio datang diwaktu yang tepat. Rian melepaskan tangan Maya, sedangkan Rio mendekati Vannesa.
"Kau tidak apa-apa kan? Baru saja ditinggal ke kamar mandi,sudah ada orang yang cari masalah." Rio memegang tangan Vannesa,dan Vannesa terkejut bagaimana mungkin Rio seperti itu. Tapi kondisi sudah seperti ini,mau tidak mau dia harus bekerja sama dengan Rio.
"Aku,aku tidak apa-apa."
"Vannesa kau tidak apa-apa kan?" Desta mendekat kearah Vannesa. Tapi Rio menghalanginya.
"Tidak usah perdulikan dia. Urus saja pacarmu yang tidak tau sopan santun terhadap gadisku ini. Ayo kita pergi saja."
Rio segera menarik tangan Vannesa pergi,Rian mengikuti mereka dari belakang.
Sesampainya diparkiran Vannesa melepaskan gandengan tangan dari Rio.
"Kau! Aku tidak butuh bantuanmu,aku bisa melakukannya sendiri."
"Vanny,lihatlah kondisi, lagipula kau bersedia bekerjasama. Respon yang seharusnya bukan begini kan?" Rian mendekati Vannesa.
"Itu.. Hah iya kau benar,Terima kasih atas bantuan kalian berdua, terutama Rio aku berhutang budi padamu.
"Ck tau berhutang budi,besok datanglah ke Bigantara Grub untuk bekerja itu bisa disebut membalas budi padaku."
"Tapi besok aku harus bekerja."
"Kau bisa mengundurkan diri dari sana." Vannesa tidak habis pikir dengan Rio. Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja.
"Tidak aku tidak bisa,aku.." Rio memotong ucapan Vannesa.
"Kau bilang mau membalas budi? Maka itu yang aku inginkan. Dan satu hal lagi aku tidak suka penolakan."
Vanessa mau tidak mau harus menuruti permintaan Rio, meskipun dia tidak tau akan jadi seperti apa nantinya.
"Sudahlah,dia memang seperti itu Vanny. Meskipun dia terlihat tidak berperasaan tapi sebenarnya dia baik. Aku antar kau pulang ya?." Rian menenangkan Vannesa.
"Tapi, bukankah kalian satu mobil?" Tanya Vannesa kepada Rian.
"Tidak,dia tidak suka mobilnya dimasuki orang lain. Ayo ikut aku" Rian berjalan menuju mobilnya,sedangkan Rio sudah pergi lebih dulu dengan mobilnya.
Vannesa mengikuti Rian ke arah mobilnya. "Rian terimakasih sudah mau mengantarku." Ucap Vannesa didalam mobil.
"Tidak masalah, lagipula kau orang baik. Dan orang pertama yang bisa naik mobil Rio."
Vannesa terkejut, bagaimana Rian tau tentang dia pernah diantar oleh Rio pulang?.
"Hahaha, kau tidak usah terkejut. Aku tentu saja tau." Vannesa tersenyum mendengar jawaban Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments